Anggapan bahwa lidah lebih berbahaya dari pada pisau memang benar adanya. Hal ini sangat berkaitan dengan fenomena labeling terjadi di masyarakat. Tak hanya pada orang lain, dampak labeling juga bisa timbul pada diri sendiri.
Labeling secara sederhana adalah perilaku pemberian julukan, cap, atau anggapan mengenai seseorang yang seringkali berkonotasi negatif atau berupa penyimpangan. Labeling sering terjadi dan tak jarang dianggap sebagai hal yang biasa.
Sebutan-sebutan seperti “bodoh”, “anak nakal”, “jomblo akut”, dan lain sebagaimana adalah salah satu contoh labeling yang sering ditemukan di masyarakat. Meski ada yang menganggap ini hal sepele atau hanya untuk bersenang-senang, faktanya dampak labeling sangat besar pada kepribadian orang yang mengalaminya.
Orang yang Anda sebut dengan julukan tertentu mungkin tertawa di depan Anda, tapi tak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Apakah Anda pernah melakukan labeling pada orang lain, atau bahkan diri pada Anda sendiri? Berikut adalah beberapa dampak labeling dan mengapa hal ini berbahaya.
Dampak Labeling Pada Kepribadian
1. Penilaian Pendek Pada Diri
Hal yang pasti terjadi ketika Anda mulai memberikan julukan tertentu kepada orang lain adalah orang tersebut akan melakukan introspeksi diri. Ia akan memikirkan kebenaran perkataan Anda. Misalnya saja Anda memberikan sebutan “bodoh” pada teman Anda, maka ia akan mulai menilai dirinya sendiri apakah ia memang bodoh seperti yang Anda katakan.
2. Membenarkan Label yang Diberikan
Setelah melakukan introspeksi diri, tahap selanjutnya adalah membenarkan julukan yang diberikan jika ia memang merasa apa yang dikatakan oleh orang lain itu benar. Tapi, membenarkan julukan negatif yang diberikan orang lain justru akan memunculkan dampak lain yang lebih serius.
3. Menunjukkan Eksistensi sebagai Label yang Diberikan
Dampak labeling yang cukup serius dalam pengakuan julukan adalah dengan menunjukkan eksistensi sesuai label yang diberikan orang lain untuk menunjukkan bahwa apa yang dikatakan adalah benar. Misalnya, ketika Anda memberi julukan “anak nakal” pada orang terdekat Anda, maka ia akan bersikap semakin nakal karena menganggap label tersebut telah melekat pada dirinya.
4. Muncul Perubahan yang Tidak Natural
Bagi orang yang tidak menyukai label yang telah diberikan kepadanya, ia akan melakukan perubahan untuk menunjukkan bahwa ia tidak seperti yang orang lain pikirkan. Misalnya, ketika Anda menyebut teman Anda “tampan tapi bodoh”, maka ia akan menunjukkan bahwa ia tidak seperti yang Anda pikirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan belajar.
5. Tidak Percaya Diri
Dampak dari labeling yang paling sering terjadi adalah tidak percaya diri. Contohnya saja ketika Anda mendapat label “jelek” dari orang lain, maka Anda akan benar-benar merasa jelek dan menjadi tidak percaya diri meski pun sudah berdandan rapi. Hilangnya kepercayaan diri adalah permasalahan serius yang menyerang banyak orang saat ini.
6. Menutup Diri
Dampak lebih lanjut dari labeling adalah membuat orang yang mendapat julukan tertentu tersebut menjadi lebih tertutup. Ia akan membatasi diri untuk melakukan komunikasi yang dapat memicu orang lain untuk menilainya seperti label yang telah beredar. Hal ini dapat menjadi masalah kesehatan mental yang lebih lanjut, seperti depresi.
7. Orang Lain Ikut Melakukan Labeling
Ketika Anda melakukan labeling pada teman Anda di depan orang lain, hal ini secara otomatis akan menular dan membuat orang lain turut memberi label yang sama pada teman Anda. Meski bermaksud bercanda, mendapat julukan tertentu tidak akan membuat teman Anda merasa senang, apalagi ketika orang lain ikut memanggilnya dengan label tersebut.
8. Bullying
Sadarkah Anda bahwa bullying bisa berawal dari labeling? Misalnya saja ketika seseorang mendapat julukan “buruk rupa”, maka orang lain juga terpicu untuk menyebut korban labeling tersebut dengan sebutan yang sama. Hal ini dapat memantik terjadinya bullying ketika orang yang mendapat label tersebut diam saja, atau bahkan secara ekstrem melakukan perlawanan.
9. Dendam
Mendapat sebutan yang tidak baik dari orang lain tentu tidak menyenangkan. Yang lebih parah, hal ini dapat memunculkan dendam yang memicu terjadinya perbuatan ekstrem kepada orang atau kelompok tertentu dalam upaya pembalasan. Bagi penerima labeling, perasaan dendam juga akan membuat kesehatan mental menjadi terganggu, karena dipenuhi pikiran negatif.
Bagi sebagian orang, melakukan labeling pada orang lain adalah bercanda atau suatu bentuk kesenangan. Namun, dampak labeling yang diberikan sangat lah besar. Bukan hanya label negatif, label positif pun juga akan mempengaruhi perilaku dan suasana hati seseorang.
Ketika Anda memberi label “orang baik” pada seseorang, maka ia akan bersikap seolah-olah ia memang orang baik karena menyukai julukan tersebut. Bahkan ia akan melakukan perbuatan negatif secara sembunyi-sembunyi karena tak ingin pandangan orang lain berubah. Namun, lama-lama ia mulai menjauhi hal yang negatif dan benar-benar bersikap seperti orang baik.
Dengan berbagai dampak yang dapat ditimbulkan oleh perilaku labeling, sebaiknya Anda menghindari melakukan labeling pada orang lain atau bahkan diri Anda sendiri. Bagi Anda yang sulit menghindari perilakua labeling, menyadari bahwa setiap orang memiliki keunikan dan karakter masing-masing akan mencegah Anda untuk melakukan hal tersebut.