Berbeda dengan logika partai hari ini, semuanya didasari atas kalkulasi untung-rugi. Pertukaran gagasan tidaklah penting, mana yang lebih menguntungkan itulah yang menjadi pilihan!
Coba bayangin, proses belajar mahasiswa bakal terganggu dengan adanya kegiatan kampanye ini. Bukan tidak mungkin, akan ada sesi di mana mahasiswa dipaksa harus menyanyikan mars partai tertentu, yang tidak sesuai dengan karakternya.
Sulitnya publikasi jurnal ilmiah, membuat sebagian akademisi akhirnya menggunakan cara "nakal" untuk menuntaskan kewajibannya. Cara-cara ini sebenarnya bukan rahasia umum di lingkungan civitas akademika.
Publikasi atau penerbitan jurnal ilmiah mirip dengan penerbitan buku. Ada proses editing di dalamnya. Keduanya sama-sama melakukan pekerjaan jasa. Dan yang namanya pekerjaan harus ada bayarannya dongg.
Pergerakan mahasiswa yang sudah-sudah, melakukan demo dan merujuk pada birokrasi kampus. Ngerasa nggak sii kalau pergerakan mahasiswa dalam menyampaikan keluhan serta aspirasi gitu-gitu aja?
Sekalipun tak begitu populer, film-film yang saya rekomendasikan berikut dapat memberi anda pengetahuan soal rape-culture dan fakta bahwa kampus tak sebaik dan sebersih yang anda bayangkan.