Sediksi.com – Pembukaan Asian Games 2023 telah diselenggarakan di Stadion dan Taman Olahraga Hangzhou, Tiongkok pada hari Sabtu, 23 September.
Kalau dilihat dari TV, acara tersebut berlangsung megah dengan spektakulernya pertunjukan kembang api menyeruak keluar stadion dan tentunya, ritual kirab api obor yang selalu ada di pembukaan Asian Games.
Faktanya, atraksi kembang api itu hasil Artificial Intelligence atau AI. Lalu, pertunjukan ritual kirab api obor yang terlihat di TV, juga melibatkan teknologi Computer-Generated Imagery atau disebut juga CGI.
Gao Yu, model untuk CGI pembawa obor
Gao Yu, seorang murid sekolah menengah di distrik Huangpu yang terpilih dalam audisi model CGI untuk menggambarkan Xiao Huomiao.
Xiao Huomiao adalah karakter atau figur yang diciptakan oleh penyelenggara khusus untuk meramaikan Asian Games, yang tahun ini diselenggarakan di Tiongkok ini. Nama tersebut diambil dari bahasa Mandarin yang berarti ‘nyala api kecil’.
Menurut media Tiongkok Guangzhou Daily, diperkirakan 100 juta orang telah mendaftarkan diri meskipun penyelenggara mengaku sudah mengadakan audisi secara tertutup.
Media pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa Gao terpilih karena memenuhi kriteria “tinggi dengan postur yang baik, punya latar belakang olahraga dan lengan yang kuat”.
Gao yang masih berusia 15 tahun dan duduk di sekolah menengah, tinggi badannya sudah mencapai 1,8 meter dan berpartisipasi dalam aktivitas atletik.
“Meskipun saya tidak benar-benar muncul, tapi untuk bisa berpartisipasi dalam upacara pembukaan dan bahkan menyalakan kuali adalah pengalaman yang berharga,” ucap Gao kepada media setempat.
Mengapa pertunjukan kembang api opening ceremony Asian Games hasil AI?
Negara dan penyelenggara Asian Games ke-19 ini sedang mengimplementasikan perhelatan akbar kelas dunia yang ramah lingkungan.
Di sisi lain, terdapat desakan dari masyarakat agar pemerintah setempat memanfaatkan dana acara dengan tepat. Mengingat kondisi ekonomi sedang lesu dan ditambah masalah meningkatnya angka pengangguran di daerah tersebut.
Sehingga pemerintah meyakinkan masyarakat bahwa tidak perlu mengkhawatirkan pembengkakan biaya karena acara ini akan menjadi acara yang hemat.
Pertunjukan kembang api ini dimulai di penghujung acara sebagai penutup dan hanya bisa dilihat melalui layar TV masing-masing penonton.
Menggunakan hasil AI, pertunjukan kembang api yang terlihat di layar bukan hanya meramaikan bagian luar sekitar stadion, tapi juga di sekitar penjuru Kota Hangzhou.
Keputusan mengganti kembang api nyata dengan teknologi AI ini membuat warga setempat yang berkumpul di luar stadion penuh antusiasme untuk menantikan pertunjukan langsung kembang api berakhir bingung.
Mereka bingung karena kembang api yang dinantikan tidak muncul juga, bahkan sampai opening ceremony Asian Games resmi berakhir.
Berdasarkan video yang tersebar di media sosial, warga merespon kejadian tersebut dengan tertawa canggung. Setelah mereka bersama-sama menghitung mundur sebelum pertunjukan kembang api dimulai, yang ternyata tidak terjadi apa-apa.
Penyelenggara sudah bilang tidak ada kembang api
Sebelumnya, penyelenggara sudah mengumumkan bahwa mereka tidak akan menggunakan kembang api sungguhan dengan alasan untuk mengaplikasikan teknologi rendah karbon seperti yang dijanjikan.
Meskipun sudah menyampaikan hal tersebut, masih ada saja warga yang menantikan kembang api di luar stadion.
Lebih parah lagi, salah satu koran telah melaporkan bahwa pertunjukan kembang api beraksi di sekitar Kota Hangzhou pada akhir acara. Kenyataannya, tidak ada kembang api sungguhan yang dinyalakan dalam acara ini.
Penampilan kembang api terlihat nyata dan meyakinkan sampai-sampai ada jurnalis yang tertipu.
“Pembukaan Asian Games Hangzhou akan mendobrak tradisi pertunjukan kembang api, karena kami berpegang pada prinsip hijau dalam menyelenggarakan acara tersebut,” ucap Sha Xiaolan kepada wartawan, direktur opening ceremony Asian Games (25/9).
Sebab pertunjukan api obor sudah menjadi tradisi dalam pembukaan Asian Games, begitu pula dengan pertunjukan kembang api yang biasanya dipersembahkan di akhir pembukaan acara.
Selain AI dan CGI, penyelenggara juga melibatkan teknologi animasi 3D. Dengan menggunakan animasi 3D, mereka telah memvisualisasikan Sungai Qiantang dan jembatan ikonik Gongchen untuk bertemu di zaman kuno dan modern.
Lalu memproyeksikan ilustrasi tersebut ke atas panggung melalui koordinasi layar tanah dan layar stereoskopis, serta melalui desain efek visual 3D dengan mata telanjang dan gambar virtual.