Alasan Film ‘The Boy and The Heron’ Ganti Judul dari ‘How do You Live?’

Alasan Film ‘The Boy and The Heron’ Ganti Judul dari ‘How do You Live?’

alasan The boy and the heron ganti judul

DAFTAR ISI

Film The Boy and The Heron tayang di Indonesia sejak 13 Desember 2023. Sebelumnya penayangannya sempat ditunda. Selain itu, film Studio Ghibli terbaru ini berganti judul ketika ditayangkan secara luas di pasar internasional. Begini alasan film ‘The Boy and The Heron’ ganti judul dari ‘How do You Live?’

Awalnya, film ini punya judul ‘How Do You Live?’ waktu rilis di Jepang, tapi akhirnya diganti jadi The Boy and the Heron. Sebenarnya, film ini rencananya bakal jadi film terakhir Hayao Miyazaki, tetapi kemudian Miyazaki memilih memutuskan untuk melanjutkan karirnya.

‘How do You Live’ adalah judul versi Jepang. Judul Jepangnya merujuk ke novel tahun 1937 karya Genzaburo Yoshino yang judulnya sama, yang muncul di film, tapi ceritanya sebenernya beda dari novelnya. Film ini diakui keren dan memperoleh banyak nominasi, termasuk Golden Globe Awards untuk Film Animasi Terbaik dan Skor Asli Terbaik.

Film ini juga mulanya rilis tanpa trailer, tanpa sinopsis, dan hal-hal lain yang membuatnya seolah menyimpan banyak misteri. Meski sudah berbulan-bulan sejak penayangan perdananya, alasan ganti judulnya masih misteri sampai kemudian ada penjelasan dari distributornya.

Alasan Film ‘The Boy and The Heron’ Ganti Judul dari ‘How do You Live?’

Alasan Film ‘The Boy and The Heron’ Ganti Judul dari ‘How do You Live?’ - the boy and the heron 1

Nah, buat tau lebih dalam, mari kita pahami kenapa Toshio Suzuki, pendiri Studio Ghibli yang juga produsernya, minta ganti judul buat rilis internasional.

Dalam wawancara dengan IndieWire, Presiden GKIDS, Dave Jesteadt, mengungkapkan, “Waktu rilis di Jepang, ada banyak misteri soal film ini ketika rilis di Jepang. Berkat hubungan panjang kami sama Ghibli, kami tanya boleh ga ngumumin kalo kami punya haknya, yang berkaitan dengan kebutuhan rilis di musim gugur.”

“Di saat itu Suzuki minta ganti judul. Permintaannya datang secara internal. Saya tidak bisa memberti tahu alasan pasti ganti judulnya, tapi mungkin ada keinginan untuk membedakan film ini dengan buku. Pasalnya, orang-orang banyak yang salah paham film ini merupakan film adaptasi dari buku.”

Film ini punya judul sama seperti novel tahun 1937 yang menginspirasi Miyazaki. Tapi, karena ceritanya beda, Studio Ghibli putusin buat ganti judul.

Dalam wawancara yang sama, Jesteadt juga cerita kalau mereka nyoba beberapa judul, kayak ‘The Tower Master’ atau ‘The Grand Uncle’, tetapi justru terasa seperti karya fantasi yang rumit.

“Kami ngobrolin banyak variasi judul dari ‘How Do You Live?’ sampai kemudian memilih yang paling opsi yang paling mirip dengan saran awal Suzuki.”

Dia juga mengatakan ada makna tersembunyi di balik judul ini, “Miyazaki membuat karakter di film ini berdasarkan pengalaman hidupnya, dan orang-orang yang ada di hidupnya.”

Sisi Personal Miyazaki dalam ‘The Boy and The Heron’

Alasan Film ‘The Boy and The Heron’ Ganti Judul dari ‘How do You Live?’ - refleksi hayao miyazaki
Getty Images

Salah satu aspek dari The Boy and the Heron yang tampak jelas adalah pemaparan Miyazaki terhadap pertanyaan besar tentang hidup dan mati. Film ini sekaligus memberi gambaran kisah pribadi dan kehidupan Miyazaki.

Di Jepang, film ini dirilis dengan judul How Do You Live?, merujuk pada buku anak-anak terkenal tahun 1937 yang ditulis oleh Genzaburo Yoshino, yang dibaca oleh Mahito.

“The Wind Rises, misalnya, terinspirasi oleh awal karirnya sebagai seorang animator,” jelas Junichi Nishioka, wakil presiden Studio Ghibli. “Lewat The Boy and the Heron, Miyazaki ingin kembali lebih jauh ke masa kecilnya.”

Pada adegan pembukaan film – Mahito dikisahkan berlari melalui puing-puing serangan udara AS di Tokyo – terinspirasi oleh pengalaman Miyazaki saat tumbuh dewasa selama Perang Dunia Kedua.

Ini adalah pertanyaan yang telah menghantui Miyazaki, seorang sutradara yang selalu terpecah antara optimisme dan keputusasaan, sepanjang sebagian besar kariernya.

Miyazaki seolah memberi pertanyaan sekaligus tantangan melalui, “bagaimana cara hidup di ‘dunia yang penuh muslihat’?”

Kali ini, bagaimanapun, tema itu terkait erat dengan refleksi warisan pribadi Miyazaki yang ia lemparkan melalui sebuah alegori tentang dirinya, orang-orang di hidupnya, termasuk Studio Ghibli. Seolah-olah ia melempar tantangan bagaimana menjaga Studio Ghibli berikut karya-karya yang mereka produksi di masa-masa selanjutnya.

Usia Miyazaki terus bertambah, dan ia berkali-kali mengungkapkan niatnya untuk pesiun, yang kemudian ternyata ia tetap membuat film. Bagaimanapun, Miyazaki rupanya akan sekali lagi membuat ‘film terakhir’.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel