Apa Itu Artwashing? Bentuk dan Kontroversi yang Menyelimuti

Apa Itu Artwashing? Bentuk dan Kontroversi yang Menyelimuti

Apa Itu Artwashing

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Pengguna platform X (sebelumnya Twitter) ramai-ramai menaikkan tagar ‘NoToArtwashingInKpop’ sejak Senin pagi (8/7). Hal ini disebabkan oleh KBS K-Pop World Festival 2024 bekerja sama dengan pemerintah Korea Selatan, Kedutaan Besar Republik Korea di Israel untuk mengizinkan warga Israel berpartisipasi dalam audisi grup musik sebagai perwakilan Israel. 

Israel sedang ramai dikecam dan diboikot oleh masyarakat sipil berbagai negara sebagai bentuk sanksi sosial atas tindakan kejahatan genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Tidak hanya tagar ‘NoToArtwashingInKpop’, para pengguna platform tersebut juga menaikkan tagar lain ‘KpopFestivalOutWithZionism’ dengan harapan agar program tersebut dibatalkan. 

Istilah ‘artwashing’ dalam tagar ‘NoToArtwashingInKpop’ ini bukan hal yang baru, tapi juga belum diketahui secara luas. Maka dari itu, berikut ini berbagai hal yang perlu diketahui terkait artwashing.

Apa itu artwashing?

Apa Itu Artwashing
Salah satu poster program K-Pop World Festival 2024 yang dibagikan Kedutaan Besar Republik Korea di Israel (X/pps_kr)

Artwashing adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan tindakan perusahaan, pemerintah, atau individu yang menggunakan seni untuk memperbaiki citra publik mereka dan mengalihkan perhatian dari tindakan atau reputasi buruk mereka. Biasanya, artwashing ini melibatkan praktik pendanaan atau memberikan dukungan terhadap proyek seni dan budaya dengan tujuan untuk memperoleh citra yang lebih positif di mata publik. Padahal mereka sedang terlibat dalam tindakan yang kontroversial dan merusak. 

Baca Juga: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Kembali Beroperasi secara Terbatas

Bentuk-bentuk artwashing

Apa Itu Artwashing
Aksi penolakan terhadap praktik artwashing di Bushwick tahun 2019 (Bedford+Bowery/Ryan Roco)

Tindakan artwashing tidak hanya terbatas oleh terkait pendanaan dan dukungan, tapi juga ada sejumlah bentuk-bentuk lainnya. 

  • Perusahaan, pemerintah, kelompok, atau individu mendanai proyek seni publik seperti mural, patung, atau instalasi seni yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap komunitas dan lingkungan. Padahal publik tahu mereka terlibat dalam tindakan yang buruk
  • Mensponsori pameran seni atau institusi budaya untuk mengalihkan perhatian dari kritik terhadap mereka
  • Menawarkan program residensi bagi seniman dengan harapan bisa memperbaiki citra mereka dan mengurangi dampak negatif dari kegiatan mereka. Dalam program residensi ini, seniman menerima semua kebutuhan yang diperlukan untuk mengembangkan keahliannya dari pihak yang ingin melakukan artwashing tersebut

Target-target artwashing

Selain proyek seni publik, pameran seni, dan institusi budaya yang telah disebutkan dalam beberapa bentuk artwashing, ada beberapa target artwashing lainnya yang perlu diketahui.

  • Pameran
  • Festival
  • Museum
  • Galeri
  • Pembangunan dan pemeliharaan taman atau ruang hijau
  • Beasiswa
  • Iklan kreatif
  • Kolaborasi dengan seniman terkenal
  • Sponsor acara komunitas
  • Proyek seni hijau

Bisa jadi, target artwashing lebih beragam dari yang telah disebutkan di atas. Dalam upaya mengidentifikasi tindakan artwashing sendiri, penting sekali untuk berpikir kritis dalam menilai upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan atau entitas lain ketika mendukung seni dan budaya. Termasuk, apakah ada tujuan tersembunyi di balik dukungan tersebut. 

Kontroversi yang meliputi artwashing

Apa Itu Artwashing
Keterkaitan Tate dengan BP telah menjadikan galeri tersebut sasaran protes dari para aktivis (dok. ft.com)

Meskipun terkesan damai dan tidak ada tindak kekerasan secara langsung yang meliputi praktik artwashing, tindakan ini kontroversial karena utamanya, berpotensi memanipulasi publik. 

Dengan memanipulasi citra publik, artwashing memungkinkan perusahaan menciptakan citra positif yang mungkin tidak mencerminkan realitas operasional mereka. Sehingga menipu publik dan pemangku kepentingan tentang komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab sosial dan etika. 

Kedua, upaya mendistraksi publik dari tindakan yang buruk dan merusak seperti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), kerusakan lingkungan, eksploitasi tenaga kerja, dan sebagainya. Dampak dari upaya mendistraksi ini, publik jadi fokus pada kontribusi seni yang diberikan oleh entitas tersebut ketimbang masalah yang disebabkan oleh entitas tersebut, yang sebenarnya besar dan lebih mendesak. 

Ketiga, potensi eksploitasi terhadap komunitas seni. Entitas yang melakukan artwashing hanya peduli pada seni atau komunitas seni hanya untuk memenuhi tujuan mereka. Setelah tujuan terpenuhi, dukungan dan sponsor terhenti. Sehingga keberlanjutan dari program ini sudah pasti tidak terjamin dan hanya bersifat sementara, serta berujung pada munculnya masalah baru terkait ketidakadilan.

Keempat, pendanaan seni bisa digunakan sebagai bentuk “lip service” terhadap isu-isu sosial dan lingkungan tanpa adanya tindakan nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Artwashing ini bisa menjadi cara entitas tersebut menunjukkan bahwa mereka peduli, tapi tetap tidak ada perubahan signifikan yang dilakukan.

Kelima, entitas tersebut mungkin mendanai proyek seni yang mendukung keberlanjutan lingkungan, sementara di sisi lain mereka terlibat dalam aktivitas yang merusak lingkungan. Ketidakkonsistenan ini bisa menimbulkan skeptisisme terhadap niat sebenarnya.

Keenam, memengaruhi independensi seniman. Dukungan finansial dan fasilitas dari entitas pelaku artawashing bisa memengaruhi independensi dan integritas seniman. Seniman mungkin merasa tekanan untuk menciptakan karya yang menguntungkan sponsor mereka atau menghindari kritik terhadap sponsor.

Terakhir, publik dan media akan merespon praktik artwashing dengan skeptisisme dan kritik.

Selain program KBS K-Pop World Festival 2024, contoh kasus artwashing lainnya ada BP dan Tate Modern. Perusahaan raksasa di bidang perminyakan bernama BP tersebut mensponsori Tate Modern, institusi seni Inggris. Kritik muncul karena BP terlibat dalam beberapa insiden lingkungan yang merusak, dan sponsorship ini dianggap sebagai upaya untuk membersihkan citra mereka.

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel