Apakah Pohon Sawit Bisa Mencegah Banjir?

Apakah Pohon Sawit Bisa Mencegah Banjir?

apakah pohon sawit bisa mencegah banjir

DAFTAR ISI

Isu banjir selalu muncul berbarengan dengan perdebatan soal perkebunan sawit. Banyak orang bertanya apakah sawit bisa mengambil alih peran hutan dalam menahan air.

Untuk menjawab apakah pohon sawit bisa mencegah banjir, kita perlu memahami bagaimana pohon bekerja, apa yang berubah ketika hutan ditebang, dan apakah sawit bisa berperan.

Indonesia memiliki curah hujan tinggi dan banyak wilayah yang rentan banjir. Pada saat yang sama, hutan yang dulu menjadi pelindung alami kini banyak berubah menjadi kebun sawit.

Pertanyaan mengenai kemampuan sawit dalam mencegah banjir wajar muncul karena masyarakat ingin tahu apakah tanaman ini bisa menggantikan fungsi hutan.

Bagaimana pohon melindungi tanah dari banjir

Secara sederhana, pohon membantu mengurangi banjir melalui tiga cara penting. 

Pertama, daun dan cabangnya menahan sebagian air hujan sehingga tidak langsung menghantam tanah. 

Kedua, akar membuat tanah lebih gembur sehingga air bisa meresap masuk, bukan mengalir deras ke sungai. 

Ketiga, jaringan akar dan serasah daun menjaga permukaan tanah tetap stabil.

Hutan memiliki berbagai jenis tumbuhan dengan struktur bertingkat sehingga kemampuannya menahan air sangat besar. Tiga hal di atas sulit ditemui di pohon sawit maupun perkebunan sawit.

Apakah pohon sawit bisa mencegah banjir?

Sawit memang menyerap air seperti tanaman pada umumnya. Namun kapasitasnya tidak sama dengan hutan. Akar sawit cenderung dangkal dan tidak terlalu kuat memperbaiki struktur tanah. Tajuk sawit juga tidak memiliki banyak lapisan sehingga kemampuan menahan air hujan terbatas. 

Sawit tidak memiliki kompleksitas ekosistem yang dimiliki hutan tropis. Bagaimanapun, perubahan fungsi hutan tropis jadi perkebunan sawit tidak membantu pencegahan banjir.

Apa yang terjadi saat hutan diganti perkebunan sawit

Jadi, apakah pohon sawit bisa mencegah banjir? Jawabannya, hati-hati keliru untuk menyamakan hutan tropis dengan perkebunan sawit. Kuncinya ialah ada pada proses peralihan fungsi hutan menjadi perkebunan.

Bagian paling signifikan justru terdapat pada proses pembukaan lahan. Ketika hutan ditebang, tanah digali, diratakan, dan kehilangan pelindung alaminya. 

Tanah menjadi padat dan kurang mampu menyerap air. Akibatnya, ketika hujan deras turun, air lebih banyak mengalir di permukaan menuju sungai. Arus yang mengalir terlalu cepat dan tinggi inilah yang meningkatkan risiko banjir.

Dengan kata lain, masalahnya bukan terletak pada pohon sawit, tetapi hilangnya hutan yang sebelumnya mempunyai kemampuan menahan air secara kuat.

Pembukaan lahan untuk perkebunan sawit juga memiliki beragam persoalan. Tidak hanya berdampak pada kualitas lingkungan, tetapi juga pada struktur sosial.

Perubahan lahan jadi perkebunan

Sejumlah penelitian di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan kemampuan tanah untuk menyerap air berkurang ketika deforestasi dilanggar.

Sawit memang pohon, tetapi ia tidak memiliki kemampuan yang sama seperti tanaman hutan. Akar pohon yang membantu tanah untuk meresap air dan memperlambat aliran air ke sungai. Hutan tropis melakukan itu dengan baik sehingga risiko terjadinya banjir minim sekali. 

Dalam artikel The Conversation, Ibnu Budiman (2023) melihat ada sejumlah temuan yang menunjukkan bahwa industri sawit mengingkari komitmen anti-deforestasi. Setidaknya, selama periode 2016-2021, industri sawit mengubah lanskap perhutanan kurang lebih 7 kali lipat luas Jakarta.

Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa lanskap yang sudah berubah tidak lagi bekerja seperti hutan yang sehat.

Ia mengajukan sejumlah hal penting untuk mengatasi ini, yakni menuntut pemerintah maupun perusahaan industri sawit mematuhi komitmen anti-deforestasi. Selain itu, juga melakukan pemulihan hutan.

Tania Li (2023), juga menyoroti soal konsesi lahan sawit. Sebagian lahan konsesi sawit ada di wilayah yang rapuh secara ekologis, dan sawit ditanam di sana untuk mengejar produksi.

Selain hal-hal di atas, tantangan juga muncul dari status tanaman sawit yang diwacanakan bakal diubah dari tanaman perkebunan menjadi tanaman hutan. Ini berpotensi mengurangi tanggung jawab pemulihan hutan.

Apakah pohon sawit bisa mencegah banjir? Sawit mungkin tidak cukup kuat untuk menjadi solusi mencegah banjir. Kontribusinya sangat terbatas dan tidak bisa menggantikan peran hutan. 

Ketika hutan hilang dan digantikan sawit, kemampuan penyerapan air menurun dan risiko banjir meningkat. Sawit tidak dapat menjadi solusi utama. Pengelolaan lanskap yang lebih beragam dan menjaga hutan yang tersisa adalah cara paling realistis untuk mengurangi risiko banjir.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel