Film Call Me Kuchu: Perjuangan Aktivis Uganda Lawan Homofobia

Film Call Me Kuchu: Perjuangan Aktivis Uganda Lawan Homofobia

call me kuchu

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Film dokumenter Call Me Kuchu merekam berat dan panjangnya perjuangan komunitas LGBTQ di Uganda. Tak hanya melawan homofobia di negaranya, tapi juga pemerintah agar batal mengesahkan Undang-Undang (UU) yang mengkriminalisasi homoseksual. Dalam ‘tingkat homoseksual’ yang ditentukan sebagai parah oleh pemerintah Uganda, mereka terancam dihukum mati.

Jika familiar dengan meme “why are you gay?” yang sangat populer di internet sejak bertahun-tahun lalu, klip tersebut berasal dari video wawancara jurnalis dengan seorang transpria di Uganda tahun 2012. Pada tahun tersebut, pembahasan UU yang mengkriminalisasi homoseksual tersebut semakin dekat pada kemenangan yang diharapkan pemerintah Uganda.

Dan pada tahun yang sama, film Call Me Kuchu ditayangkan perdana di Festival Film Internasional Berlin ke-62 serta memenangkan penghargaan untuk film internasional bertema LGBTQ yang disebut Teddy Award untuk kategori dokumenter terbaik. 

Kendati sudah dirilis cukup lama yakni tahun 2012, Call Me Kuchu masih sangat relevan sampai sekarang. Mengingat Mahkamah Konstitusi Uganda baru saja mempertegas dan memperketat UU Anti-Homoseksualitas pada 3 April 2024 sekalipun keputusan ini juga telah mendapat kecaman dari komunitas internasional, termasuk Human Rights Watch.

Dokumenter LGBTQ yang Wajib Ditonton saat Pride Month

Call Me Kuchu
Call Me Kuchu film still h 2013 (dok. The Hollywood Reporter)

Pride Month yang setiap tahunnya dirayakan pada bulan Juni menjadi waktu yang paling tepat untuk menonton film Call Me Kuchu dan belajar sejarah komunitas LGBTQ di Uganda. Sebagaimana dari beragam bentuk perayaan Pride Month, salah satu yang bisa dilakukan adalah menghadiri acara pemutaran atau menonton film ini. 

Sejak dirilis pada 2012, Call Me Kuchu menjadi salah satu film yang sering direkomendasikan oleh para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) untuk mengetahui sejarah LGBTQ, khususnya memberikan gambaran mendalam tentang situasi yang dihadapi komunitas LGBTQ di Uganda.

Khususnya dalam menghadapi diskriminasi, kriminalisasi, dan bahkan sampai ancaman hukuman mati. Film ini akan sangat membantu lebih banyak orang di berbagai belahan dunia memahami realitas yang dihadapi oleh komunitas LGBTQ di Uganda. 

Film ini juga berfungsi sebagai penghormatan kepada mendiang David Kato dan aktivis lainnya yang telah berjuang untuk hak-hak komunitas LGBTQ di Uganda. Dengan mengetahui dan mempelajari kisah mereka, merupakan cara untuk menghargai dan mengenang keberanian dan  pengorbanan mereka dalam melawan ketidakadilan. 

Mengenang Perjuangan David Kato

Call Me Kuchu
Para pelayat membawa peti mati David Kato pada Januari 2011 (dok. CNN)

David Kato, orang Uganda pertama yang mengaku homo secara publik menurut laporan The Economist. Dia juga salah satu aktivis HAM yang mempelopori gerakan mendukung hak-hak bagi komunitas LGBTQ di Uganda. Sosoknya, punya peran dan kesan yang mendalam dalam sejarah LGBTQ di Uganda serta dunia. 

Kematian Kato pada 26 Januari 2011 mengguncang komunitas HAM internasional dan menyoroti situasi berbahaya yang dihadapi oleh aktivis LGBTQ di negara tersebut. Dia ditemukan tewas di rumahnya di Mukono, dekat Kampala, Uganda. Dia telah dipukul di bagian kepala dengan benda tumpul, yang menyebabkan cedera fatal.

Banyak yang meyakini bahwa pembunuhan ini bermotif kebencian terkait dengan aktivismenya. Komunitas HAM internasional mengecam pembunuhan ini dan menyerukan penyelidikan yang transparan dan menyeluruh.

Bulan April 2011, Enock Nsubuga, seorang pria yang dikenal oleh Kato, ditangkap dan kemudian diadili atas pembunuhan tersebut. Pada Januari 2012, Nsubuga mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara.

Sebelum kematiannya, Kato telah menerima banyak ancaman karena perannya sebagai juru bicara dan aktivis untuk komunitas LGBTQ di Uganda. Ancaman ini semakin meningkat setelah tabloid Rolling Stone Uganda pada Oktober 2010 menerbitkan foto-foto Kato dan aktivis LGBTQ lainnya di halaman depan dengan judul Hang Them (Gantung Mereka). Artikel ini secara eksplisit menyerukan kekerasan terhadap individu yang diidentifikasi sebagai LGBTQ.

Sejak kematian tragis Kato, kesadaran global tentang bahaya yang dihadapi oleh aktivis LGBTQ di Uganda dan negara-negara lainnya meningkat. Banyak organisasi internasional memperbarui komitmen mereka untuk mendukung hak-hak LGBTQ dan melawan diskriminasi serta kriminalisasi.

Film Call Me Kuchu ini, salah satunya menitikberatkan pada apa yang sudah dilakukan dan peran David Kato dalam memperjuangkan hak komunitas LGBTQ di Uganda.

Sinopsis Film Call Me Kuchu

Call Me Kuchu
Poster film Call Me Kuchu

Call Me Kuchu adalah film dokumenter 2012 dengan durasi 1,5 jam yang disutradarai oleh Malika Zouhali-Worrall and Katherine Fairfax Wright. Film ini mengisahkan perjuangan David Kato, seorang aktivis LGBTQ+ di Uganda, bersama rekan-rekannya melawan diskriminasi dan ancaman hukum, termasuk RUU Anti-Homoseksualitas yang mengusulkan hukuman mati bagi yang positif HIV. 

Melalui wawancara dan rekaman langsung, film ini menyoroti keberanian dan solidaritas para aktivis, dengan klimaks pada pembunuhan tragis David Kato. Dokumenter ini menghormati mereka yang berani melawan ketidakadilan dan menginspirasi advokasi hak asasi manusia global.

Penasaran dengan film Call Me Kuchu? Jika ingin mengetahui lebih lanjut dan cara mengakses film ini, bisa kunjungi website resminya di callmekuchu.com.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel