Membongkar 5 Mitos tentang Pekerja Sosial

Membongkar 5 Mitos tentang Pekerja Sosial

georg-arthur-pflueger-eO_JhqabBY0-unsplash

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Mungkin dari kalian ada yang tertarik berkarier sebagai pekerja sosial di bidang medis, industri, klinisi, masyarakat, dan sebagainya. 

Tapi keburu dengar pendapat orang-orang tentang bidang ini yang membuatnya terkesan sebagai pekerjaan yang tidak menarik.

Tapi kalian masih penasaran dan perlu diyakinkan bahwa pekerjaan ini pun punya sisi menariknya sendiri. 

Artikel ini akan membongkar lima mitos tentang pekerja sosial untuk memberikan kalian perspektif yang berbeda dan menghapus stereotip tentang pekerjaan ini.

1. Gaji tidak kompetitif

Jika kalian berpikir pekerja sosial adalah pekerjaan untuk orang yang siap mengorbankan seluruh hidupnya, menerima gaji yang tidak kompetitif, yang bekerja hanya demi kepentingan yang mulia, pikirkan lagi. 

Pekerja sosial tidak bekerja secara sukarela, mereka adalah tenaga profesional di bidangnya dan oleh karena itu, pasti mendapatkan gaji dengan nominal yang setara dengan kontribusi yang diberikan.

Pekerja sosial Aparatur Sipil Negara (ASN) Indonesia misalnya, mereka menerima gaji pokok, tunjangan, dan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) yang nominalnya bergantung pada kebijakan dan kekuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten atau kota tempat bekerja. 

Seperti yang diketahui, besaran APBD tiap daerah berbeda. Diketahui, APBD Jakarta tertinggi di Indonesia. 

Sehingga bisa disimpulkan, gaji pekerja sosial ASN Jakarta cenderung lebih tinggi jika dibanding dengan daerah lain.

2. Pilihan karier di bidang pelayanan sosial terbatas

Bidang pelayanan sosial tidak hanya menawarkan peran untuk pekerja sosial dengan peran atau tugas terbatas seperti yang kalian bayangkan, lebih dari itu.

Pada dasarnya, bidang pelayanan sosial ini luas. Jadi, keahlian yang dimiliki setiap pekerja sosial juga bisa jadi berbeda-beda tergantung kebutuhan organisasi.

Ada tempat (niche) dimana keahlian dan minat kalian akan selaras dengan sempurna. Sehingga memungkinkan kalian untuk bekerja sekaligus berkontribusi pada masyarakat. Dan menjadikan profesi kalian sebagai salah satu profesi paling mulia, sesuai stereotip yang dikenal luas.

Adapun keahlian umum yang biasanya dibutuhkan adalah punya kemampuan komunikasi yang baik, mampu berpikir strategis, dan pendengar yang baik.

3. Pilihan jenjang karier terbatas

Kalian mungkin khawatir pekerja sosial tidak punya kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier dengan maksimal.

Tapi seiring bertambahnya pengalaman dan melalui pembelajaran yang berkelanjutan, kalian tetap bisa meningkatkan peran kalian di manajerial, membentuk karier kalian sekaligus masa depan bidang ini secara bersamaan.

Beragamnya peran dan tanggung jawab, pekerja sosial punya banyak pilihan untuk mewujudkan passion-nya. 

Selain itu, program pelatihan dan pengembangan mendukung para tenaga profesional dalam memajukan karier.

Demi meningkatkan karier, pada akhirnya kalian perlu untuk mengikuti pelatihan atau pembelajaran untuk meningkatkan keahlian. Dengan begitu, kesempatan untuk menaikkan jenjang karier pun terbuka.

4. Pekerjaan di bidang pelayanan sosial tidak membutuhkan kualifikasi

Salah. Tenaga ahli di bidang pelayanan sosial sering kali punya gelar dan sertifikasi profesional dalam disiplin ilmu seperti pekerjaan sosial, psikologi, terapi, dan masih banyak lagi.

Jika kalian tertarik untuk bekerja di bidang pelayanan sosial ini, kalian perlu mencari tahu terlebih dahulu kualifikasi yang dibutuhkan. 

Apakah kalian sudah punya kualifikasi yang dibutuhkan? Kalau belum, apa yang akan kalian untuk bisa memenuhi kualifikasi tersebut.

5. Tenaga ahli pelayanan sosial tidak punya dukungan di tempat kerja

Mitos tersebut sama seperti menanyakan, “kalau dokter sakit, siapa yang mengobati?”. Tentu saja dokter lainnya. Begitu halnya dalam bidang pelayanan sosial yang salah satu prinsip utamanya terletak pada kerja tim

Pada kenyataannya, bidang pelayanan sosial adalah tentang kerja tim. Di dalam tim tersebut pasti ada pengawas, mentor, dan peluang pelatihan untuk mengembangkan karier.

Adakah satu hal lagi yang penting dan tidak boleh dilupakan dari persoalan ini?

Sama seperti perusahaan pada umumnya, pekerja sosial juga berkesempatan untuk menggunakan fasilitas konsultasi di kantor.

Kantor pastinya juga memperhatikan kesehatan mental pekerjanya dengan baik dan mempunyai segala yang dibutuhkan untuk membantu atau menolong pegawainya.

Jadi jangan khawatir karena pekerja sosial yang tugas utamanya menolong orang lain, pasti juga akan dibantu ketika membutuhkan pertolongan.

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel