Regenerasi Pelatih Timnas Indonesia: Kalo Bukan Sekarang, Kapan Lagi!

Regenerasi Pelatih Timnas Indonesia: Kalo Bukan Sekarang, Kapan Lagi!

Regenerasi Pelatih Saatnya Dilakukan Deh!
Ilustrasi oleh Ahmad Yani Ali

Apakah kita masih akan terus bergantung kepada coach Indra Sjafri jika melihat pada capaian Garuda muda dalam satu dekade kepemimpinannya? Ayolah PSSI!

Indra Sjafri bersama timnas U-24 Indonesia baru saja menerima hasil mengecewakan di ajang Asian Games 2023. Garuda muda takluk dari Uzbekistan 2-0 di fase 16 besar.

Laga tersebut memang sudah tidak terlihat seimbang dari awal, di mana hampir sepanjang waktu gawang Indonesia digempur dan mereka nyaris tidak memiliki kesempatan untuk memberikan perlawanan.

Anak asuh Indra Sjafri hanya sekali dua kali berhasil melepaskan tendangan ke gawang Uzbekistan. Ramadhan Sananta bahkan sempat berhasil mencetak gol di babak perpanjangan waktu, yang diikuti dengan selebrasi sujud syukur khas Indra Sjafri. Sayangnya, gol Sananta dianulir karena offside.

Kegagalan itu akhirnya memunculkan pertanyaan terkait masa depan coach Indra? Tanpa melupakan jasanya pada Piala AFF U-19 tahun 2013, Piala AFF U-23 tahun 2019, serta pada Sea Games 2023, pelatih 60 tahun tersebut rasanya sudah perlu dipindahkan dari posisi sebagai pemegang komando taktikal ke posisi yang lebih banyak bergerak di belakang layar.

Baca Juga: Piala Asia 2023 Bukan Mimpi Siang Bolong, Tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

Seperti halnya pelatih-pelatih kepala di belahan dunia lain, di balik kesuksesan mereka ada pula kegagalan yang terkadang menyertai mereka. Ditambah, kegagalan lolos 8 besar Asian Games 2022 (2023) Huangzhou, China kemarin bukanlah yang pertama kali dialami oleh Indra Sjafri.

Secara kontrak, kebetulan coach Indra sepertinya masih akan diberi kesempatan melatih sampai tahun 2027. Beliau juga kemungkinan besar masih akan diserahi tanggung jawab untuk mempersiapkan tim usia 19-20 tahun kita menuju mimpi untuk lolos Piala Dunia U-20 2025, yang tuan rumahnya masih belum jelas siapa. 

Bisa saja, atas dalih kepuasan kinerja Indonesia dalam meng-handle Piala Dunia U-17 2023 November nanti, FIFA beserta para anggotanya memberikan kesempatan menjadi host Piala Dunia U-20 2025 kembali, asal tidak ada Israel saja tapi, hehehe. 

Terlepas dari itu, pertanyaan yang saat ini nampaknya lebih urgent adalah apakah kita masih akan terus bergantung kepada coach Indra Sjafri jika melihat pada capaian Garuda muda dalam satu dekade kepemimpinannya? Ayolah PSSI!

Bukan Hanya Pemain, Pengembangan Pelatih Juga Perlu! 

PSSI sebaiknya mulai memikirkan alternatif pelatih baru yang akan menukangi tim nasional Indonesia ke depan. Melihat pengalaman Nova Arianto yang hampir empat tahun telah menjadi asisten pelatih timnas Indonesia senior, rasanya cukup masuk akal jika ke depan dirinya menjadi pelatih kepala tim U-16 Indonesia.

Selain itu, ada nama Bima Sakti yang nampaknya sudah siap untuk naik pangkat memegang kendali timnas U-19 Indonesia. PSSI juga setidaknya sudah perlu mulai memikirkan sosok baru yang lebih muda untuk menjadi asisten pelatih Shin Tae-yong selanjutnya di timnas senior serta U-23.

Sebab, bila terus menerus memakai Indra Sjafri, atau membiarkan Bima Sakti stagnan di kelompok usia 16 tahun, maka ada kemungkinan jalur generasi pelatih tim nasional Indonesia akan di situ-situ saja. Situasi ini harus dipertimbangkan dengan serius oleh PSSI, bahwa sejatinya jenjang usia dini tim nasional bukan hanya tentang pembinaan pemain usia dini Indonesia, namun juga kesempatan pelatih-pelatih muda kita untuk eksplorasi kemampuan taktikalnya setelah mendapatkan lisensi kepelatihan.

Selain itu, ruang pelatih untuk berkembang pun sebenarnya masih bisa dilebarkan di tim nasional perempuan kita. Tim ini harus ditingkatkan kemampuannya, mengingat mereka secara mengejutkan mampu lolos ke Piala Asia Wanita 2022 dan kemudian babak belur di ajang tersebut.

Ditambah dengan mulai bangkitnya turnamen Piala Pertiwi yang diselenggarakan secara rutin serta rencana akan ada turnamen pembuka sebelum Liga 1 Putri kembali dijalankan setelah vakum hampir 5 tahun lamanya.

Mengoper Indra Sjafri ke tim perempuan pun rasanya bisa menjadi salah satu langkah alternatif untuk memberikan dampak psikologis dan pengalaman lain bagi tim tersebut, khususnya U16 dan U19. Bisa juga, memberikan posisi direktur teknis khusus timnas Putri Indonesia bagi Indra Sjafri untuk menemukan kesamaan cara main antara tim Putra dan Putri.

Pun jika nantinya rencana timnas Putri Indonesia untuk mengontrak pelatih asal Jepang resmi terealisasi, kombinasinya dengan Indra Sjafri rasanya akan berujung manis.

Nah, PSSI setelahnya juga bisa memulai kerja sama dengan pergurunan tinggi nasional untuk menyempurnakan kurikulum yang sudah federasi susun dan membuat model pelatihan terbaru untuk calon pelatih lokal Indonesia. Bahasa kerennya mencoba melakukan glokalisasi dari metode-metode pengajaran kepelatihan yang diadopsi dari luar negeri menjadi lebih Indonesia bangat.

Kombinasi-kombinasi lain yang bisa dilakukan PSSI adalah melakukan studi banding ke federasi lain terkait tata kelola antar federasi yang memungkinkan antar pelatih dapat saling berbagi pengalaman. Misalnya, seperti bekerjasama dengan federasi badminton yang mampu bangkit kembali setelah mengalami periode buruk.

Apalagi kita semua tahu badminton adalah lokomotif utama prestasi olahraga Indonesia di ajang Olimpiade dan turnamen kelas dunia, beriringan dengan angkat besi serta panjat tebing nomor speed.

Terakhir, pembentukan akademi untuk calon pelatih nasional rasanya bisa menjadi langkah konkret lain PSSI agar terdapat sarana ideal yang dinaungi langsung oleh federasi.

Apalagi jika program-program ini juga ditopang pemberian subsidi kepada para calon pelatih masa depan untuk keperluan pengambilan lisensi. Ini tak pelak akan menjadi nilai plus tersendiri bagi pengembangan sepak bola kita.

Sebab, PSSI berpotensi akan dihadapkan pada pekerjaan rumah yang lumayan berat bila ke depannya jika terlalu mengedepankan pelatih asing.

Situasi seperti ini bisa jadi akan berdampak pada gersangnya persediaan pelatih lokal yang berkualitas. Kita mungkin akan kesulitan atau bahkan tidak akan menemukan lagi sosok-sosok pelatih lokal top macam Danurwindo atau Rahmad Darmawan.

Jadi, bagaimana PSSI? Berani regenerasi sekarang atau tidak?

Editor: Ahmad Gatra Nusantara
Penulis
Muhammad Rizal

Muhammad Rizal

Suka nonton Youtube-nya Mas Alip Ba Ta. Dulunya pernah kuliah Sosiologi dan penyuka tim Persis Solo.
Opini Terkait
(Nyaris) Tiada Harapan Dari Merah Putih
Janji Basi & Dangkal Atasi Pengangguran Gen Z Ibu Kota
FOMO Isu Politik itu Baik, Tapi…
Kalimantan Tidak Melulu Tentang Kuyang!
Konten Rhenald Kasali Seputar Gen Z: Minim Ilmu, Banyak Sesatnya!

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel