Sepak Bola Menyimpang Takdir

Sepak Bola Menyimpang Takdir

sepak bola menyimpang takdir
sepak bola menyimpang takdir

Sekitar dua bulan terakhir kita disuguhkan dengan kenyataan-kenyataan dunia sepak bola yang menjurus ke negeri dongeng. Huft.

Sah-sah saja jika David mampu mengalahkan Goliath. Barang satu atau dua kali tentu masih wajar. Tapi jika ada banyak David dan masing-masing mampu mengalahkan Goliath yang berlainan, itu namanya kurang ajar. Semacam bumi gonjang ganjing yang merusak tatanan semesta.

David dan Goliath adalah cerita kemenangan paling epik sepanjang zaman. Sampai-sampai kisahnya dituliskan di Alkitab. Tapi bagaimanapun, dalam kondisi normal hanya terdapat dua kemungkinan kemenangan itu bisa terjadi. Pertama tentu saja faktor keberuntungan. Dimana beberapa dari Anda mungkin menyebutnya takdir. Toh takdir juga untung-untungan karena tidak ada orang yang tahu takdirnya.

Sedangkan faktor keduanya adalah kebulatan tekad yang lagi-lagi hanya dimiliki segelintir orang. Sekedar tidak takut berhadapan dengan Goliath yang gagah perkasa saja sudah hebat, apalagi mengalahkannya. Jadi jangan harap Anda yang masih minder menghadapi cewek cantik bisa menjadi semacam David.

Masalahnya baik kebulatan tekad dan keberuntungan itu hanya dimiliki segelintir orang di waktu yang sama atau beberapa orang di waktu yang berbeda. Nyaris tidak ada hal semacam ini terjadi bersamaan di waktu yang sama. Itulah mengapa, selamanya hal-hal semacam ini akan meresap dalam ingatan banyak orang.

Jika Anda pernah menonton film Bruce Almighty, tentunya bisa dipahami jika keberuntungan yang datang secara bersamaan justru menimbulkan kekacauan. Di film itu digambarkan bagaimana warga di suatu distrik secara bersamaan menang undian lotere. Hasilnya, tiap orang justru mendapatkan hadiah yang (seingat saya) hanya $ 2 karena harus dibagi kepada banyak pemenang. Akhirnya yang terjadi adalah kerusuhan di distrik itu. Dan benar saja, saat itu Tuhan lupa “bermain” takdir karena sedang liburan.

Dan lagi-lagi Anda terbukti selalu salah karena mengira David, Goliath, dan Bruce hanya dongeng belaka. Karena sekitar dua bulan terakhir kita disuguhkan dengan kenyataan-kenyataan yang menjurus ke negeri dongeng. Berturut-turut sebanyak tiga kali di tiga lokasi berbeda.

Pertama kisahnya dari Inggris. Di sebuah kota kecil yang saking kecilnya anda perlu zoom dengan lag sana-sini untuk mencari kotanya dari Google Maps, Leicester City. Kemenangan klub liliput di kota kecil ini sungguh mengharu birukan. Tak sempat terjadi kerusuhan seperti Bruce memang. Karena di kota sekecil itu, sekali kerusuhan seluruh kota bisa hilang dari peta.

Lalu dilanjutkan dengan kemenangan dramatis Chile atas Argentina di final Copa Amerika. Tidak ada yang menyangka selain Tuhan sendiri jika Chile mampu mengalahkan Argentina di partai itu. Meskipun berstatus juara bertahan dengan mengalahkan Argentina di Final sebelumnya, tapi tahun ini langkah Argentina sepanjang kompetisi sangat meyakinkan. Bahkan di penyisihan grup Argentina berhasil melumat Chile dengan skor 2-1. Hebatnya, kemenangan itu diperoleh tanpa memainkan pemain terbaik mereka, Kang Messi.

Selain itu, untuk mencari profil pemain-profil Chile kecuali Sanchez, Bravo, dan Vidal, kita perlu berburu informasinya di internet sembari sesekali mengunjungi perpustakaan kota. Sedangkan untuk memperoleh informasi pemain-pemain Argentina kita hanya perlu bertanya ke tetangga depan rumah. Maka jangankan penonton, pemain-pemain Chile sendiri juga sebenarnya terkejut dengan kemenangan itu.

Belum kering air mata Messi, kisah ini terjadi lagi. Kali ini di gelaran Euro 2016. Partai final mempertemukan Portugal dan Perancis. Dan partai ini membuktikan bahwa di seluruh kompetisi, hanya saat melawan Wales lah Portugal mampu meraih kemenangan dalam waktu normal. Selebihnya mereka perlu perpanjangan waktu dan keberuntungan lain. Sialnya, mereka mengalahkan Perancis tepat di babak kedua perpanjangan waktu. Perancis yang berhasil menaklukkan Jerman Sang Juara Dunia itu tumbang. Dan banyak orang kalah judi.

Sepak bola memang tempat segala sesuatu bisa terjadi. Sepanjang sejarah sepak bola, banyak kisah kemenangan tim-tim yang tidak diunggulkan. Dan pula, banyak cerita kemenangan dramatis. Gerrard di Istanbul 2005 atau Beckham di Barcelona 1999. Keduanya menjadi saksi bahwa segalanya bisa terjadi di sepak bola.

Tapi dari Gerrard ke Beckham itu terdapat selisih waktu enam tahun. Bukan dua bulan. Keajaiban masih mungkin terjadi enam tahun sekali. Tapi jika dua bulan sekali namanya trik sulap. Sangat sulit dipercaya karena ini merusak segala kemapanan dalam sepak bola. Atletico Madrid dua kali gagal juara Champion dalam dua final terakhir mereka. Dortmund melengkapi kegagalan underdog di tahun sebelumnya. Tapi inilah fakta industri sepak bola. Goliath harusnya berjaya, bukan sebaliknya.

Dan benar saja, setelah ketiga hal diatas, perubahan peta sepak bola sepertinya akan terjadi. Messi menyatakan pensiun dari timnas Argentina yang tampaknya juga akan disusul pemain-pemain lain seperti Di Maria. Klub-klub Liga Inggris tampaknya akan memecahkan rekor pengeluaran transfer musim ini untuk menebus kebodohan mereka musim lalu, membiarkan tim kampungan juara. Meskipun di Perancis tampaknya tidak terjadi apa-apa selain aksi teror yang tidak ada kaitannya dengan sepak bola.

Sementara perubahan-perubahan itu semakin mengarah pada kepastian, tidak demikian jika kita mencari penyebab kemenangan beruntutun para underdog. Terlalu banyak kemungkinan yang bisa menjadi penyebab. Yang bahkan analisa statistik tidak dapat berbicara banyak karena hampir semua data statistik menunjukkan dominasi para Goliath.

Para pakar terus melakukan analisa fenomena ini. Sembari tim-tim besar dengan kekuatan uang mereka terus melakukan perombakan. Kita nantikan saja hasilnya. Semoga kemenangan ini murni tentang keberuntungan dan kebulatan tekad. Bukan jerih payah mafia bola.

Editor: Redaksi
Penulis
sdk-men-placeholder

Mikail Gibran

Perokok aktif. Pernah jadi pegiat persma.
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel