Sediksi.com – Pihak berwenang di Thailand mendakwa seorang remaja laki-laki dengan total lima dakwaan, termasuk pasal pembunuhan berencana dan kepemilikan senjata api ilegal (4/10).
Remaja berusia 14 tahun tersebut telah melakukan penembakan di Mall Siam Paragon, Bangkok, Thailand menggunakan pistol modifikasi yang didapatkan via online dan menewaskan dua pengunjung pada hari Selasa, 3 Oktober 2023.
Dua tewas, lima luka-luka
Dua pengunjung yang tewas adalah warga Tiongkok dan Myanmar.
Tiga pengunjung yang terluka adalah warga Thailand, sedangkan dua lainnya warga Laos dan Tiongkok. Masing-masing mengalami luka dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Penembakan tersebut terjadi pada sore hari di Mall Siam Paragon, salah satu pusat perbelanjaan mewah yang menjadi destinasi baik turis lokal maupun asing.
Atas kejadian ini, Thailand bertekad untuk mengembalikan stabilitas sektor pariwisata agar turis asing tidak ragu berwisata ke negara yang salah satunya dikenal sebagai negara asal minuman thai tea.
“Kejadian ini tentunya berdampak pada sektor pariwisata kita dan memengaruhi reputasi kita,” ucap Somsong Sachaphimukh, Wakil Presiden (Wapres) kelompok industri Dewan Pariwisata Thailand.
Ia melanjutkan bahwa sebelumnya sudah ada keluhan dari Tiongkok terkait jaminan keamanan pariwisata bagi warganya di Thailand, tapi kejadian ini benar-benar “tidak pernah terbayangkan”.
Sebab baru bulan lalu, Srettha Thavisin, Perdana Menteri (PM) baru Thailand meluncurkan kebijakan bebas visa kunjungan untuk turis berkewarganegaraan Tiongkok.
Sebelum pandemi COVID-19, warga berpaspor Tiongkok adalah pengunjung Thailand terbanyak. Di tahun 2019 saja, 11 juta dari total 39,9 juta pengunjung berasal dari Tiongkok.
Kebijakan ini ditetapkan dengan tujuan untuk mendukung visi Thavisin dalam memajukan sektor pariwisata Thailand.
Dalam menangani masalah ini, langkah pertama yang diambil Thavisin adalah merilis responnya terkait kejadian tersebut di media sosialnya.
Pada Selasa petang, ia mengatakan bahwa pemerintahnya akan “mengimplementasikan upaya pengamanan tertinggi” untuk para turis.
Dijerat dengan lima dakwaan
Kelima dakwaan terhadap remaja tersebut di antaranya sebagai berikut.
- Pembunuhan berencana
- Percobaan pembunuhan
- Kepemilikan senjata api ilegal
Selain kepemilikan senjata api ilegal, ia didakwa karena membawa senjata api ilegal tersebut di depan umum dan menembakkannya di depan umum.
Pernyataan ini disampaikan oleh Nakarin Sukhontawit, Mayor Jenderal kepada Reuters.
Karena berusia di bawah 18 tahun, remaja yang berusia 14 tahun ini akan diadili di pengadilan anak.
Pasca melepaskan banyak tembakan ke arah pengunjung mall hingga menyebabkan dua tewas dan lima luka-luka, pelaku langsung menyerahkan diri setelah polisi membekuknya di toko furnitur yang masih berada di dalam mall tersebut.
Kerasnya suara tembakan yang muncul tiba-tiba dan tidak berhenti itu membuat ratusan pengunjung di dalam mall panik, berteriak, dan berlarian menuju pintu keluar untuk menyelamatkan diri.
Remaja tersebut masih diperiksa untuk mengetahui alasan melakukan tindakan kriminal tersebut. Dari pernyataannya kepada polisi, ada suara yang “menyuruhnya untuk menembak”.
Meskipun pistol yang digunakannya dijual luas secara online dan seharusnya tidak mengeluarkan peluru, remaja tersebut sengaja memodifikasinya sehingga bisa mengeluarkan peluru.
Kepemilikan senjata api di Thailand cukup tinggi
Penembakan massal di Thailand jarang terjadi, tapi kepemilikan senjata api cukup umum di Thailand. Sekalipun kebijakan yang diberlakukan sudah ketat, tapi senjata api tetap bisa dimodifikasi oleh mereka dan dibeli secara ilegal.
Kebanyakan dari mereka terlibat dalam penyelundupan senjata api dari luar negeri.
Menurut gunpolicy.org, situs yang melacak senjata di seluruh dunia, 7,2 juta senjata di Thailand milik swasta atau individu. Namun hanya 6 juta saja yang terdaftar.
Sehingga bisa dikatakan bahwa kepemilikan senjata api ilegal sudah menjadi masalah serius bagi Thailand.
Hal ini bisa dilihat dari pemerintahnya yang cukup sering mengutak-atik kebijakan tentang kepemilikan senjata api di Thailand demi mengurangi resiko penyalahgunaannya.
Di tahun sebelumnya pada 6 Oktober 2022, juga terjadi pembunuhan massal di tempat penitipan anak di Thailand.
Total 35 orang terbunuh dengan 22 di antaranya adalah anak-anak dengan cara ditembak menggunakan senjata api dan diserang menggunakan pisau.
Pelakunya adalah seorang mantan polisi yang setelah melancarkan aksinya, ia menembak dirinya sendiri hingga meninggal.