Sediksi.com – Menurut pendekatan Alfred Adler tentang teori inferioritas manusia, kita semua dilahirkan dengan rasa rendah diri atau inferiority complex.
Yaitu pemikiran yang muncul dalam diri bahwa kita tidak akan pernah merasa cukup baik atas apa yang sudah dilakukan–bahkan untuk standar yang kita tentukan sendiri.
Alfred Adler, dokter medis dan psikoterapis Austria yang hidup pada 1870–1937, meyakini bahwa manusia tidak terdiri dari bagian-bagian seperti id, ego, dan superego yang dirumuskan dalam Teori Freudian.
Melainkan, kita ini adalah makhluk holistik dan kreatif yang punya kendali akan kehidupan kita sendiri, dan bertanggung jawab atas siapapun kita nantinya.
Definisi Psikologi Individu
Pendekatan Alfred Adler ini disebut sebagai “Psikologi Individu” dimana “individu” di sini berarti “tidak terbagi”.
Alih-alih mendekam di bawah pengaruh kuat dorongan pikiran bawah sadar yang cenderung berdampak negatif, kita sebenarnya sadar akan apa yang kita lakukan, serta alasannya.
Bahwa daripada merasa dipenjara oleh masa lalu, kita adalah manusia merdeka yang bisa menentukan keputusan dengan bebas.
Bukan sekedar bebas membuat keputusan apapun, tapi juga keputusan yang dimotivasi oleh impian untuk bertekad menciptakan masa depan yang lebih baik untuk diri kita sendiri.
Menurut pendekatan Psikologi Individu, setiap manusia pasti ingin mewujudkan versi ideal dari diri mereka sendiri atau yang juga bisa disebut sebagai aktualisasi diri.
Ada banyak cara untuk mencapai tujuan pribadi ini yang baik jumlah maupun kemungkinannya sangat tidak terbatas.
Karena setiap manusia punya impian dan tujuannya sendiri, serta caranya sendiri dalam mengatasi masalah. Sehingga kemungkinan dari cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pribadi ini tidak terbatas atau tidak terbagi.
Kehilangan motivasi kerja itu normal, tapi perlu diatasi dengan benar
Bekerja tanpa motivasi tertentu memang mungkin saja untuk dilakukan, tapi kita ini manusia, bukan robot. Cepat atau lambat, kita akan mulai merasa gelisah ketika menyadari semua yang dikerjakan dari hari ke hari ternyata tanpa motivasi dan tujuan tertentu. Tanpa dua hal itu, performa kita rasanya seperti percuma, sia-sia, dan terasa tidak berkembang.
Atau mungkin kalian merasa meskipun sudah berusaha keras setiap harinya, tapi hasilnya masih saja di bawah ekspektasi. Akhirnya jadi mulai mempertanyakan perkembangan karier, kualitas diri, bahkan sampai merasa diremehkan oleh atasan atau klien karena kinerja yang tidak kunjung stabil.
Kondisi kehilangan motivasi kerja seperti ini pasti pernah dialami oleh semua orang, apalagi yang sudah berkecimpung di dunia kerja.
Tapi jangan lupa! Kondisi buruk ini hanyalah fase sementara yang pasti akan berlalu juga pada akhirnya, tidak peduli seburuk apapun kondisinya.
Mengalami fase kehilangan motivasi kerja seperti ini bisa dikatakan sebagai hal yang normal dan pasti dilalui oleh semua orang.
Bagaimanapun, yang membedakan antara setiap orang ketika dihadapkan oleh fase ini adalah apa yang dilakukan untuk mengatasinya.
Slump, buntu, dan burn out bisa terjadi kepada siapapun, bahkan untuk karyawan yang dikenal punya etos kerja yang kuat.
Sejatinya, ada begitu banyak faktor yang bisa menyebabkan karyawan kehilangan motivasi kerja.
Pelajari akar motivasi manusia untuk membantu kalian dalam manajemen karier
Dengan begitu, kalian bisa mengidentifikasi alasan kalian kehilangan motivasi kerja dan solusi apa yang sekiranya bisa diterapkan. Mengingat solusi yang berhasil untuk orang lain, belum tentu bisa berhasil untuk kalian.
Tapi, tetap saja ada kemungkinan berhasil kalau memang menurut kalian cara tersebut cocok untuk masalah kalian.
Dalam pendekatan Psikologi Individu, akar motivasi manusia terletak pada dorongan untuk mencapai kesempurnaan dan keinginan untuk berkontribusi pada dunia.
Alfred Adler berpikir bahwa setiap manusia pasti punya inferiority complex.
Dikombinasikan dengan rendahnya self-esteem, keraguan terhadap nilai dan prinsip, keinginan untuk mewujudkan aktualisasi diri, dan menciptakan dampak positif untuk orang lain adalah dorongan yang paling kuat.
Setiap orang pasti selalu merasa punya kekurangan, kendala, dan trauma. Alfred Adler meyakini bahwa terlepas dari apapun kendala tersebut, kita tetap punya kuasa untuk membentuk masa depan seperti yang diharapkan.
Keyakinan untuk bisa mengubah fase yang dipenuhi keputusasaan karena kehilangan motivasi kerja menjadi optimis dengan adanya motivasi baru adalah langkah pertama yang harus dilakukan sebelum langkah berikutnya, mengelola dan mempertahankan motivasi kerja.
Sebab motivasi ini mempunyai korelasi dengan energi meskipun keduanya adalah hal yang berbeda. Dengan meningkatkan salah satunya, yang lainnya akan ikut meningkat.
Sehingga untuk mempertahankan motivasi kerja, kalian perlu untuk memastikan bahan bakar yang berupa motivasi dan energi ini sama-sama diperlukan untuk mewujudkan hal tersebut.