Tanda-Tanda Kalian Telah Menjadi Budak Korporat

Tanda-Tanda Kalian Telah Menjadi Budak Korporat

Survey-Finds-Shocking-Details-About-Corporate-Employees--1684151348-148

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Istilah “budak korporat” semakin dikenal dan dipergunakan secara luas karena memang masih sangat relevan untuk digunakan sampai sekarang.

Budak korporat sendiri adalah sebutan untuk orang yang bekerja di perusahaan dan menitik beratkan pada budaya kerjanya yang menuntut karyawan tersebut untuk mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya untuk pekerjaan.

Budaya kerja yang cenderung berdampak negatif ini membuat karyawan tersebut tidak bisa menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekatnya seperti anak, pasangan, keluarga, apalagi teman.

Tidak hanya itu, tapi juga jika dibiarkan berlangsung untuk waktu yang lama, pada akhirnya akan memperburuk kesehatan mental dan dampak yang lebih besar lainnya.

Kendati budak korporat sudah dipopulerkan oleh generasi z dan milenial serta sering diartikan sebagai budaya kerja yang negatif, tetap saja kondisi tidak berubah membaik. 

Memangnya, seperti apa sih bentuk budak korporat? Apakah kalian salah satunya?

Artikel ini akan memberikan penjelasan tanda-tanda kalian telah menjadi budak korporat agar kalian jadi lebih waspada dengan dampaknya dan tidak terlambat menyadarinya. 

4 tanda kalian menjadi budak korporat

1. Takut minta cuti

Setiap karyawan punya jatah cuti yang merupakan hak dasar sebagai karyawan dan seharusnya dipermudah dalam urusan mengambil hak tersebut.

Kalau kalian ingin mengambil jatah cuti tapi takut sekalipun punya kesadaran bahwa itu adalah hak kalian, bisa jadi kalian telah menjadi budak korporat.

Rasa takut untuk mengajukan cuti bisa didasari oleh beberapa hal. Misalnya, merasa tidak enak berbicara kepada atasan karena tidak ingin dianggap lemah.

Pemikiran seperti itu seharusnya disingkirkan dan gunakan saja jatah cuti kalian. 

Rasa takut lainnya adalah kekhawatiran tidak ada yang mengerjakan tugas kalian selama cuti nanti. Sebenarnya, sudah ada solusi untuk masalah ini.

Delegasikan tugas kalian ke karyawan lain dengan mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengana manajer dan rekan kerja terkait. 

“Tapi aku khawatir nanti merepotkan.”

Asal kalian mendelegasikan tugas dengan baik, seharusnya hal ini bukan masalah. Apalagi kalau rekan kerja yang kalian minta untuk membantu kalian sudah setuju dengan senang hati.

2. Tetap masuk kerja di hari libur

Sudah tahu hari libur dan kalian malah dengan senang hati masuk kerja? 

Ini sudah pertanda keras bahwa kalian telah menjadi budak korporat karena dalam lingkungan kerja yang sehat, seharusnya kalian memanfaatkan hari libur dengan tidak bekerja. 

Tetap masuk kerja di hari libur bisa didasari oleh dua hal, keinginan sendiri dan tuntutan pekerjaan.

Jika kalian masuk kerja di hari libur karena keinginan sendiri atau alasan internal, ada baiknya untuk meninjau ulang kebiasaan ini. 

Tapi jika kalian melakukannya karena tuntutan pekerjaan atau sering disuruh oleh atasan yang merupakan alasan eksternal, maka kalian perlu mematuhinya.

Hanya saja, sebelum hal ini menjadi kebiasaan yang dinormalisasi, ada baiknya kalian mendiskusikannya dengan manajer.

Tegaskan pada mereka bahwa saat hari libur, seharusnya mereka bahkan tidak menghubungi kalian. 

3. Selalu mengkhawatirkan pekerjaan

Berbicara tentang ‘selalu’ ini, artinya kalian tidak pernah jauh dari pekerjaan baik secara fisik maupun mental.

Fisik kalian bisa jadi tidak di kantor atau dekat dengan urusan yang berkaitan dengan pekerjaan, tapi isi pikiran kalian tetap dipenuhi oleh hal-hal tentang pekerjaan. Ini, juga merupakan pertanda kalian telah menjadi budak korporat.

Memang sulit sekali untuk beristirahat dari memikirkan pekerjaan begitu sudah memasuki dunia kerja, tapi meregulasi diri untuk mewujudkan work-life balance itu penting dan perlu secara sadar diterapkan.

4. Kehidupan selain pekerjaan cenderung berantakan

Setiap manusia punya kesempatan yang sama untuk memanfaatkan waktunya dalam 24 jam sehari. Bagi budak korporat, waktu tersebut akan digunakan untuk bekerja, dan tidak untuk urusan di luar pekerjaan. 

Padahal, menekankan work-life balance meskipun sulit, tetap harus dilakukan. 

Dalam jangka pendek, memang tidak terasa dampak buruknya. Tapi dalam jangka panjang, dampaknya bukan hanya kepada kalian sendiri, tapi juga orang-orang yang kalian sayangi dan orang-orang yang seharusnya kalian pedulikan.

Jika kalian belum punya pasangan, mengabdikan seluruh waktu kalian untuk pekerjaan tetap cenderung berdampak buruk buat hanya diri kalian.

Karena kalian masih ada orang tua, saudara, teman yang mungkin ingin kalian ajak menghabiskan waktu bersama lebih banyak. 

Belum lagi jika kalian sedang berharap untuk segera menemukan pasangan tapi masih dibuat stres sebagai budak korporat. 

Sebenarnya, sesibuk apapun kalian, peluang untuk bertemu pasangan tentu saja ada. Hanya saja jika ingin serius dalam urusan ini, ada baiknya untuk juga serius menerapkan work-life balance

Itulah beberapa pertanda seseorang menjadi budak korporat. Jika kalian merasa relate dengan tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, mungkin sudah saatnya meninjau ulang kebiasaan atau tendensi kalian dalam pekerjaan. 

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel