Menjadi perempuan seharusnya tidak berbeda dari menjadi siapa pun; seharusnya bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Sayangnya, masyarakat kita membuat perempuan sulit memilih jalan lain selain jalan konvensional yang sudah ditetapkan sebelumnya: menempuh pendidikan, menikah, lalu memiliki anak.
Semua paslon memang memiliki visi pembangunan yang kuat. Sayangnya, dari semua cita-cita pembangunan nasional tersebut, belum ada yang spesifik membahas mengenai kaitannya dengan perempuan.
Publik begitu keras menuntut perempuan. Perempuan selalu dituntut untuk bisa menjadi sosok yang luar biasa dan selalu diharapkan untuk menjadi makhluk yang berdaya.
Saking mengakarnya budaya patriarki yang merendahkan perempuan, perempuan bisa merepresi, menindas, atau merendahkan dirinya sendiri. Salah satu contohnya adalah lagu Sang Dewi. Loh kok bisa?