Ketika laki-laki dan perempuan mempunyai akses—dan kesulitan akses—yang sama terhadap pendidikan dan pekerjaan, masih relevankah norma sosial yang mengharuskan laki-laki menjadi pencari nafkah?
Hilangnya batas antara waktu kerja dan waktu luang serta kelonggaran dalam regulasi ketenagakerjaan tidak berdampak baik pada keseimbangan hidup yang diharapkan pekerja lepas.
Bagaimana cara mengukur kemampuan komunikasi seseorang hanya dari CV atau profil LinkedIn-nya? Apakah soft skills yang diutamakan itu benar-benar dimiliki, atau hanya jargon untuk mempermanis profil?
Berfokus pada solusi-solusi yang dangkal dan berulang layaknya peningkatan keterampilan, penyesuaian kurikulum pendidikan sambil mengglorifikasi literasi digital anak muda, apalagi pemberian bantuan materi, rasanya tidak akan membuat situasi berubah menjadi lebih baik.
Anggapan umum terkait PNS sebagai pekerjaan impian atau menantu idaman tidak bisa dipungkiri salah satunya terjadi karena bias atau distorsi pengetahuan terhadap realitas profesi ini