Sorot publik selalu tentang nilai semangat para guru. Bukan soal akar masalah sesungguhnya. Lebih parah lagi, motivasi abstrak semacam itu diproduksi oleh pemimpin dari tingkat sekolah sampai pemerintahan.
Persoalan ketercapaian pembelajaran tidak perlu ditutupi, direkayasa, dan dikondisikan, melainkan harus disikapi dengan keterbukaan pikiran dan kedewasaan.
Menaikkan tarif PPN tidak berpihak kepada masyarakat banyak, terutama kelas menengah ke bawah. PPN merupakan proportional tax, yang mana dikenakan kepada semua masyarakat pada tarif yang sama.
Karena yang penting adalah lulus ujian, cara cepat dan fokus hafalan rumus justru terkadang lebih membantu. Namun, bukan berarti attitude seperti itu dapat dimaklumi ada pada tentor dan bimbel. Mereka boleh saja mengajarkan cara pragmatis, tetapi bukan berarti mengesampingkan soal konsep.
Hilangnya batas antara waktu kerja dan waktu luang serta kelonggaran dalam regulasi ketenagakerjaan tidak berdampak baik pada keseimbangan hidup yang diharapkan pekerja lepas.
(nyaris) tiada harapan dari Merah Putih. Sekarat sudah mengetuk pintu. Putus asa juga sudah menyapa. Satu tempat di luar nalar antara sekarat dan putus asa adalah harapan memang benar adanya.
Penggalan liriknya, “Selamat Jalan Bagimu//Lepas Keluh Kesahmu//Kau Bajingan Tua Korban Jumawa Manusia,” menambah getir perasaan bahwa manusia dapat menjadi serigala pembunuh bagi manusia lainnya atas nama keadilan semu nan jumawa.
Berfokus pada solusi-solusi yang dangkal dan berulang layaknya peningkatan keterampilan, penyesuaian kurikulum pendidikan sambil mengglorifikasi literasi digital anak muda, apalagi pemberian bantuan materi, rasanya tidak akan membuat situasi berubah menjadi lebih baik.
Anggapan umum terkait PNS sebagai pekerjaan impian atau menantu idaman tidak bisa dipungkiri salah satunya terjadi karena bias atau distorsi pengetahuan terhadap realitas profesi ini