Cukuplah para akademisi frustasi akan adanya indikasi plagiasi pada satu kata “the” atau pada variasi kata imbuhan di Turnitin mereka daripada tersenyum atas hasil indeks plagiasi yang terus dinormalisasi.
Saya rasa, solusi idealis yang ditawarkan oleh Fatih di penghujung sub bab pertamanya mengenai melempar wacana tandingan pun nampaknya akan sukar tercapai. Pasalnya solusi tersebut hanya akan tersampaikan kepada kelompok yang sudah paham dengan sejarah saja.
Belajar lewat sastra artinya belajar berdialektika. Sastra akan kaku bila ia dipahami sebatas wujud dan permukaan isi. Namun, isi sastra akan begitu membangun saat ditempatkan sebagai proses berfikir. Kesadaran kritis akan tumbuh dengan sendirinya.
Tenaga pendidik tidak seharusnya menanggung dosa apapun. Baik Ucup yang honorer atau tenaga pendidik penggantinya yang PPPK merupakan korban dari sistem pendidikan kita, yaitu sistem yang tidak meritokratik dan kurang ramah ketika hendak dievaluasi.
Jadi jelas, antara sarjana dan SMA pada perdebatan tersebut sama-sama hanya sekadar mengejar tujuan pragmatis bernama “citra sosial”, bukan jangka panjang.
Tulisan ini tidak bermaksud mengajak anda untuk membenarkan atau menyalahkan masa lalu kita tersebut. Di sini, saya malah merasa kasihan kepada orang-orang yang terkena doktrinasi Orba atau Orde Ba(r)u yang sudah sangat mengakar di Indonesia hingga hari ini.
Ya, sepertinya memang deskripsi paling gamblang bagi mahasiswa S3 adalah kaum penganut “masokhisme psikologis”. Individu yang rela—bahkan mungkin menikmati—untuk disiksa, dan bahkan membayar untuk itu.
Saya tahu, setiap orang memiliki orientasi, minat, dan bakat yang berbeda. Namun, mengapa hampir semua nasihat untuk mahasiswa itu isinya mirip-mirip: organisasi, magang, kerja, dan begitu-begitu saja lagi sampai pening.
Yang ingin sejarawan bela saat mengkritisi NH itu siapa? Bukannya NH dikritik supaya kita melindungi ruang interpretasi publik agar tidak jatuh pada narasi pseudohistori? Lha, kok, publiknya ikut diserang dan dianggap tidak tahu apa-apa dan perlu belajar lagi?