Meski program ospek bersih sudah digaungkan, ternyata masih ada beberapa kampus yang melestarikan program ospek tidak masuk akal dengan beragam alasan. Salah satunya adalah program Cinta Subuh.
Cukuplah para akademisi frustasi akan adanya indikasi plagiasi pada satu kata “the” atau pada variasi kata imbuhan di Turnitin mereka daripada tersenyum atas hasil indeks plagiasi yang terus dinormalisasi.
Saya rasa, solusi idealis yang ditawarkan oleh Fatih di penghujung sub bab pertamanya mengenai melempar wacana tandingan pun nampaknya akan sukar tercapai. Pasalnya solusi tersebut hanya akan tersampaikan kepada kelompok yang sudah paham dengan sejarah saja.
Belajar lewat sastra artinya belajar berdialektika. Sastra akan kaku bila ia dipahami sebatas wujud dan permukaan isi. Namun, isi sastra akan begitu membangun saat ditempatkan sebagai proses berfikir. Kesadaran kritis akan tumbuh dengan sendirinya.
Tenaga pendidik tidak seharusnya menanggung dosa apapun. Baik Ucup yang honorer atau tenaga pendidik penggantinya yang PPPK merupakan korban dari sistem pendidikan kita, yaitu sistem yang tidak meritokratik dan kurang ramah ketika hendak dievaluasi.
Jadi jelas, antara sarjana dan SMA pada perdebatan tersebut sama-sama hanya sekadar mengejar tujuan pragmatis bernama “citra sosial”, bukan jangka panjang.