Memahami 5 Stages of Grief: Lagi Ramai di Medsos, Apa Artinya?

Memahami 5 Stages of Grief: Lagi Ramai di Medsos, Apa Artinya?

5 STAGES OF GRIEF

DAFTAR ISI

Setiap orang pasti pernah atau akan merasakan kehilangan—entah itu karena putus cinta, kehilangan pekerjaan, atau kepergian orang terkasih. Namun, bagaimana kita menghadapinya? Inilah saatnya kita mengenal lebih dekat dengan yang namanya 5 stages of grief, alias lima tahapan dalam proses berduka.

Sebelum kita lanjut, mungkin kamu sedang berpikir, “Lima tahapan? Apa saya bakal jadi Bruce Lee dulu sebelum akhirnya bisa move on?” Tenang, kita akan menguraikan semuanya satu per satu tanpa kamu harus pakai baju kung fu.

Apa Itu 5 Stages of Grief?

Duka adalah proses alami yang semua orang hadapi setelah kehilangan. Psikiater terkenal, Elizabeth Kübler-Ross, memperkenalkan model 5 stages of grief dalam bukunya, On Death and Dying. Meskipun tahapan ini awalnya dikaitkan dengan orang yang menghadapi kematian, sekarang ini diterapkan untuk semua jenis kehilangan.

Seperti yang mungkin sudah kamu duga, tahapan duka ini tidak harus selalu berurutan. Kadang kita loncat-loncat dari satu tahap ke tahap lain. Jadi, jangan panik kalau satu hari sudah merasa menerima, lalu besok malah marah lagi. Itu semua normal, kok.

5 Tahapan Duka: Dari Penolakan Hingga Penerimaan

Berikut adalah 5 stages of grief:

1. Penolakan (Denial)

STAGES OF GRIEF
canva

Ini adalah tahap pertama, di mana kita mungkin tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi. Kamu berpikir, “Ini tidak mungkin. Mungkin ada kesalahan atau ini cuma mimpi buruk.” Biasanya, di tahap ini kita sibuk mencari alasan untuk tidak mempercayai realitas.

Contoh: “Dia nggak benar-benar putus sama aku. Besok dia pasti telepon dan bilang ini cuma prank.”

2. Kemarahan (Anger)

STAGES OF GRIEF - ANGER
canva

Setelah penolakan mulai memudar, kemarahan muncul. Seseorang bisa merasa marah pada apa saja—orang yang pergi, Tuhan, atau bahkan tukang parkir yang nggak salah apa-apa. Ini cara otak kita mengeluarkan rasa frustrasi.

Contoh: “Kenapa ini terjadi pada aku? Serius, apa salahku? Apa ini balasan karena aku pernah makan kue teman kantor tanpa izin?!”

3. Tawar-menawar (Bargaining)

Di sini, kita mulai membuat “deal” imajiner, berharap situasi bisa diubah. Kamu mungkin berkata pada diri sendiri, “Kalau saja aku bisa mengubah ini, aku berjanji akan jadi orang yang lebih baik.” Atau, kalau kamu religius, mungkin ada sedikit tawar-menawar dengan Tuhan.

Contoh: “Tuhan, kalau dia kembali, aku janji bakal rutin olahraga tiap pagi. Enggak akan bolos!”

4. Depresi (Depression)

Ini adalah tahap di mana kesedihan benar-benar terasa. Rasa putus asa datang, dan rasanya seperti ada awan gelap di atas kepala yang terus mengikuti ke mana pun kita pergi. Semua hal yang dulunya menyenangkan, sekarang terlihat membosankan dan berat.

Contoh: “Mungkin aku akan jadi jomblo selamanya. Bahkan anjing tetangga pun nggak mau main sama aku.”

5. Penerimaan (Acceptance)

STAGES OF GRIEF - ACCEPTANCE

Di tahap terakhir, seseorang mulai menerima apa yang terjadi. Bukan berarti berhenti merasa sedih, tapi lebih kepada menyadari bahwa hidup tetap berjalan dan mulai mencari cara untuk move on.

Terdengar seperti lagu Bernadya, ya?

Untungnya, kupakai akal sehat

Untungnya, hidup terus berjalan

Untungnya, ku bisa rasa

Hal-hal baik yang datangnya belakangan

Contoh: “Oke, dia memang sudah nggak ada. Aku bisa tetap melanjutkan hidupku… mungkin mulai dengan memesan pizza ekstra keju sebagai bentuk self-care.”

Jadi, Kenapa Penting Memahami Stages of Grief?

Memahami 5 stages of grief bisa membantu kita lebih sadar akan apa yang sedang kita rasakan. Ini bukan soal memaksa diri untuk “cepat-cepat sembuh,” tetapi lebih tentang mengenali bahwa semua emosi ini adalah bagian dari proses alami.

Kiat Menghadapi Duka:

Tak perlu terburu-buru. Nggak ada yang bilang seseorang harus sembuh dalam waktu seminggu. Ini bukan lomba lari.

Cari Dukungan. Kadang kita perlu ngobrol sama teman atau keluarga, atau bahkan konsultasi dengan terapis, untuk meluapkan apa yang kita rasakan.

Izinkan Diri Menangis… atau Tertawa. Jangan merasa bersalah kalau sesekali kamu bisa ketawa saat nonton meme lucu, bahkan di tengah duka. Itu bagian dari keseimbangan hidup.

Lakukan Hal yang Kita Suka. Meski terasa berat, coba lakukan hal-hal kecil yang kita nikmati, entah itu nonton film atau makan makanan enak. Siapa tahu, es krim coklat bisa sedikit mencerahkan hari, kan?

Ada Model Lain: “7 Stages of Grief”

Selain 5 stages of grief, ada juga model 7 stages of grief yang mencakup lebih banyak variasi emosional. Kadang duka tidak hanya terdiri dari penolakan, kemarahan, dan penerimaan, tapi juga ada momen syok, rasa bersalah, hingga titik balik yang membuatmu merasa sedikit lebih baik.

7 Stages of Grief:

  • Syok dan Penyangkalan: Merasa seolah-olah ini semua tidak nyata.
  • Rasa Sakit dan Rasa Bersalah: Merasa bersalah atas kehilangan dan dampak yang dirasakan orang lain.
  • Kemarahan dan Tawar-menawar: Mencari cara untuk memperbaiki atau mengubah situasi.
  • Depresi: Perasaan putus asa yang mendalam.
  • Titik Balik: Mulai melihat secercah harapan.
  • Rekonstruksi: Membangun kembali kehidupan dengan kenyataan baru.
  • Penerimaan dan Harapan: Secara bertahap mulai menerima perubahan dan membuka diri untuk masa depan yang baru.

Berapa Lama Proses Berduka Ini Berlangsung?

Jujur saja, tidak ada waktu yang pasti. Setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda. Kadang bisa berlangsung beberapa minggu, kadang bisa bertahun-tahun. Nggak usah khawatir kalau merasa proses kita lambat.

Apakah Normal Melewati Stages of Grief Tidak Berurutan?

Sangat normal! Kadang kita bisa maju dari penolakan ke penerimaan, lalu tiba-tiba kembali ke kemarahan. Ini semua adalah bagian dari proses emosional yang rumit.

Apakah Saya Akan Bisa Comeback Lagi Setelah Berduka?

Tentu saja! Duka bukan berarti kebahagiaan sudah berakhir. Meski prosesnya mungkin panjang dan berliku, senyum akan kembali, mungkin saat kita sedang nggak sadar.

Duka adalah Proses yang Personal

Menghadapi duka adalah perjalanan yang sangat personal. Tidak ada yang salah atau benar dalam merasakan duka. Kadang kita mungkin merasa marah, kadang kamu merasa sedih, dan kadang kita malah bisa ketawa nonton acara komedi.

Yang terpenting adalah memberikan waktu bagi diri sendiri untuk menjalani setiap tahapnya dan tetap ingat bahwa, pada akhirnya, kita akan bisa melanjutkan hidup dengan cara yang baru—dan mungkin dengan senyum di wajah.

Bisa jadi, menemui profesional di bidang ini akan membantu kita berbagi cerita, kemudian memetakan jalan hidup lagi.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel