Sediksi.com – Sifilis, salah satu penyakit menular seksual yang cukup berbahaya, menjadi sorotan kita hari ini. Dikenal dengan nama lain sebagai penyakit raja singa, sifilis dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau status sosial.
Pengetahuan yang mendalam tentang gejala, penyebab, dan cara mengobatinya sangatlah penting untuk mencegah penyebaran penyakit sifilis.
Dalam artikel ini, kita akan membahas dengan lengkap tentang gejala-gejala sifilis yang perlu diwaspadai, penyebab dari penyakit ini, dan juga cara-cara mengobatinya.
Dengan pengetahuan yang cukup, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari bahaya sifilis. Jadi, mari kita mulai ulasan tentang penyakit sifilis. Simak artikelnya sampai selesai!
Apa itu Sifilis?
Menurut jurnal Immune Evasion and Recognition of the Syphilis Spirochete in Blood and Skin of Secondary Syphilis Patients oleh Adriana (2012), Sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. T. pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta, yang berbentuk spiral.
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membrane mukosa vagina dan uretra), melakukan kontak langsung dengan luka atau infeksi maupun dari ibu yang menderita sifilis menular ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
Penyakit ini memiliki sejarah yang panjang dan telah menjadi masalah kesehatan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu.
Mengutip dari Republika, ada hipotesis utama mengenai asal mula penyakit sifilis ini, yakni muncul pada periode saat Christoper Columbus melakukan perjalanan ke Dunia Baru.
Menurut teori ‘Columbian’, kru kapal Columbus membawa penyakit ini dari Amerika ke Eropa keruka mereka kembali pulang pada tahun 1942, yang tidak lama kemudian, epidemi sifilis yang pertama kali terjadi saat bersamaan dengan Perancis yang tengah menginvasi Kota Naples di Italia pada tahun 1495.
Dalam catatan lain, sifilis pertama kali muncul dalam catatan sejarah seorang pria bernama Joseph Grunpeck, tahun 1496.
Akan tetapi istilah sifilis pertama kali digunakan oleh seorang dokter yang juga seorang penyair Italia bernama Girolamo Fracastoro, pada tahun 1530. Istilah itu ia kemukakan pada sebuah puisi latin.
Meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam bidang kesehatan, sifilis tetap menjadi ancaman serius di era modern ini.
Kenapa kita harus mewaspadai sifilis? Jawabannya sederhana: karena sifilis dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada tubuh jika tidak diobati.
Penyakit ini bisa menyerang sistem kardiovaskular, sistem saraf, otak, dan organ tubuh lainnya. Dalam beberapa kasus yang parah, sifilis bahkan dapat menyebabkan kematian.
Yang lebih menakutkan lagi, sifilis adalah penyakit yang seringkali sulit untuk dideteksi. Gejalanya seringkali tidak terlihat atau tidak terasa pada tahap awal, sehingga seseorang dapat terinfeksi dan tanpa sadar menularkan penyakit ini kepada pasangan seksualnya.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami tanda-tanda yang mungkin muncul serta langkah-langkah pencegahan yang dapat kita ambil.
Baca Juga: Yang “Mengganjal” dari Guyonan Selangkangan
Gejala Penyakit Sifilis
Mungkin kamu bertanya-tanya, apa saja gejala sifilis yang perlu diwaspadai? Nah, mari kita bahas dengan cermat. Sifilis memiliki beberapa tahapan yang berbeda, dengan masing-masing tahapan menunjukkan gejala yang berbeda pula.
Pada tahap awal, mungkin sulit untuk mengenali tanda-tanda penyakit ini karena mereka sering kali tidak menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan. Namun, jangan lengah, karena tanpa perawatan yang tepat, sifilis dapat berkembang menjadi stadium yang lebih serius.
Awal bakteri T. palladium ini masuk dengan cepat melalui mukosa yang utuh dan kulit lecet lalu masuk ke dalam kelenjar getah bening dan aliran darah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Dalam jurnal berjudul Biological Basis for Syphilis oleh LaFond dan Lukehart (2006) waktu berkembang biak bakteri ini selama masa aktif penyakit secara invivo adalah 30-33 jam.
Gejala awal sifilis biasanya berupa luka terbuka yang disebut chancre. Mereka muncul di area tubuh yang terinfeksi dan dapat berlangsung selama beberapa minggu sebelum menghilang dengan sendirinya biasanya bertahan 4 sampai 6 minggu.
Baca Juga: Silahkan Guyon, Jangan Takut Anu!
Sifilis Primer
Gejala sifilis dibagi menjadi 5 kategori, diatas tadi adalah penjelasan dari sifilis primer, gejala awal dan masih ditandai dengan chancre tadi. Chancre bisa ada dibagian tubuh mana saja, tapi paling sering ditemui di bagian penis, servik, dinding vagina, rectum dan anus.
Sifilis Sekunder
Kemudian gejala sekunder, jika gejala primer tidak segera diobati maka gejala sifilis sekunder akan mulai timbul dalam 2-6 bulan pertama.
Menurut Prince SA & Wilson (2006) dalam Sifilis dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, menyebutkan bahwa sistem yang paling sering terkena adalah kulit, limfe, saluran cerna, ginjal, tulang, susunan saraf pusat dan mata.
Sifilis Laten
Lalu yang ketiga adalah sifilis laten atau asmtomatik merupakan hilangnya gejala klinis sifilis sekunder hingga diberikannya terapi atau gejala klinik tersier muncul. Jangka waktu sifilis laten ini antara satu tahunan sampai 5 tahun dengan gejala serupa berulang atau relaps.
Sifilis Laten
Selanjutnya, yang keempat adalah sifilis tersier, gejala yang satu ini pada seseorang dapat muncul hingga 3-15 tahun setelah infeksi awal. Pasien dengan sifilis tersier biasanya tidak menular.
Dari jurnal berjudul Syphilis is a chronic infection disease, oleh Pommerville (2010), karakteristik pada stadium ini ditandai adanya guma kronik, yang lembut, seperti tumor yang inflamasi dengan ukuran bervariasi. Biasanya guma ini mengenai kulit, tulang, dan hati, akan tetapi dapat juga muncul dibagian lain.
Sifilis Kongential
Terakhir ada sifilis Kongential, yakni merupakan penyakit yang mengenai janin dalam uterus dari ibu yang sedang menderita penyakit sifilis. Singkatnya menular dari si ibu ke janinnya
Untuk penyakit ini selalu periksakan dirimu dan jaga kebersihan, dan ingatlah, jangan mengandalkan keajaiban semata, karena sifilis akan kembali lagi dengan gejala yang lebih parah jika tidak diobati.
Pastikan untuk mengunjungi dokter jika mengalami gejala-gejala ini, agar sifilis dapat didiagnosis secara dini.
Apa Saja Penyebab Sifilis
Dikutip dari laman halodoc, orang akan terkena sifilis adalah siapa pun yang aktif secara seksual, akan tetapi beberapa kategori di bawah ini memiliki peningkatan resiko terinfeksi, diantaranya adalah:
- Seseorang yang memiliki kecenderungan berhubungan seksual sesama jenis, yakni seorang gay, maupun seorang biseksual.
- Saat melakukan hubungan seks, pasangan tersebut tidak memakai kondom apalagi diperparah jika melakukan gonta-ganti pasangan.
- Mengidap HIV/AIDS
- Seseorang yang mengidap IMS lain, yakni seperti herpes, klamidia maupun gonore
- Berhubungan seks dengan seseorag yang juga sedang mengidap sifilis.
Selain berhubungan seks, penyakit ini juga bisa menular lewat kontak tidak langsung dengan orang yang mengidap sifilis, yakni bisa melalui pakaiannya, sprei, sapu tangan, pisai cukur, selimut, handuk dan lain-lain yang dipakai oleh pengidap.
Penularan lain bisa melalui transfer darah jika pendonor adalah seorang pengidap sifilis laten, karena darah yang didonorkan kemungkinan membawa bakteri T. Pallidum.
Cara Mengobati Penyakit Sifilis
Sekarang saatnya membahas bagaimana mengobati sifilis dengan tepat. Setelah sifilis didiagnosis melalui pemeriksaan medis yang komprehensif, dokter akan merekomendasikan pengobatan yang sesuai sesuai dengan tahap sifilis yang dialami.
Terlepas dari tahapnya, antibiotik tetrasiklin atau penisilin sering menjadi pilihan utama untuk mengatasi sifilis. Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan harus dilakukan secara lengkap sesuai dengan petunjuk medis. Menghentikan pengobatan sebelum waktu yang ditentukan dapat mengakibatkan sifilis kambuh dan menjadi lebih sulit untuk diobati.
Selain itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan rutin dan tes ulang setelah menjalani pengobatan untuk memastikan bahwa penyakit ini benar-benar sembuh.
Mengutip halodoc, bagi tahap sifilis primer dan sekunder, pengobatan dilakukan dengan antibiotic melalui pemberian suntikan dengan biasanya dilakukan selama kurang lebih 14 hari.
Sedangkan untuk sifilis tersier dan pada wanita pengidap sifilis yang sedang hamil, waktu pengobatan akan lebih lama dan menggunakan antibiotic yang diberikan melalui infus.
Pengidap akan menjalanis tes darah sesudahnya, untuk memastikan agar infeksi telah sembuh total.
Pencegahan sifilis dapat dilakukan dengan jaga diri, jaga pasangan, dan jaga masyarakat, seperti pepatah yang mengatakan, “lebih baik mencegah daripada mengobati.”
Ini juga berlaku untuk sifilis. Tidak hanya menjaga kebersihan pribadi dan melakukan hubungan seks yang aman, kamu juga dapat mencegah penyebaran sifilis dengan mengedukasi diri sendiri dan orang-orang di sekitarmu tentang pentingnya praktik seks yang sehat dan aman.
Menggunakan kondom saat berhubungan seks, membatasi jumlah pasangan seksual, dan menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril adalah langkah-langkah penting dalam pencegahan sifilis.
Selain itu, mengunjungi klinik kesehatan terdekat untuk pemeriksaan rutin juga dapat membantu dalam mendeteksi penyakit ini secara dini dan mencegah penyebarannya ke orang lain.