Sediksi.com – Belanja gila-gilaan yang dilakukan Chelsea pada dua jendela transfer musim 2022/23 ternyata meninggalkan masalah pembengkakan skuad dalam tubuh tim asal kota London ini.
Seperti yang diketahui, The Blues telah menghabiskan lebih dari 600 juta Euro pada musim lalu. Langkah ini demi mendatangkan wajah-wajah baru semenjak Chelsea diambil alih konsorsium investor yang dipimpin oleh Todd Boehly dan Clearlake Capital.
Sebelum memasuki bursa tranfer musim panas ini, terdapat kurang lebih 40 pemain dalam skuad utama Chelsea, di mana jumlah 25 merupakan angka ideal untuk jumlah skuad inti. Total 14 pemain baru didatangkan Chelsea pada bursa transfer musim panas dan musim dingin musim lalu.
Dikutip dari The Athletic pembengkakan skuad ini menyebabkan beberapa nama yang didatangkan pada Januari seperti Benoit Badiashile, David Datro Fofana, dan Noni Madueke tidak dapat diikutkan dalam skuad Liga Champions akibat keterbatasan kuota pemain yang didaftarkan.
Untungnya banyak dari pemain baru tersebut masih tergolong ke dalam kategori U21 di musim lalu, sehingga tidak memakan kuota 25 pemain yang didaftarkan untuk Premier League.
Akan tetapi, nama-nama seperti Mykhailo Mudryk, Armando Broja, Enzo Fernandez dan Badiashile tidak akan tergolong ke dalam kategori ini lagi di musim depan, sehingga mereka wajib didaftarkan ke dalam skuad utama.
Hal ini menjadi salah satu alasan yang membuat The Blues wajib melakukan penjualan atau peminjaman keluar secara besar-besaran agar tidak stuck dengan pemain ‘mubazir’. Selain dari aspek batas kuota registrasi, jumlah skuad yang ideal juga berperan signifikan dalam menjaga keharmonisan serta kestabilan performa tim.
Di saat Chelsea tengah berupaya menuntaskan permasalahan ini, Arab Saudi datang di momen yang tepat.
Rekan Bisnis Saling Bantu?
Pergerakan 3 klub liga Arab Saudi yang hampir menuntaskan pembelian 3 pemain Chelsea, yaitu Hakim Ziyech, Kalidou Koulibaly, dan Edouard Mendy, dalam waktu yang berdekatan menimbulkan kecurigaan dari beberapa pihak.
Kabar kepindahan 3 pemain itu juga berdekatan dengan kabar kesepakatan yang tercapai antara N’Golo Kante dengan pihak Al-Ittihad.
Tidak sampai di situ, 3 pemain lainnya, yaitu Callum Hudson-Odoi, Romelu Lukaku, serta Pierre-Emerick Aubameyang, juga tengah diminati dengan serius oleh klub-klub Saudi.
Menurut The Athletic, terdapat sebuah persepsi yang berkembang di kalangan pihak klub lain serta para fansnya terkait indikasi “kecurangan” yang dilakukan Chelsea dengan menjual beberapa pemainnya dengan harga tinggi ke Arab Saudi.
Kecurigaan ini diperkuat dengan informasi yang beredar terkait hubungan bisnis antara Public Investment Fund/PIF (pengelola dana investasi Saudi) dengan pemilik saham mayoritas Chelsea, Clearlake Capital.
Dikutip dari Daily Mail, PIF disebut-sebut sebagai salah satu investor besar pada perusahaan yang berbasis di Los Angeles itu. Meskipun demikian, pihak Chelsea telah membantah terkait keterlibatan Arab Saudi dalam proses pengambilalihan klub tahun lalu.
Clearlake sendiri saat ini mengelola total aset senilai 60 miliar Pound atas nama 300 investor berbeda yang berasal dari 6 benua. PIF merupakan salah satu investor yang menaruh dananya untuk dikelola di sana.
Namun, seperti yang dilansir dari The Athletic, tidak ada satupun dari investor-investor ini yang memiliki dana investasi di atas 5 persen dari jumlah total aset yang dikelola. Sehingga, PIF tidak bisa dikatakan sebagai investor besar atau prioritas dalam Clearlake Capital.
Selain kerja sama antara PIF dan Clearlake tersebut, laporan The Athletic juga memperlihatkan terkait hubungan bisnis di bidang perhotelan antara pengelola dana investasi Arab Saudi tersebut dengan salah satu bisnis milik Todd Boehly.
Terkait dengan transfer para pemain Chelsea ke liga Arab Saudi, sebelumnya perlu diketahui bahwa PIF saat ini memegang kontrol terkuat atas 4 klub terbesar Saudi Pro League, di mana 3 di antaranya merupakan tim-tim yang menebus mahal para pemain Chelsea tersebut. Sehingga, aktivitas ini dinilai oleh beberapa pihak sebagai upaya PIF untuk “membantu” Chelsea demi “melindungi” investasi mereka di Clearlake.
“Kecurangan” yang dimaksud di sini ialah terkait dengan aturan Financial Fair Play (FFP). Sudah bukan rahasia lagi, jika klub-klub Saudi Pro League yang dikontrol oleh PIF jor-joran dalam bursa transfer musim panas ini.
Banyak pihak, utamanya rival-rival The Blues, yang mencurigai Chelsea akan menjual para pemain yang sudah tidak dibutuhkan lagi ke Saudi Pro League dengan harga yang jauh di atas harga pasar mereka. Hal ini tentu saja dapat memperbaiki neraca keuangan klub yang sebelumnya telah menghabiskan jumlah yang sangat besar untuk belanja pemain.
Terkait hal ini, dikutip dari The Athletic, perlu diingat bahwa Premier League akan melakukan pengecekan terhadap transaksi di atas 1 juta Pound untuk memastikan agar nilai transaksi tersebut tidak melebihi nilai pasarannya.
Sehingga, jika Chelsea nantinya menerima tawaran setinggi langit untuk pemain-pemain dengan harga pasar yang jauh dari jumlah tawaran tersebut, maka pihak Premier League seharusnya dapat melakukan intervensi terhadap transaksi tersebut.