Sediksi.com – Lebih dari 13.000 orang beretnik Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh telah menyeberang dan memasuki wilayah Armenia.
Mereka terpaksa menyelamatkan diri dari wilayah yang telah menjadi rumah bagi 120.000 orang beretnik Armenia karena Azerbaijan kembali menyengketakan wilayah tersebut.
Apa yang diinginkan Azerbaijan?
Azerbaijan telah mengatakan bahwa mereka ingin memperbarui sistem dimana etnik Armenia yang tinggal di wilayah Nagorno-Karabakh nantinya bisa mendapat perlakuan yang sama dengan warga Azerbaijan lainnya.
Pernyataan ini sendiri disampaikan oleh Ilham Aliyev, Presiden Azerbaijan dan bukan hanya sekali. Dalam wawancaranya kepada BBC tahun 2020, ia juga menjanjikan bentuk pemerintahan sendiri untuk etnik Armenia di Nagorno-Karabakh.
Dengan sejarah konflik yang panjang dan dimulai setidaknya sejak 30 tahun lalu, etnik Armenia melihat ada maksud lain.
Bukannya betul-betul memberikan hak dan perlakuan sama seperti yang dijanjikan oleh Azerbaijan, etnik Armenia menganggap pernyataan tersebut sebagai ancaman pembersihan etnik terhadap mereka.
Utusan Armenia dan Azerbaijan akan bertemu hari Selasa
Gelombang etnik Armenia yang mengungsi masih terus mengalir. Kemudian, 20 orang terbunuh dan ratusan lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan di tempat pengisian bahan bakar pada 26 September.Â
Eskalasi konflik ini memaksa utusan Armenia dan Azerbaijan harus segera dipertemukan untuk membicarakan masalah ini. Pertemuan ini akan diadakan di Brussels, ibu kota Belgia pada Selasa malam yang didukung oleh Uni Eropa (UE).
Pertemuan ini pun menandai perundingan pertama sejak perebutan Nagorno-Karabakh.
Ledakan tersebut terjadi di pusat kota Karabakh, Stepanakert, dan hingga kini belum diketahui apa penyebab ledakan tersebut.
Pasukan Azerbaijan melancarkan serangan militer pada 19 September lalu selama satu hari satu malam di wilayah Nagorno-Karabakh.
Setelah serangan bertahan selama 24 jam, pihak Nagorno-Karabakh dan Azerbaijan mengumumkan bahwa keduanya setuju gencatan senjata yang saat itu ditengahi oleh Rusia.
Kesepakatan tersebut menyatakan bahwa pasukan militer Karabakh setuju untuk dilucuti dan dibubarkan sepenuhnya.
Meskipun sudah menemukan kesepakatan, tapi kesepakatan yang dimaksud masih soal pihak militer Karabakh yang punya peran dalam menjaga kestabilan dan keamanan wilayah.
Dengan dibubarkannya pasukan militer mereka, maka tidak ada lagi yang berperan dalam melindungi mereka.
Maka, kemungkinan Azerbaijan melanjutkan pembersihan etnik terhadap etnik Armenia sangat mungkin terjadi dan semakin bebas hambatan.
Situasi inilah yang mendorong warga etnik Armenia lebih memilih untuk mengungsi daripada terancam dibunuh secara massal oleh pemerintah Azerbaijan.
Pihak Baku, ibu kota Azerbaijan sudah beberapa kali berusaha menyangkal asumsi tersebut.
Hal lain yang membuat situasi ini lebih rumit lagi, Azerbaijan dan Armenia tidak pernah menandatangani kesepakatan damai.
Meskipun sudah melangsungkan negosiasi selama bertahun-tahun, keduanya masih tidak punya hubungan diplomasi yang resmi.Â
Milik siapa Nagorno-Karabakh?
Wilayah Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai milik Azerbaijan.Â
Namun area seluas 3.170 km persegi tersebut dikuasai oleh warga etnis Armenia selama tiga dekade terakhir.
Wilayah ini memiliki nama negara yang disebut Republik Artsakh dan menggunakan dua bahasa utama, yaitu bahasa Armenia dan Rusia.
Azerbaijan dan Armenia berperang demi mendapatkan Nagorno-Karabakh pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Dan sejak saat itu, selalu ada saja yang memicu kekerasan dan pertikaian di antara keduanya.
Setelah sekian tahun gencatan senjata, konflik kembali muncul pada tahun 2020 ketika ribuan orang dilaporkan terbunuh dalam pertempuran yang berlangsung selama enam minggu.
Pertempuran tersebut berakhir setelah pasukan perdamaian Rusia diturunkan.
Walaupun akhirnya berakhir, ketegangan antara Azerbaijan dan Nagorno-Karabakh tetap berlangsung dan semakin naik setelah operasi militer yang terjadi pada 19 September lalu.
Pemicu konflik terbaru yang menyebabkan belasan ribu mengungsi dari Nagorno-Karabakh diawali oleh Azerbaijan yang menutup Koridor Lachin.
Yaitu jalur satu-satunya yang bisa digunakan penduduk wilayah tersebut untuk mendapatkan pasokan kebutuhan hidup seperti makanan pokok dan obat-obatan.
Akibat penutupan jalur tersebut, banyak penduduk Nagorno-Karabakh dilaporkan mengalami kekurangan makanan pokok dan obat-obatan.
Alasan Azerbaijan menutup jalur tersebut karena menuduh Armenia telah menggunakannya untuk memasok persenjataan militer, yang kemudian disangkal oleh Armenia.
Kondisi ini sekaligus membuat wilayah Nagorno-Karabakh menjadi salah satu daerah konflik terlama, seperti Lembah Kashmir.
Nagorno-Karabakh sendiri terletak di wilayah pegunungan Kaukasus Selatan di Eropa Timur dan Asia, berada di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia.