Sediksi.com – Dighosting HRD memang membuat kita sebagai jobseeker merasa frustasi dan perasaan itu sangat valid. Sudah mengirim lamaran kerja, menunggu kabar selanjutnya, mengikuti proses wawancara yang mungkin ada beberapa sesi, lalu tiba-tiba tidak ada kabar untuk waktu yang lebih lama dari biasanya.
Antara masih ada harapan dan bisa menunggu kabar berikutnya apapun hasilnya, atau sudah ditolak meskipun tidak ada konfirmasi, kita sebagai jobseeker sama-sama tidak ada yang tahu.
Akhirnya kita merasa gugup, marah, kecewa, bahkan kehilangan rasa percaya diri sebagai akibat dari situasi ini.
Artikel ini akan memberikan beberapa kemungkinan alasan dighosting HRD setelah wawancara
8 alasan HRD ghosting jobseeker
Kewalahan dengan jumlah aplikasi yang masuk
Dighosting HRD atau pihak Human Resource Development setelah wawancara tidak selalu karena kekurangan kalian sebagai jobseeker atau kandidat.Â
Terkadang pihak HRD melakukan hal ini hanya karena kewalahan oleh jumlah aplikasi yang masuk dan di waktu yang bersamaan, tidak punya ketentuan terkait mengonfirmasi jika kandidat akhirnya diterima atau ditolak.
HRD sering kali merasa kesulitan dalam merespon setiap kandidat, sehingga menyebabkan terjadinya ghosting yang tidak disengaja.
Meskipun HRD punya keinginan untuk memberikan pengalaman positif untuk kandidat, banyaknya jumlah lamaran menimbulkan tantangan, membuat mereka perlu mencari cara yang lebih efisien untuk menangani masuknya lamaran sambil memastikan komunikasi yang saling menghormati dengan semua kandidat.
Ketidakpastian dalam keputusan perekrutan
Mengghosting kandidat bisa mengakibatkan keputusan perekrutan yang tidak pasti karena beberapa pemberi kerja mungkin memerlukan bantuan untuk memberikan umpan balik yang tepat waktu ketika berhadapan dengan banyak kandidat atau pertimbangan internal.
Meskipun perilaku ini dapat membuat para jobseeker putus asa, hal ini menyoroti masalah kesulitan dan ketidaktahuan yang mereka alami, dimana merupakan bagian dari proses perekrutan.
Jika merasa bahwa inilah penyebab kalian dighosting HRD, solusi yang bisa diambil adalah gigih dan proaktif dalam mencari pekerjaan. Memahami bahwa prosedur seleksi pemberi kerja mungkin memerlukan waktu dan pemikiran untuk memastikan kesesuaian yang ideal untuk posisi tersebut dan perusahaan.
Takut akan konfrontasi
Pihak HRD pun bisa takut akan konfrontasi, terutama terhadap kandidat yang ditolak. Mereka khawatir jika kandidat yang ditolak tersebut marah pada mereka.
Akibatnya, mereka mungkin memilih diam untuk menghindari interaksi yang canggung dan potensi perselisihan. Meskipun metode ini untuk sementara waktu dapat mengurangi ketidaknyamanan, hal ini dapat berdampak negatif terhadap pengalaman pelamar dan reputasi perusahaan.
Tapi jika memang hal ini yang dilakukan oleh HRD kalian, tidak ada yang bisa kalian lakukan kecuali menerima hasilnya dan move on.
Kendala waktu
Karena HRD biasanya dibebani dengan tugas-tugas yang berat, keterbatasan waktu memainkan peran penting dalam terjadinya ghosting. Karena mereka juga punya tugas lain selain rekrutmen pegawai baru.
Sehingga kemudian kombinasi beban kerja yang berat dan adanya keterbatasan waktu ini mempersulit mereka untuk memberikan umpan balik yang tepat waktu kepada jobseeker.
Kekurangan sumber daya manusia
Menurut beberapa survei, perusahaan perlu untuk punya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menjaga jalur komunikasi terbuka dengan para kandidat. Demi mencegah ketidaksengajaan yang membuat mereka tidak mengetahui status lamaran mereka atau yang disebut sebagai dighosting HRD.
Untuk mempertahankan pengalaman kandidat yang positif dan untuk menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme dan rasa hormat selama proses rekrutmen, kesenjangan sumber daya ini harus diisi.
Sehingga, lagi-lagi tidak ada yang bisa dilakukan jika hal ini menjadi penyebabnya kalian dighosting HRD. Adapun yang bisa dilakukan adalah memahami situasi mereka.
Dan jika ternyata tidak diterima, kalian bisa melamar ke tempat yang lebih baik.
Baca Juga: Pentingnya Asuransi Kesehatan untuk Pekerja
Ditolak
Memang benar bahwa dighosting HRD bisa berarti lamaran kalian ditolak. Apalagi jika kalian sudah menunggu waktu konfirmasi lebih lama dari biasanya. Ada kemungkinan besar kalian ditolak.
Dalam beberapa kasus, tindakan ini memang disayangkan karena alih-alih dighosting, sikap profesional dan terbuka justru akan meningkatkan rasa hormat dan empati, sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata kandidat dan komunitas profesional yang lebih luas.
Software ATS yang tidak tepat
Sistem Pelacakan Pelamar atau Applicant Tracking System (ATS) yang tidak tepat dapat berdampak signifikan terhadap kesenjangan komunikasi dan ghosting yang tidak disengaja selama proses perekrutan.
Berdasarkan sebuah survei, kelemahan dalam sistem ini dapat menyebabkan hilangnya data kandidat, tertundanya tanggapan, dan hilangnya peluang untuk komunikasi yang cepat.
Sehingga mengatasi kelemahan ini sangat penting untuk memberikan pengalaman kandidat yang baik dan memperbaiki reputasi perusahaan.
Persepsi citra perusahaan
Beberapa HRD percaya bahwa menanggapi dan menyatakan keprihatinan dengan memberikan masukan yang jujur dapat merusak citra perusahaan atau berpotensi menimbulkan konsekuensi hukum. Akibatnya, mereka memilih diam.
Meski terkesan tidak masuk akal bagi kandidat, kemungkinan ada beberapa kasus yang pernah terjadi hingga membuat mereka memutuskan untuk ghosting kandidat daripada memberikan konfirmasi.Â