Sediksi.com – Auschwitz, nama yang menggema dengan sejarah kelam dan kekejaman manusia. Di kamp konsentrasi dan pemusnahan Nazi ini, jutaan orang Yahudi dan kelompok lain yang dianggap musuh dibunuh dengan cara yang mengerikan.
Namun, di tengah-tengah kegelapan dan kematian, ada pula kisah-kisah yang menyentuh hati, yang membuktikan bahwa cinta dan kemanusiaan masih bisa bertahan, yakni kisah cinta rahasia di balik tato Auschwitz.
Ini tentang Lale Sokolov, seorang juru tato yang bertugas menato nomor identifikasi di lengan para tahanan Auschwitz, termasuk wanita yang kelak akan menjadi istrinya, Gita.
Dalam artikel ini, Sediksi akan mengulas tentang kisah cinta rahasia di balik tato Auschwitz, jadi simak sampai selesai untuk tau kisahnya.
Kisah Cinta Rahasia di Balik Tato Auschwitz
Lale Sokolov, yang lahir dengan nama Ludwig Eisenberg pada 1916, dari orang tua seorang Yahudi di sebuah kota kecil di Slovakia, dan ia menghabiskan masa mudanya dengan berpergian.
Perang datang, dan itu mengubah segalanya. Pada awal tahun 1940-an, bisnis-bisnis dari orang Yahudi disita, dan orang-orang Yahudi sendiri ditangkap untuk bekerja bagi Jerman waktu itu.
Tak terkecuali Lale, ketika sebuah perintah datang kepada setiap keluarga untuk menyerahkan seorang pergi bekerja, Lale menawarkan dirinya sendiri sehingga saudara dan orang tuanya selamat.
Mengutip dari laman ABC News, dari tulisan The Secret Love of the Auschwitz Tattooist Lale berucap “Saya masih berusia 24 tahun ketika diambil dari rumah orang tua saya dan diangkut seperti binatang ke tempat yang tidak diketahui” saat diwawancarai seorang penulis, Heather Morris.
Saat itu adalah tahun 1942, ia tiba di Auschwitz, tempat yang asing baginya dan di sana ia ditato dengan nomor seri 32407.
Tato nomor seri di Auschwitz ini umum pada setiap tahanan yang di sana, karena tato inilah pengenal dan identitas mereka yang ditahan.
Di sana, pertama kali ia ditugaskan untuk pekerjaan buruh membangun asrama baru untuk kamp konsentrasi yang terus berkembang. Akan tetapi karena kecakapannya dalam menuturkan berbagai Bahasa diantaranya Bahasa Slovakia, Prancis, Rusia, dan Jerman ia dipilih untuk menjadi juru tato, atau Tätowierer.
Segera Lale ditugaskan untuk membantu ahli tato saat itu, seorang pria Prancis bernama Pepan yang juga mengajarinya aturan disana; tundukkan kepala, tutup mulut, jangan menimbulkan masalah dan terpenting adalah tato siapapun yang turun dari kereta dan yang berbaris di depannya entah itu pria, wanita atau anak-anak
Meskipun pekerjaan ini memberinya beberapa keistimewaan, seperti makanan yang lebih banyak dan kamar yang lebih baik, ia juga merasa bersalah dan benci dengan apa yang harus ia lakukan. Ia merasa bahwa ia telah menghilangkan identitas dan martabat orang-orang yang ia tato.
Namun, hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan Gita, seorang wanita Yahudi asal Cekoslowakia yang berusia 18 tahun saat itu, dan inilah awal kisah cinta rahasia di balik tato Auschwitz.
Ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Gita, yang memiliki nomor seri 34902. Gita terlahir dengan nama Gisela Fuhrmannova, ia sebenarnya tiba di kamp sesaat sebelum Lale, tetapi dikirim ke Lale untuk menato ulang, karena tatonya menudar.
Kata lale saat diwawancarai Morris “Saya menato nomornya di lengan kirinya, dan dia menato nomornya di hati saya.”
Ia berusaha untuk menemui dan berbicara dengan Gita setiap kali ia bisa, meskipun dengan risiko yang besar. Ia juga memberikan hadiah-hadiah kecil kepada Gita, seperti cokelat.
Lale dan Gita menjalin hubungan yang rahasia dan penuh bahaya, tetapi juga penuh harapan dan kebahagiaan. Mereka berjanji untuk selalu saling mencintai dan bertahan hidup, tidak peduli apa yang terjadi.
Mereka juga bermimpi untuk memiliki masa depan bersama, di mana mereka bisa bebas dari belenggu Nazi dan menikmati kehidupan yang normal.
Namun, mimpi mereka hampir sirna ketika kamp Auschwitz dibebaskan oleh tentara Soviet pada Januari 1945. Lale dan Gita terpisah oleh kekacauan dan kebingungan, dan tidak tahu apakah pasangan mereka masih hidup atau tidak.
Lale sampai dirumahnya pun ternyata hanya saudara perempuannya yang tersisa, orang tua dan saudara laki-lakinya tidak pernah terlihat lagi.
Kisah cinta rahasia di balik tato Auschwitz itu masih berlanjut, ketika Lale merasakan kerinduan saat dirumahnya dan berniat untuk menemukan Gita.
Cara untuk menemukannya, adalah ia pergi ke stasiun kereta api utama Bratislava di mana banyak orang yang selamat dari kamp datang, selama dua minggu ia menunggu diang dan malam di stasiun dan pada akhirnya ia menemukan wajah Gita yang tak asing.
Itulah dia kisah cinta rahasia di balik tato Auschwitz, Lale dan Gita akhirnya bertemu kembali di Bratislava, ibu kota Slovakia, dan tak berselang lama mereka menikah pada Oktober 1945 dan kemudian pindah ke Australia, di mana mereka memulai kehidupan baru.
Mereka memiliki seorang putra, Gary, dan hidup bahagia bersama hingga Gita meninggal pada tahun 2003. Lale meninggal pada tahun 2006, dalam usia 90 tahun.
Kisah cinta Lale dan Gita adalah salah satu kisah yang terlupakan dari Holocaust, yang diangkat kembali oleh Heather Morris, seorang penulis asal Selandia Baru, yang mewawancarai Lale sebelum ia meninggal dan menulis buku berjudul The Tattooist of Auschwitz.