Bagus Muljadi adalah contoh nyata bahwa perjalanan akademik bukan hanya tentang menuntut ilmu dan meraih gelar, tetapi juga tentang bagaimana ilmu yang diperoleh bisa memberi dampak nyata bagi dunia di sekitar kita. Sejak awal, perjalanan akademiknya penuh dengan tantangan, tetapi dengan ketekunan dan komitmen pada riset yang aplikatif, Muljadi berhasil mencapai posisi terhormat di dunia akademis.
Kini, sebagai seorang peneliti di University of Nottingham, Inggris, Muljadi tidak hanya berfokus pada riset, tetapi juga berusaha menjembatani dunia akademik dengan kebijakan yang bisa memberi solusi konkret bagi Indonesia. Baginya, endgame-nya bukan hanya soal karier, tetapi bagaimana ia bisa menjadi gamechanger yang mengubah cara kita melihat riset dan penerapannya.
Perjalanan Akademik yang Penuh Tantangan
Dalam podcast Endgame yang dipandu Gita Wirjawan, Bagus Muljadi menceritakan kehidupannya yang penuh tantangan. Bagus Muljadi memulai perjalanan akademiknya dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Lahir dan besar di Indonesia, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Taiwan untuk kuliah S2. Namun, meski jauh dari keluarga dan di negara yang berbeda budaya, tantangan terbesar yang dihadapi Muljadi adalah masalah finansial. Untuk bisa membayar uang kuliah, ia bahkan harus bekerja sambilan menjual pompa pneumatik. Meskipun berat, ia terus maju, dan perjuangannya membuahkan hasil ketika akhirnya ia berhasil meraih gelar master.
Setelah menyelesaikan master, Muljadi melanjutkan pendidikannya ke jenjang Ph.D. di Taiwan. Di sini, ia kembali menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah keterbatasan bahasa Inggris yang terbatas. Namun, berkat ketekunan dan dorongan untuk sukses, ia tidak hanya mampu menyelesaikan studi doktoralnya dengan baik, tetapi juga melanjutkan karier risetnya ke Eropa, yakni di Toulouse, Prancis, dan Imperial College London.
Di Prancis, ia melakukan riset post-doctoral, yang membuka jalan bagi kariernya lebih lanjut di dunia akademis internasional. Hingga akhirnya, pada usia 33 tahun, Muljadi mendapatkan posisi tetap di University of Nottingham, salah satu universitas ternama di Inggris.
Perjalanan Muljadi ini tidak hanya menggambarkan bagaimana seseorang bisa berhasil meski memulai dari kondisi yang kurang ideal, tetapi juga menunjukkan pentingnya kegigihan dan adaptasi. Tidak jarang, dunia akademik penuh dengan tantangan, tetapi Muljadi berhasil melewati itu semua dengan dedikasi dan semangat yang tinggi.
Fokus Riset yang Relevan dengan Isu Global
Setelah mendapatkan posisi tetap di Nottingham, Muljadi mulai fokus pada riset yang tidak hanya menarik di dunia akademis, tetapi juga relevan dengan isu-isu lingkungan dan keberlanjutan yang sangat penting saat ini. Salah satu area riset utama yang ia tekuni adalah geoenergi, bioteknologi, dan teknologi karbon. Salah satu topik besar yang ia teliti adalah pemanfaatan gambut untuk menyerap karbon—sesuatu yang sangat penting dalam konteks perubahan iklim global.
Gambut memiliki potensi luar biasa sebagai penyerap karbon, tetapi jika dikelola dengan buruk, gambut justru bisa melepaskan gas rumah kaca seperti metana yang berbahaya bagi iklim. Oleh karena itu, Muljadi berfokus pada bagaimana mengelola lahan gambut dengan lebih baik agar bisa memaksimalkan potensi penyerapannya tanpa merusak lingkungan. Penelitiannya ini mencerminkan pentingnya riset yang tidak hanya mendalam, tetapi juga aplikatif dan memberikan solusi bagi masalah besar yang dihadapi dunia, termasuk Indonesia.
Riset-riset semacam ini, meskipun terkesan sangat teknis, memiliki dampak langsung terhadap kebijakan publik, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Ini adalah salah satu alasan mengapa Muljadi percaya bahwa riset interdisipliner yang melibatkan berbagai bidang ilmu pengetahuan harus menjadi prioritas, baik dalam dunia akademik maupun kebijakan pemerintah.
Kolaborasi Internasional: Jembatan Antara Akademia dan Kebijakan
Selain riset, Muljadi juga aktif membangun kolaborasi internasional yang berfokus pada solusi untuk masalah global, terutama yang relevan dengan Indonesia. Salah satu upaya besar yang ia jalankan adalah pembentukan konsorsium UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS), yang melibatkan universitas-universitas besar di kedua negara seperti ITB, UGM, UI, dan IPB. Melalui konsorsium ini, Muljadi berupaya mengembangkan pendanaan riset strategis yang dapat memberi solusi bagi masalah besar di Indonesia, seperti ekonomi hijau, ekonomi biru, serta teknologi digital.
Namun, tujuan Muljadi tidak hanya sekadar membangun jaringan riset internasional. Lebih jauh lagi, ia ingin memastikan bahwa hasil riset tersebut dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam beberapa tahun terakhir, ia berusaha menghubungkan dunia akademik dengan pemerintah dan sektor swasta, untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar berdasarkan bukti ilmiah yang solid. Salah satu fokus utamanya adalah mempromosikan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy), yang dapat membimbing pengambilan keputusan yang lebih baik, khususnya di Indonesia.
Melalui kolaborasi internasional ini, Muljadi berharap bisa membuka lebih banyak peluang bagi peneliti Indonesia untuk terlibat dalam riset global, serta memastikan bahwa riset tersebut dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Ini juga berarti mengurangi sekat-sekat geografis dan akademik, sehingga peneliti dan mahasiswa dari berbagai negara bisa saling bertukar pengetahuan tanpa hambatan.
Menghadirkan Dampak Sosial: Riset yang Tidak Hanya untuk Jurnal
Salah satu hal yang sangat ditekankan oleh Muljadi adalah pentingnya public engagement, yaitu melibatkan masyarakat dalam proses riset. Ia menyadari bahwa banyak riset canggih yang hanya beredar di jurnal-jurnal akademis dan tidak langsung memberi dampak pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ia aktif bekerja sama dengan media seperti The Conversation, untuk meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu penting, seperti perubahan iklim, energi terbarukan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Melalui kolaborasi ini, Muljadi ingin memastikan bahwa riset yang dilakukannya tidak hanya berhenti di dunia akademik, tetapi juga memberi kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan membuat studi kasus yang dapat menunjukkan bagaimana riset dapat memberikan solusi konkret, misalnya dalam hal pengurangan kemiskinan, ketahanan pangan, atau mitigasi bencana alam.
Bagi Muljadi, dampak sosial dari riset adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Ia percaya bahwa dengan menghubungkan dunia akademik dengan masalah nyata yang dihadapi masyarakat, riset bisa membawa perubahan yang lebih berarti, bukan hanya bagi komunitas ilmuwan, tetapi juga bagi kehidupan masyarakat secara luas.
Endgame: Menjadi Gamechanger
Bagi Bagus Muljadi, endgame-nya jauh lebih besar dari sekadar pencapaian akademis atau gelar doktor. Ia ingin menjadi agen perubahan yang menghubungkan dunia riset dengan kebijakan yang memberikan solusi nyata bagi Indonesia dan dunia. Dengan riset interdisipliner dan kolaborasi internasional, ia berusaha mengatasi masalah besar seperti perubahan iklim, pengelolaan sumber daya alam, dan pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Dalam pandangannya, dunia akademik harus lebih dari sekadar tempat untuk mengejar gelar dan penghargaan. Dunia akademik harus menjadi kekuatan yang menggerakkan perubahan positif, terutama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Muljadi percaya bahwa melalui riset yang aplikatif dan berbasis bukti, dunia akademis bisa menjadi motor penggerak untuk menciptakan kebijakan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga untuk dunia.