Sousou no Frieren belum selesai. Setelah menutup musim pertama dengan ujian penyihir yang bikin kepala berasap, dia dan dua rekannya, Fern dan Stark, akhirnya bersiap menembus dataran utara.
Apa yang akan disuguhkan? Arc dalam Sousou no Frieren season 2 bakal lebih intens lho, sebab sisi utara benua adalah tempat yang “liar”.
Tempat itu bukan destinasi wisata. Mereka punya misi dan siap buat bertarung dengan siapa saja yang menghalangi. Tapi ya, kalau kamu penyihir nyaris abadi yang sudah hidup lebih dari seribu tahun, hal seperti itu cuma dianggap “jalan-jalan biasa.” Itulah Frieren the Slayer, elf penyihir yang umurnya hampir sama tuanya dengan peradaban manusia.
Sousou no Frieren Season 2 dijadwalkan tayang mulai 16 Januari 2026, dan sekali lagi dipegang oleh Madhouse. Studio anime ini sudah tahu betul cara mengubah perjalanan sunyi menjadi tontonan yang bisa bikin dada kosong tapi hangat di saat yang sama.
Akhir cerita Sousou no Frieren Season 1

Di musim sebelumnya, cerita diakhiri dengan tuntasnya ujian penyihir kelas utama. Rombongan yang menuju ke utara benua mesti punya satu penyihir kelas utama, kalau tidak, ya tidak boleh lanjut.
Frieren dan Fern sama-sama mengikutinya, tetapi hanya Fern yang berhasil. Frieren tidak lulus karena persoalan pribadi dengan Serie, pimpinan asosiasi penyihir yang sesama elf seperti Frieren.
Berkat itu, rombongan mereka berhak buat jalan ke utara, dan titik itulah yang akan jadi permulaan season 2.
Arc dalam Sousou no Frieren Season 2
Meski jadwal rilisnya sudah dikonfirmasi, tetapi belum ada informasi lengkap mengenai jumlah episodenya.
Musim pertama adalah cerminan dari chapter 1-60 versi manga. Sementara dalam season 2 diprediksi dimulai dari chapter 61 hingga 119.
Jika 28 episode seperti musim pertama, kemungkinan besar arc dalam Sousou no Frieren season 2 akan mencakup arc berikut ini.
Continued Northern Travels Arc
Ini pembuka musim kedua, semacam “bab transisi” yang menegaskan arah baru cerita.
Setelah Fern diangkat jadi penyihir kelas satu, kelompok mereka resmi dapat izin buat melangkah lebih jauh ke utara. Di sinilah nada cerita mulai berubah — lebih sunyi, lebih berbahaya, tapi juga lebih jujur soal siapa Frieren sebenarnya.
Arc ini memang singkat, cuma sekitar 10 bab di manga, tapi penting. Ia jadi pijakan untuk semua konflik besar yang akan datang.
Divine Revolte Arc
Masuk ke arc ini, cerita mulai menunjukkan sisi dunia yang lebih rumit. Bukan lagi sekadar melawan monster di jalan, tapi berhadapan dengan kota yang hidup dalam kepercayaan pada “makhluk suci.”
Arc ini menyentuh hal-hal yang jarang disentuh anime fantasi: politik kepercayaan, keajaiban yang disalahartikan, dan bagaimana manusia butuh sesuatu untuk disembah.
Frieren di sini bukan hanya penyihir; dia jadi saksi bagaimana generasi berganti, dan keajaiban lama berubah jadi dogma baru. Suasananya mulai berat, tapi masih punya ruang untuk momen hangat dan percakapan sederhana yang entah kenapa lebih tajam dari sindiran tetangga.
Golden Land Arc (El Dorado)
Nah, ini bagian yang kemungkinan bakal paling ramai dibicarakan.
Golden Land membawa rombongan Frieren ke tempat yang katanya peninggalan para dewa. Kesan awalnya indah — cahaya, emas, legenda, semua terdengar megah. Sampai akhirnya mereka sadar, tempat itu tidak seindah yang dibayangkan.
Arc ini juga menandai perubahan besar dalam cara anime memperlakukan iblis (demons). Kalau sebelumnya iblis cuma dianggap “makhluk jahat tanpa nurani,” di sini mereka mulai diberi kedalaman: punya sejarah, pemikiran, bahkan logika sendiri.
Itu membuat dunia Frieren terasa jauh lebih manusiawi — ironis, mengingat protagonisnya bukan manusia.
Goddest Monument Arc

Setelah usai di arc Golden Land Mereka sampai di Jalur Gunung Kino, dan Frieren bertemu lagi dengan kelompok Pahlawan setelah menyentuh Monumen Dewi yang mengirimnya kembali ke masa lalu.
Arc ini sepertinya bakal jadi yang paling intens dari semua arc dalam Sousou no Frieren season 2.
Frieren kembali ke masa lalu dengan keadaannya saat ini. Kembali ke masa lalu ini bukan sekadar memori, tetapi benar-benar Frieren alami secara nyata.
Ia mesti berhati-hati karena setiap perilakunya bisa mengubah masa depan, termasuk pertarungannya dengan sejumlah iblis legendaris yang pernah ia lawan dulu.
Perubahan Nada Cerita
Musim pertama lebih seperti kumpulan kisah reflektif. Musim kedua ini berbeda: lebih terhubung, lebih naratif, dan punya arah emosional yang lebih tajam.
Episodenya mungkin masih berdiri sendiri, tapi semuanya membentuk perjalanan yang lebih besar, bukan cuma perjalanan ke utara, tapi perjalanan untuk memahami waktu dan kehilangan.
Frieren akhirnya mulai membuka masa lalunya bersama Himmel dan iblis yang dulu ia lawan.
Fern mulai tumbuh jadi sosok yang bisa berdiri sejajar dengan gurunya, bahkan menentangnya.
Stark tetap jadi jangkar manusiawi di tengah dua penyihir yang hidup di tempo berbeda.
Semuanya tentang bagaimana mereka belajar bertahan di dunia yang terus bergerak, meski masing-masing punya waktu yang berjalan dengan cara berbeda.
Kendala Produksi Manga
Kualitas bukan satu-satunya hal yang diuji di sini. Manga Sousou no Frieren berkali-kali masuk hiatus karena kesehatan Kanehito Yamada, sang penulis.
Tahun ini saja, seri tersebut sudah dua kali berhenti: pertama di Januari, lalu lagi di September.
Masih ada cukup bahan untuk menutup Season 2, tapi kalau Madhouse berniat lanjut ke Season 3, mereka harus menunggu. Dengan ritme rilis yang tidak stabil, jarak antar musim bisa panjang. Bukan karena industri malas, tapi karena orang di balik kisah ini benar-benar manusia — dan manusia bisa sakit.
Dunia yang dulu terasa sederhana kini mulai menunjukkan lapisan moral dan eksistensial yang lebih gelap.
Arc dalam Sousou no Frieren season 2 ini bukan hanya nama penggalan cerita; masing-masing adalah langkah menuju pemahaman baru tentang waktu, kehilangan, dan apa artinya “hidup lebih lama dari semua orang yang kamu cintai.”
Jadi, Januari nanti, Frieren akan kembali.
Bukan sepenuhnya untuk berperang, tetapi juga untuk mengingat.