Sediksi.com – Apakah kamu pernah menonton film yang mengadaptasi kisah, tokoh, atau budaya dari negara atau etnis tertentu, tetapi aktor atau aktris yang memerankan karakter utamanya adalah orang kulit putih? Jika ya, maka kamu telah menyaksikan fenomena yang disebut whitewashing. Mengapa fenomena whitewashing ini cukup menyebalkan?
Baru-baru ini fenomena whitewashing terjadi pada film horor Indonesia yaitu Jagat Alam Ghaib. Tokoh asli bernama Genta merupakan orang Indonesia dengan kulit sawo matang. Namun diganti dengan aktor berkulit putih dengan ras campuran. Hal ini pun memunculkan perdebatan.
Whitewashing adalah praktik di mana orang kulit putih dipilih untuk memerankan karakter yang seharusnya berasal dari ras, etnis, atau budaya lain.
Whitewashing sering terjadi dalam industri film Hollywood, yang didominasi oleh orang kulit putih. Whitewashing dianggap sebagai bentuk rasisme, diskriminasi, dan penghinaan terhadap budaya asli.
Whitewashing dalam film bukanlah hal yang baru. Sejak awal sejarah film, banyak film yang menggunakan orang kulit putih untuk memerankan karakter non-kulit putih, dengan alasan komersial, artistik, atau politik. Beberapa contoh film yang melakukan whitewashing adalah:
Fenomena Whitewashing dalam Film
The Birth of a Nation (1915)
Film ini adalah film bisu pertama yang mengisahkan tentang Perang Saudara Amerika dan Ku Klux Klan. Film ini menggunakan orang kulit putih yang dicat hitam untuk memerankan orang kulit hitam, yang digambarkan sebagai orang jahat, bodoh, dan liar. Film ini menuai kontroversi dan protes dari kelompok hak sipil.
The Conqueror (1956)
Film ini adalah film biografi tentang Jenghis Khan, pendiri Kekaisaran Mongol. Film ini menggunakan aktor kulit putih John Wayne untuk memerankan Jenghis Khan, yang seharusnya berasal dari Asia Tengah. The Conqueror juga menggunakan orang kulit putih untuk memerankan karakter lain yang berasal dari Asia. Film ini dikritik karena tidak akurat dan tidak sensitif.
Prince of Persia: The Sands of Time (2010)
Prince of Persia: The Sands of Time adalah film fantasi yang diadaptasi dari video game dengan nama yang sama. Film ini menggunakan aktor kulit putih Jake Gyllenhaal untuk memerankan Dastan, pangeran Persia, yang seharusnya berasal dari Timur Tengah.
Film ini juga menggunakan orang kulit putih untuk memerankan karakter lain yang berasal dari Timur Tengah. Prince of Persia: The Sands of Time ditentang oleh kelompok hak asasi manusia dan aktivis anti-rasisme.
Ghost in the Shell (2017)
Ghost in the Shell adalah film fiksi ilmiah yang diadaptasi dari manga dan anime dengan nama yang sama. Film ini menggunakan aktris kulit putih Scarlett Johansson untuk memerankan Motoko Kusanagi, seorang cyborg yang bekerja sebagai agen khusus, yang seharusnya berasal dari Jepang.
Film ini juga menggunakan orang kulit putih untuk memerankan karakter lain yang berasal dari Asia. Ghost in the Shell juga dikecam oleh penggemar, kritikus, dan aktivis media.
Whitewashing dalam film adalah fenomena yang merugikan dan merendahkan orang-orang yang berasal dari ras, etnis, atau budaya lain. Whitewashing menghapus representasi dan identitas mereka dalam media, serta menggagalkan kesempatan dan hak mereka untuk berpartisipasi dalam industri film. Whitewashing juga menimbulkan stereotip, prasangka, dan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Oleh karena itu, whitewashing harus dihentikan dan diganti dengan praktik yang lebih inklusif, adil, dan menghormati keberagaman.
Fenomena whitewashing dalam film dianggap menyebalkan? Mengapa demikian? Simak alasannya berikut ini!
Alasan Fenomena Whitewashing dalam Film Menyebalkan
Whitewashing adalah praktik di mana orang kulit putih dipilih untuk memerankan karakter yang seharusnya berasal dari ras, etnis, atau budaya lain. Whitewashing menyebalkan karena:
- Merugikan dan merendahkan orang-orang yang berasal dari ras, etnis, atau budaya lain. Whitewashing menghapus representasi dan identitas mereka dalam media, serta menggagalkan kesempatan dan hak mereka untuk berpartisipasi dalam industri film. Whitewashing juga menimbulkan stereotip, prasangka, dan ketidaksetaraan dalam masyarakat.
- Mengabaikan dan menghina budaya asli. Whitewashing tidak menghormati dan menghargai budaya asli yang menjadi sumber inspirasi atau latar belakang dari kisah, tokoh, atau karakter dalam film. Whitewashing juga tidak akurat dan tidak sensitif dalam menggambarkan budaya asli, bahkan sering menggunakan karikatur atau klise yang ofensif.
- Menyia-nyiakan potensi dan kualitas film. Whitewashing tidak memberikan kesempatan kepada aktor atau aktris yang berasal dari ras, etnis, atau budaya yang sesuai dengan karakter yang mereka perankan. Padahal, mereka mungkin memiliki bakat, kemampuan, dan pengetahuan yang lebih baik daripada orang kulit putih. Whitewashing juga membuat film menjadi kurang otentik, menarik, dan relevan dengan penonton yang beragam.
Itu dia alasan mengapa whitewashing di film menyebalkan. Semoga bisa dimengerti, ya!