Sediksi.com – Meskipun sudah didesak banyak pihak selama tiga minggu ini, Netanyahu kembali menolak untuk menyetujui gencatan senjata Senin ini (30/10).
Perdana Menteri (PM) Israel ini menyampaikan pernyataannya kepada wartawan di sebuah pertemuan, “Israel tidak akan menyetujui pemberhentian aksi kekerasan setelah serangan mengerikan yang terjadi pada 7 Oktober.”
Dalam serangan yang dilakukan kelompok Hamas tersebut, sebanyak 1.400 orang yang terbunuh. Korban tewas dalam serangan roket dan penembakan tersebut bukan hanya warga Israel, tapi juga dari berbagai negara.
Mereka berkumpul dalam rangka merayakan hari besar agama Yahudi dengan menghadiri festival musik pada tanggal tersebut.
Dari serangan tersebut, Israel melakukan serangan balasan di hari yang sama. Sejak itu, serangan pasukan Israel terhadap Kota Gaza baik darat maupun udara terus terjadi hampir setiap hari hingga sekarang.
Sampai dengan hari Selasa, jumlah penduduk Gaza yang terbunuh akibat serangan pasukan Israel ini sudah melebihi 8.000 orang (31/10).
Arti gencatan senjata bagi Israel
Netanyahu menyampaikan, “seruan gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah pada Hamas, pada teror, dan barbarisme. Dan itu tidak akan terjadi.”
Kemudian ia melanjutkan dengan mengutip kitab suci, “Alkitab mengatakan bahwa ada waktu untuk damai dan ada waktu untuk perang. Ini adalah waktunya perang.”
Dalam video pernyataan tersebut, Benjamin Netanyahu juga menyebut Hamas sebagai monster dan mengatakan Israel akan terus mengejar mereka.
Israel ingin lebih dari 230 warga sipil, termasuk warga Israel yang masih disandera Hamas untuk dipulangkan dalam kondisi selamat.
Tapi Hamas tidak dengan mudah menyetujui keinginan Israel.
Maka dalam video tersebut, Netanyahu juga mendesak komunitas internasional agar mendorong Hamas membebaskan korban sandera.
Mengetahui posisinya sebagai PM bisa jadi terancam, di kesempatan yang sama ia juga memuji kinerja pasukan militer Israel untuk sudah mewujudkan “kemajuan yang sistematis” dalam operasi militernya terhadap Hamas di Gaza.
Meskipun baik Netanyahu maupun pihak berwajib Israel masih belum ada yang mengakui serangan dan invasi darat yang mereka lakukan selama tiga minggu belakangan.
Mereka selalu beralasan melakukan serangan tersebut untuk membinasakan para anggota Hamas, tapi 3.000 warga Palestina yang tewas akibat serangan udara dan darat mereka adalah anak-anak.
Dubes Israel: kami akan membela diri dari upaya pemusnahan
Di hari yang bersamaan dengan pernyataan Netanyahu bahwa Israel menolak gencatan senjata, Duta Besar (Dubes) dan Wakil Tetap Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan hal yang serupa.
Gilad Erdan menyampaikan hal ini dalam rapat darurat Majelis Umum PBB yang diselenggarakan di New York pada Senin, 30 Oktober.
Dia menyamakan Hamas dengan Nazi, “semua penduduk dimusnahkan, hanya saja kali ini pembunuhnya adalah anggota Hamas Nazi. Seluruh keluarga Israel berubah menjadi asap dan abu – tidak berbeda dengan nasib yang dialami kakek saya di Auschwitz.”
“Kebrutalan tindak kejahatan yang dilakukan oleh Hamas Nazi bukan satu-satunya kesamaan dengan Nazi Jerman. Keduanya mempunya ideologi yang sama,” tambahnya, untuk “memusnahkan orang-orang Yahudi.”
Yang dimaksud dengan Hamas Nazi atau rezim Nazi modern oleh Erdan adalah rezim Ayatullah di Iran.
Dan pasukan berani mati dari rezim tersebut terdiri dari Hamas, Jihad Islam Palestina, Hezbollah, Houthis, Korps Garda Revolusi Islam, dan kelompok jihad lain yang dia sebut kejam.
Tidak hanya itu, di forum yang sama Erdan juga menuduh Dewan Keamanan PBB diam saja terhadap kejahatan kemanusiaan massal yang dilakukan terhadap warga sipil Yahudi, termasuk anak-anak.
Setelah menyampaikan pernyataan tersebut, dia berdiri dan memasang bintang kuning di setelan dan diikuti oleh delegasi Israel lainnya sebagai bentuk kutukan terhadap Hamas dan desakan untuk segera membebaskan para sandera.
“Kami berjalan dengan bintang kuning sebagai simbol kebanggan, pengingat bahwa kami bersumpah untuk melawan demi membela diri,” lanjutnya.
Netanyahu juga menolak mundur sebagai PM
Posisi Netanyahu sebagai PM Israel juga sedang tidak aman.
Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di Israel, termasuk warga Israel sendiri, menjadi satu alasan kuat bagi warga Israel untuk menurunkan Netanyahu.
Karena menunjukkan ketidakmampuan Netanyahu dalam menjaga pertahanan di negaranya dari Hamas, pihak yang sudah mereka anggap musuh selama puluhan tahun.
Maka dari itu, dalam video tersebut dia sempat ditanya apakah akan mundur terkait kelalaiannya dan kegagalannya dalam menjaga pertahanan Israel.
Netanyahu menjawab, “satu-satunya hal yang ingin saya mundurkan adalah Hamas.”