Apa Itu Breadcrumbing, dan Kenapa Harus Diwaspadai dalam Hubungan

Apa Itu Breadcrumbing, dan Kenapa Harus Diwaspadai dalam Hubungan

apa itu breadcrumbing

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Selain istilah ghosting, gaslighting dan love bombing dalam hubungan modern. Kini kembali muncul istilah bernama breadcrumbing. Apa itu breadcrumbing dan seperti apa tandanya? 

Dalam memulai sebuah hubungan, seringkali seseorang mudah terpikat dengan gombalan atau kata-kata manis. Eits, tapi jangan geer dulu sebelum adanya kejelasan hubungan. Bisa jadi itu tandanya kamu menjadi korban dari perilaku breadcrumbing.

Yuk kenal lebih lanjut apa itu breadcrumbing lewat artikel di bawah ini.

Apa Itu Breadcrumbing?

Secara harfiah, kata breadcrumbing berasal dari bahasa inggris yang berarti remahan roti. Merupakan istilah slang, kata ini biasa digunakan untuk menyebut perilaku orang yang suka melakukan berbagai interaksi singkat yang bersifat paradoks, namun bisa menghilang secara tiba-tiba dan kembali lagi untuk sekedar basa-basi. 

Motif aksi yang dilakukan oleh breadcrumber atau sebutan bagi pelaku breadcrumbing, bersifat manipulatif. Mereka akan dengan sengaja mencari perhatian dan memikat. Namun, di satu sisi ia tidak benar-benar berniat menjalani hubungan yang serius dengan korbannya. 

Mengutip dari Kompas, seorang ahli psikologi bernama Kelly Campbell dari universitas California, mengartikan breadcrumbing sebagai sebuah taktik manipulatif secara emosional yang dirancang untuk membuat seseorang bergantung pada pelaku utama dalam hubungan. 

Fenomena ini banyak ditemukan dalam bentuk forum online seperti media sosial, dengan tindakan effortless melalui tindakan mengirimkan pesan-pesan manis atau romantis bertujuan memikat tapi tidak untuk komitmen. 

Tidak hanya dalam hubungan asmara, breadcrumbing juga bisa terjadi dalam hubungan pekerjaan, hubungan pertemanan yang tidak bertanggung jawab, keluarga yang manipulatif, dan juga pacar online yang belum pernah bertemu sama sekali.

Penyebab dan Akibat Breadcrumbing dalam Hubungan

Bagi sebagian orang, perilaku breadcrumbing bisa terjadi karena adanya sifat narsistik dalam diri pelaku. Dimana adanya rasa ingin memiliki kontrol dan mendapatkan perhatian seseorang, sehingga dalam kasusnya terjadi secara sengaja. 

Selain itu, tindakan ini juga bisa terjadi karena rendahnya rasa percaya diri pada pelaku. Sehingga ia membutuhkan sebuah validasi melalui pemberian perhatian, dan jika cara itu berhasil itu akan membantunya kembali lebih percaya diri. 

Nah dari tindakan tersebut, tentunya akan memberikan efek buruk bagi korban. Dimana akan menciptakan perasaan campuran harapan dan kekecewaan. Sehingga dampaknya korban akan merasa bingung, marah, meragukan diri sendiri, cemas, sedih, kesepian, merasa tidak cukup baik, malu, dan pengharapan.

Breadcrumbing Berbeda dengan Ghosting

Walaupun sama-sama ditinggal tanpa kejelasan, breadcrumbing dan ghosting itu berbeda. Dalam praktiknya pelaku ghosting biasanya tiba-tiba pergi tanpa kembali lagi dengan berkedok mengakhiri hubungan secara sepihak tanpa dikomunikasikan. 

Sebaliknya, bagi pelaku breadcrumbing, masih ada kemungkinan untuk kembali dengan memberi perhatian yang sama seperti sebelumnya setelah menghilang, dan seolah tidak terjadi apa-apa. Ngeselin gak sih?

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ghosting lebih melibatkan ketiadaan total komunikasi dan hilangnya kontak, sedangkan breadcrumbing melibatkan pemberian harapan atau perhatian yang terbatas, tanpa komitmen nyata untuk mempertahankan hubungan yang lebih dalam. 

Walaupun memiliki arti yang berbeda, tapi kedua perilaku sama-sama dapat menimbulkan rasa sakit dan kekecewaan pada pihak yang ditinggalkan, meskipun karena alasan yang berbeda.

Tanda Terjadinya Breadcrumbing dalam Hubungan 

apa itu breadcrumbing
pexels/katerinaholmes

Dalam praktiknya, pelaku breadcrumbing akan beraksi seperti menjaga jarak dalam jangka waktu lama namun kadang mengirim pesan merayu, mengajak call/vc, bahkan mungkin mengajak kencan, tapi tidak ada kemajuan dalam hubungan.

Nah biar gak salah sangka, berikut ini beberapa tanda yang harus kamu waspadai, kalau kamu termasuk dari korban breadcrumbing. 

  • Selalu beralasan ketika diajak bertemu, tapi disisi lain selalu membuat percakapan seolah mengajak untuk bertemu. 
  • Komunikasi yang diberikan bersifat berkala atau dangkal. 
  • Membalas pesanmu atau mengabarimu bukanlah prioritas. 
  • Berkomunikasi dengan cara tertentu yang kurang intimate, seperti hanya sebuah like atau reply di media sosial yang menimbulkan harapan di pihak korban.
  • Tidak adanya pembicaraan yang mengarah pada rencana untuk berkomitmen.
  • Aksi mereka tidak sesuai dengan ucapan. 
  • Bisa tiba-tiba menghilang dalam waktu lama tanpa penjelasan, lalu kembali memberi perhatian tanpa ada rasa bersalah.

Cara Menghindari Perilaku Breadcrumbing dalam Hubungan

Untuk menghindari perilaku breadcrumbing, cara pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengenali tanda-tanda dari indikasi tindakan breadcrumbing sedini mungkin. Melalui langkah ini, tentunya akan memperkecil dampak buruk yang akan korban terima.

Kemudian cara yang bisa dilakukan juga bisa dengan membuat batasan diri saat memulai sebuah hubungan. Membuat batasan diri sendiri ini perlu sebagai bentuk pertimbangkan untuk menghentikan investasi emosional jika hubungan dirasa tidak ada kepastian.

Tidak hanya itu saja, untuk menghindari perilaku breadcrumbing kamu bisa juga melakukannya dengan melakukan evaluasi prioritas diri. Evaluasi diperlukan untuk menilai apakah effort yang kamu berikan seimbang dengan apa yang kamu dapatkan. 

Terakhir, fokuslah pada diri sendiri. Alihkan perhatian pada perkembangan pribadi dan kebahagiaan tanpa tergantung pada hubungan tersebut. Melalui cara ini juga bisa melatih diri untuk membangun kepercayaan diri dan kemandirian. 

Nah itu dia penjelasan dari breadcrumbing dalam hubungan dan tandanya yang harus kamu waspadai. Gimana udah pahamkan sekarang?

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel