Apa itu Greedflation? Fenomena Ekonomi Baru yang Harus Diwaspadai

Apa itu Greedflation? Fenomena Ekonomi Baru yang Harus Diwaspadai

apa itu greedflation

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Istilah ‘greedflation’ sempat ramai dibahas akhir-akhir ini oleh pengguna platform X (sebelumnya Twitter) setelah Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka melontarkan istilah ‘greenflation’ dalam Debat Cawapres yang digelar KPU di Jakarta Convention Center, Senayan, pada Minggu, 21 Januari 2024. 

Menurut sejumlah pengguna platform X, yang mungkin dimaksud oleh Gibran itu ‘greenflation’, sebenarnya ‘greedflation’ karena definisi yang disampaikannya lebih sesuai untuk istilah kedua.

Dalam dunia perekonomian global sendiri, greedflation semakin banyak dibicarakan oleh para ahli ekonomi khususnya karena dampaknya sangat memengaruhi daya beli.

Tidak hanya itu, mereka juga mulai aktif dalam memperingatkan dan melakukan studi lebih lanjut tentang fenomena ini demi menemukan solusi dari kondisi krisis ini. 

Arti greedflation

apa itu greedflation
FOTO FILE: Orang-orang berbelanja di pasar grosir, di London, Inggris 6 Mei 2023. REUTERS/Emilie Madi

Greedflation mengacu pada situasi dimana inflasi didorong oleh keserakahan (greed) korporasi. Untuk memahami hal ini lebih jauh, pertama perlu memahami tentang inflasi.

Inflasi disebabkan oleh dua faktor, yaitu dorongan biaya dan tarikan permintaan. Inflasi yang didorong oleh biaya terjadi ketika biaya input meningkat sehingga menaikkan harga. Inflasi tarikan permintaan terjadi ketika ada kelebihan permintaan sehingga menyebabkan kenaikan harga.

Dalam greedflation, perusahaan mengeksploitasi inflasi dengan menaikkan harga secara berlebihan, lebih dari sekadar menutupi kenaikan biaya, dan menargetkan tindakan ini untuk memaksimalkan margin keuntungan yang akhirnya memperparah inflasi. 

Penyebabnya tersebut bisa juga disebut sebagai profit-price spiral, yaitu perusahaan yang memanfaatkan guncangan harga energi dan komoditas sebagai peluang untuk meningkatkan keuntungan.

Kesimpulannya, greedflation merupakan gagasan perusahaan mengeksploitasi inflasi untuk menciptakan keuntungan maksimal.

Mengapa greedflation tiba-tiba banyak dibicarakan?

Apa itu Greedflation? Fenomena Ekonomi Baru yang Harus Diwaspadai - image 88
Menurut Yang Mana?, harga bahan makanan pokok termasuk susu, keju, mentega, dan makanan panggang telah meningkat lebih dari 30% sejak tahun 2021. Foto: Tolga Akmen/EPA

Dalam kurun setahun ini, terjadi lonjakan harga atau inflasi yang kemudian diteliti oleh para ahli, khususnya ekonom terkait penyebabnya. Lalu mereka menemukan bahwa penyebabnya adalah tindakan perusahaan mengeksploitasi inflasi dengan menaikkan harga secara berlebihan.

Khususnya pada item yang paling banyak dicari karena dibutuhkan selama masa pandemi Covid-19 dimana dampak yang paling bisa dirasakan oleh penduduk global yakni dari tahun 2020 hingga 2023.

Di Amerika Serikat (AS), greedflation dengan cepat menjadi isu partai sejak tahun 2022. Partai Demokrat mengeluhkan tingginya keuntungan yang diperoleh perusahaan minyak dan perusahaan besar lainnya, sementara Partai Republik menyalahkan inflasi AS pada pemerintahan presiden saat ini.

Di India, greedflation menjadi isu setelah ditemukan 60% pertumbuhan laba bersih sepenuhnya disebabkan oleh peningkatan margin keuntungan. Peningkatan penjualan memberikan kontribusi tambahan sebesar 36% dan sisanya merupakan bonus dari kombinasi keduanya yang menunjukkan adanya fenomena greedflation tersebut.

Greedflation sebabkan lonjakan inflasi tahun lalu

Studi ekonomi progresif Groundwork Collaborative berpendapat bahwa lebih dari separuh kenaikan harga konsumen pada pertengahan tahun lalu disebabkan oleh keuntungan yang berlebihan yang diterima oleh perusahaan atau korporat.

Karena ditemukan, keuntungan yang diterima perusahaan masih tetap yang paling tinggi sepanjang masa.

Keuntungan perusahaan ini mendorong 53% inflasi selama kuartal kedua dan ketiga tahun 2023 dan lebih dari sepertiga sejak awal pandemi.

Demikian temuan laporan tersebut yang menganalisis data Departemen Perdagangan. Hal ini merupakan lonjakan yang besar dibandingkan empat dekade sebelum pandemi, ketika keuntungan hanya mendorong 11% pertumbuhan harga.

Dalam penelitian soal greedflation yang dilakukan oleh Societe Generale, Kepala Strategi Global Alberts Edwards tahun lalu memperingatkan bahwa keserakahan korporasi (corporations’ greed) suatu saat bisa memicu terjadinya pemberontakan dan kerusuhan.

Dia juga berkomentar bahwa fenomena ini belum pernah terjadi sebelumnya dan belum pernah melihat tingkat keserakahan korporasi seperti ini selama 40 tahun bekerja di industri keuangan.

Lalu memperingatkan bahwa ketidakbahagiaan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap “margin keuntungan super-normal” perusahaan bisa menyebabkan pengendalian harga, seperti yang terakhir kali terjadi beberapa dekade lalu.

Ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa menyalahkan perusahaan untuk menaikkan keuntungan seperti menyalahkan hujan kenapa turun. Karena tentu saja misi korporasi adalah mencari keuntungan.

Hal ini pun sudah bisa diduga karena banyaknya permintaan terpendam yang akhirnya meledak ketika perekonomian akhirnya hidup lagi pasca pandemi.

notix-artikel-retargeting-pixel