12 Jam Setelah Erdogan Janji Kendalikan Inflasi, Nilai Tukar Lira Turki Justru Turun

12 Jam Setelah Erdogan Janji Kendalikan Inflasi, Nilai Tukar Lira Turki Justru Turun

Erdogan membagikan uang kepada pendukungnya

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Pada kampanyenya saat mencalonkan diri di Pemilihan Umum (Pemilu) Turki 2023, Recep Tayyip Erdogan (Erdoğan) menjanjikan pengendalian inflasi. Setelah dinyatakan sebagai pemenang pemilu, mata uang Turki justru anjlok.

Lira, mata uang Turki mencapai rekor terlemahnya setelah Erdogan dinyatakan sebagai pemenang pada Minggu, 28 Mei 2023. Rekor tersebut terjadi pada keesokan harinya, 29 Mei 2023 pada pukul 10 pagi dengan 1 dolar Amerika Serikat sama dengan 20 Lira Turki.

Erdogan janji utamakan pengendalian inflasi

12 Jam Setelah Erdogan Janji Kendalikan Inflasi, Nilai Tukar Lira Turki Justru Turun - p0fr0gh1
Erdogan menyampaikan pidato kemenangannya di depan istana kepresidenan (BBC)

Setelah diumumkan sebagai pemenang mutlak Pemilihan Umum (pemilu) Turki kemarin Minggu (28/5), Erdogan berpidato di depan pendukungnya di istana kepresidenan pukul 10 malam.

Dalam pidato itu, ia menyampaikan dua janji politiknya yang menjadi prioritas kerja-kerjanya di dekade ketiga masa kerjanya sebagai penguasa Turki.

Pertama, membangun kembali kota-kota di Turki yang hancur akibat gempa bumi yang terjadi Februari lalu, ‘menyembuhkan luka’ akibat bencana tersebut, serta mengembalikan kehidupan warga Turki seperti sebelum gempa.

Janji kedua Erdogan adalah mengendalikan inflasi, tema utama pemilu yang dibawakan oleh Erdogan dan kandidat-kandidat lainnya. 

Ia mengatakan dalam pidatonya bahwa isu paling mendesak yang perlu diselesaikan adalah mengurangi masalah akibat naiknya harga karena inflasi, dan menyatakan bahwa masalah ini tidak sulit untuk diselesaikan.

“Kita akan melakukannya. Suku bunga saat ini 8,5 … inflasi akan menurun. Kalian akan melihatnya dengan segera,” ucapnya.

Erdogan juga menyinggung pihak oposisinya dengan mengatakan, “mereka tidak bisa berkompetisi dengan kita. Mereka akan berjaga di depan pintu IMF.”

Dua belas jam setelah pidato tersebut, nilai Lira Turki terjun melemah dan menciptakan rekor terbaru.

Diprediksi akan memburuk menjelang akhir kuartal kedua

Brendan McKenna, ekonomis dan strategis pasar valuta asing Wells Fargo menyatakan Lira Turki akan memburuk menjelang akhir kuartal kedua dan mencapai rekor paling rendah sebesar 23 lira Turki terhadap dolar Amerika Serikat.

Kepada CNBC, ia juga menyatakan bahwa kondisi ini bisa menjadi lebih buruk lagi di awal tahun depan nanti dengan mencapai 25 Lira Turki.

“Kami cukup pesimis terhadap Lira Turki, efek dari Erdogan yang kembali mempertahankan jabatannya sebagai Presiden Turki setelah pemilu,” lanjutnya.

Selama lima tahun terakhir ini, Lira Turki kehilangan nilainya terhadap dolar Amerika Serikat hingga 77%.

Salah satu dasar dari prediksi ini adalah apabila Turki tetap menggunakan kebijakan ekonomi non-ortodoks yang ditetapkan sejak 2010 oleh para pembuat kebijakan Turki, kebijakan sama yang terus membuat Turki mengalami inflasi hingga bertahun-tahun.

Kegagalan kebijakan ekonomi non-ortodoks

Kebijakan yang didukung oleh Erdogan tersebut sangat bertolak belakang dengan kebijakan ekonomi ortodoks yang digunakan oleh mayoritas negara.

Selama ini, tujuan ekonomi Turki melalui kebijakan ekonomi non-ortodoks ingin menekankan pada upaya meningkatkan persaingan ekspor daripada mengendalikan inflasi. 

Mereka ingin fokus pada aktivitas ekspor, berorientasi pada memperkuat daya saing ekspor di tingkat global, tapi mengabaikan inflasi yang disebabkan oleh rendahnya suku bunga.

Dampak dari inflasi ini, dua per tiga warga Turki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan dan papan. Kondisi ini kemudian memicu lonjakan penyakit mental dan utang.

Tahun 2021, bank sentral Turki memangkas suku bunga untuk menghadapi kenaikan inflasi yang kemudian menyebabkan Lira Turki merosot tajam, inflasi meroket, suku bunga jangka panjang meninggi, serta meningkatnya utang konsumen dan tarif pasar. 

Bank sentral yang saat itu berada di bawah tekanan politik ini kehilangan kestabilannya dan karenanya kemudian menetapkan solusi dengan mengendalikan suku bunga jangka panjang. 

Pada tahun tersebut, Erdogan percaya bahwa suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi inflasi dan meningkatkan aliran modal yang kemudian para analis lihat sebagai contoh efek buruk mengabaikan ilmu dasar ekonomi makro. 

Di satu sisi, pemerintah Turki bersikeras untuk bertahan menggunakan kebijakan non-ortodoks dan meyakini bahwa kebijakan tersebut pasti akan membuahkan hasil. Mereka juga punya ambisi menjadi pelopor suksesnya kebijakan ini.

Di sisi lain, inflasi Turki terus meroket dan terus mengancam kesejahteraan warga Turki sendiri.

Para analis menilai kebijakan ekonomi non-ortodoks Turki hasilnya lebih banyak menunjukkan kegagalan kebijakan.

Peran Bank Sentral Turki

Brendan menjelaskan bahwa jika pemerintah Turki masih tidak berubah, satu-satunya yang bisa menyelamatkan adalah bank sentral Turki.

Caranya, bank sentral Turki mengamankan kerja sama dengan negara-negara di Timur Tengah dan Tiongkok terkait cadangan mata uang agar mata uang Turki dapat ditukar dengan mata uang dari bank sentral yang dituju, bank sentral Tiongkok misalnya.

Kerja sama ini memungkinkan terjadinya intervensi untuk memenuhi kebutuhan bank komersial domestik Turki.

Jika bank sentral Turki bisa memperluas dan meningkatkan potensi mata uang cadangan tersebut, sangat mungkin untuk kemudian mendapatkan dukungan dalam intervensi valas bank sentral.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel