Apakah Himmel Menyukai Frieren?

Apakah Himmel Menyukai Frieren?

apakah himmel menyukai frieren

DAFTAR ISI

Pertanyaan yang terus menghantui para penggemar Frieren: Beyond Journey’s End: apakah Himmel menyukai Frieren?

Jawaban singkat: iya. Jawaban panjang: iya, menyakitkan pula.

Tunggu dulu, ini bukan kisah cinta dengan pengakuan dramatis atau malu-malu ala drakor. Perasaan Himmel tumbuh pelan-pelan, di antara pertempuran, percakapan canggung, dan diam yang panjang. 

Begini penjelasannya.

Apakah Himmel menyukai Frieren?

Sebelum menjadi pahlawan berambut perak yang dielu-elukan, Himmel hanyalah bocah yang mengagumi Frieren seperti tokoh dongeng.

Jadi kalau orang bertanya apakah Himmel menyukai Frieren, jawabannya dimulai dari sana: dari rasa kagum polos seorang anak. 

Frieren adalah legenda bagi Himmel sosok yang selalu dilihat seperti sesuatu yang nyaris ghaib, tak tersentuh sampai kemudian waktu membuktikan sebaliknya.

Lompat ke masa perjalanan mereka untuk mengalahkan Raja Iblis. Himmel akhirnya berpetualang bersama Frieren yang ternyata canggung, kaku, serta nyaris tidak paham emosi manusia.

Oh Frieren bukannya tidak peka pada perasaan Himmel. Ia tidak bisa memahami manusia yang fana, sebab Frieren merupakan seorang elf yang masa hidupnya jauuuuuhhhhh lebih panjang dari manusia.

Untuk konteks:

– Frieren adalah seorang elf berusia lebih dari 1000 tahun. Ia bertemu Himmel kecil sekitar 100 tahun yang lalu

– Himmel adalah seorang manusia biasa, usianya tak mungkin sepanjang elf

Manusia berikut perasaannya hanyalah satu hal pendek dalam hidupnya yang nyaris abadi. Jadi, sampai titik ini, kita harusnya bisa memahami kenapa perasaan manusia “tak begitu penting” buat Frieren.

Semua itu juga disadari oleh Himmel. Rupanya, itu yang membuatnya jatuh hati pada Frieren.

Himmel berhenti melihat Frieren sebagai sosok mitos. Ia mulai melihatnya sebagai seseorang yang aneh, lamban, tetapi berusaha. Frieren belajar, mendengar, dan kadang tersenyum pada leluconnya. Dari situlah perasaan Himmel mulai tumbuh, pelan tetapi nyata.

Petunjuk perasaan Himmel pada Frieren

Himmel ditemukan oleh Frieren

frieren dan himmel

Ada satu kilas balik yang penting yakni saat Himmel sewaktu kecil tersesat di hutan. Frieren menemukannya duduk di bawah pohon. Himmel tidak panik, tidak teriak minta tolong, hanya menunggu meski mulai merasa sedikit takut.

Itu momen yang banyak orang lewatkan. Himmel tak melakukan banyak hal, selain menunggu pagi tiba, tetapi Frieren menyadari kalau bocah itu sedang tersesat.

Himmel seolah punya keyakinan kalau seseorang akan menemukannya, dan orang itu adalah Frieren. Ditemukan olehnya lebih dari cukup. Ia selamat, dan kita tahu itu awal mula dari perjalanan Himmel dan Frieren di masa-masa yang akan datang.

Himmel memberi Frieren cincin bermotif bunga

apakah himmel menyukai frieren

Ketika beranjak dewasa, Himmel mulai melakukan petualangan. Ia berambisi jadi sosok pahlawan dan untuk itu ia membutuhkan rekan-rekan perjalanan.

Bersama Heiter dan Eisen, Himmel akhirnya kembali bertemu Frieren, kepingan terakhir yang melengkapi kelompok mereka. Himmel tahu bahwa Frieren adalah satu-satunya yang ia cari.

Di perjalanan mereka, Himmel memberikan cincin bermotif bunga pada Frieren. Bukan hadiah biasa. Itu usahanya untuk menunjukkan bahwa ia melihat keindahan di dunia, dan terutama di diri Frieren.

Bagaimana reaksi Frieren? Datar. Seolah itu hal sepele. Walau Himmel juga akhirnya menyadari kalau perasaan bukan sesuatu yang penting di umur panjangnya Frieren.

Himmel meminta Frieren memilih sendiri cincin yang ia inginkan, tapi Frieren tampak ogah-ogahan melakukannya karena, lagi-lagi, itu tak penting-penting amat buat Frieren.

Ketika Frieren selesai memilih, Himmel agak terkejut karena motif bunga di cincin itu melambangkan “kasih tak sampai”. Himmel akhirnya memberikan cincin itu dengan pose seperti sedang melamar.

Himmel tidak kecewa. Ia tahu Frieren tidak mengerti makna di balik itu. 

Perasannya bukan soal balasan. Ia hanya memberi, tahu bahwa mungkin butuh berpuluh tahun atau mungkin ratusan tahun sampai Frieren mengerti.

Frieren baru sadar setelah Himmel tiada

Lima puluh tahun kemudian, Frieren berdiri di depan makam Himmel. Baru saat itu semuanya terasa jelas. Ia mengingat semua momen kecil: bunga, cincin, senyum, dan keheningan. Baru sadar bahwa ia tidak pernah benar-benar paham.

Terlambat, tentu saja. Kesadaran itulah yang paling menyakitkan.

Yang dulu ia anggap kebaikan ternyata perasaan kasih yang romantis, dan ia melewatkannya begitu saja.

Perasaan manusiawi Himmel

Jadi apakah Himmel menyukai Frieren? Iya, sepenuhnya. Tapi ini bukan kisah cinta yang bisa dibingkai rapi. Perasaan Himmel itu manusiawi: lembut, fana, dan tulus. Frieren hidup terlalu lama untuk mengerti, tetapi entah bagaimana perasaan itu tetap bertahan.

Itulah ironi paling pahit. Himmel menyukai Frieren meski tahu ia akan terlupakan, bahwa umurnya hanya sekejap di mata abadi teapi ia tetap melakukannya.

Tragedi Frieren: Beyond Journey’s End bukan karena Himmel mati. Tragedinya adalah karena Frieren baru belajar merasakan setelah semuanya hilang. 

Pertanyaan “apakah Himmel menyukai Frieren” berubah menjadi sesuatu yang lebih berat: bisakah makhluk abadi benar-benar memahami perasaan manusia?

Himmel menjawabnya dengan tindakannya. Iya, bisa, tetapi butuh keberanian besar untuk mencintai sesuatu yang akan melupakanmu.

Dia mencintainya seperti manusia mencintai bintang. Dari bawah, dari jauh, dan dengan sadar bahwa cahayanya tidak akan pernah sampai sebelum dia lenyap.

Apakah Frieren menyukai Himmel?

apakah frieren menyukai himmel

Sekarang, pertanyaannya bisa dibalik, apakah Frieren menyukai Himmel?

Kita belum tahu, dan Frieren sampai sekarang masih berusaha memahaminya. 

Frieren memulainya di satu titik kesadaran: ia tak betul-betul peduli dengan perasaan manusia, dan kini ia benar-benar ingin memahaminya sebab bagaimanapun mereka adalah sosok-sosok yang pernah hadir dalam hidupnya.

Semua itu jadi satu alasan kenapa Frieren kembali bertualang menyusuri rute yang pernah ia lewati bersama Himmel, dan Heiter dan Eisen.

Kita sampai pada lanjutan kisah Sousou no Frieren Season 2. Pada satu momen, ia tak mau kehilangan cincin pemberian Himmel. Berkat kesadaran itu, ia tak ingin sesuatu yang ia kenang selamanya hilang begitu saja.

Baca Juga
Seedbacklink

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel