Sediksi – Di setiap perusahaan, baik yang berorientasi laba maupun yang bersifat non-profit, struktur atau budaya hierarki masih diterapkan. Struktur ini mencakup tingkatan jabatan dari puncak hingga tingkat terendah, di mana tingkat kekuasaan seseorang sejalan dengan posisinya. Budaya kerja hierarki artinya pembagian peran sangat terstruktur dari atas ke bawah.
Dinamakan sebagai hierarki karena sistem ini menjadi pilihan yang disukai oleh sebagian orang, tetapi dianggap membosankan oleh yang lain. Salah satu jenis budaya kerja ini memang mengharuskan tingkatan bawah tunduk pada mekanisme lembaga yang amat ketat.
Dalam tulisan ini, Sediksi akan mengajak kamu untuk membahas tentang budaya hierarki dalam konteks perusahaan, termasuk definisi, implementasi, manfaat, dan juga keterbatasan yang mungkin terjadi dalam menerapkan sistem ini. Nggak perlu berlama-lama lagi, cek artikel di bawah ini!
Apa Itu Budaya Kerja Hierarki?
Budaya kerja hierarki menitikberatkan pada pengembangan dan stabilitas peraturan, struktur, dan proses dalam menjalankan operasional bisnis. Dalam implementasinya, perusahaan yang mengadopsi pendekatan ini cenderung mematuhi peraturan yang telah ditetapkan sehingga struktur manajemen dapat dipertahankan dengan kokoh.
Dengan demikian, individu yang menduduki posisi tinggi akan memiliki otoritas yang signifikan. Tingkat jabatan yang tinggi memiliki dampak besar terhadap kemajuan perusahaan, dan hal ini tercermin dalam struktur organisasi yang sering digambarkan sebagai piramida, di mana puncaknya diisi oleh CEO atau pemilik perusahaan, sementara bagian paling bawah diisi oleh karyawan baru atau kontrak.
Walaupun demikian, banyak perusahaan besar yang masih mempertahankan sistem hierarki, mencerminkan pandangan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, keputusan sebaiknya diberikan kepada pihak yang memiliki wewenang.
Karakteristik Budaya Kerja Hierarki
Implementasi budaya hierarki memiliki karakteristik khusus yang dapat dikenali melalui beberapa aspek. Meskipun tidak semua ciri tersebut diterapkan seragam di setiap perusahaan dengan budaya hierarki, sebagian besar perusahaan cenderung mengikuti pola tersebut.
Berikut adalah beberapa ciri umum yang sering terlihat dalam perusahaan yang menganut budaya hierarki:
Gaya Kepemimpinan Atas ke Bawah
Salah satu ciri yang dapat dikenali dengan jelas adalah penerapan gaya kepemimpinan dari atas ke bawah atau top to bottom. Ini berarti keputusan akhir diambil oleh pimpinan perusahaan, dan semakin tinggi jabatannya, semakin besar pengaruhnya terhadap keputusan. Dalam konteks ini, meskipun karyawan berpengalaman memberikan masukan, pengaruh suaranya cenderung terbatas.
Layout Meja Kerja Cubical
Meskipun tidak seluruh perusahaan dengan budaya hierarki menerapkan ini, layout meja kerja cubical adalah salah satu ciri umum. Dengan penerapan layout ini, atasan memiliki ruang kerja yang terpisah dari karyawan, menciptakan perbedaan yang signifikan dengan kantor yang menggunakan layout open space.
Rutinitas yang Stabil
Kehadiran rutinitas yang stabil, meskipun terkadang dianggap monoton, menjadi ciri lain budaya hierarki. Beberapa perusahaan masih mempraktikkan jadwal kerja yang tetap, seperti jam masuk dan pulang yang konsisten, istirahat pada jam tertentu, dan pola kerja harian yang terstruktur. Meskipun terkesan kaku, budaya ini cocok bagi karyawan yang menghargai kepastian, keteraturan, dan stabilitas dalam pekerjaan mereka.
Tingkatan Hierarki yang Biasanya Terdapat di Perusahaan
Dalam suatu perusahaan, terdapat berbagai tingkatan yang menggambarkan status seseorang dalam struktur organisasi serta peran dalam penyampaian pendapat. Berikut adalah sepuluh tingkatan atau lapisan kedudukan yang umumnya ditemui dalam banyak perusahaan dengan budaya kerja tertentu:
CEO atau Chief Executive Officer
Sebagai kepala tertinggi di perusahaan, CEO memiliki pengaruh paling besar dan bertanggung jawab atas keputusan strategis yang memengaruhi seluruh organisasi.
COO atau Chief Operating Officer
COO berfungsi sebagai penghubung antara CEO dan karyawan, menerjemahkan visi dan tujuan perusahaan menjadi rencana bisnis yang dapat diimplementasikan.
Pemegang Saham
Pemegang saham sebagai pemilik sebagian perusahaan, memiliki kedudukan tinggi dan berperan dalam rapat umum pemegang saham untuk membahas visi dan misi perusahaan.
Kepala Departemen
Kepala departemen atau divisi bertanggung jawab untuk mengelola tugas dan kinerja departemen yang mereka pimpin, seperti pemasaran, produksi, dan keuangan.
Presiden
Presiden memiliki tugas membuat keputusan strategis dan merancang strategi bisnis untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Vice Presiden atau Wakil Presiden
Wakil presiden memberikan masukan dan perspektif tambahan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Manajer
Manajer mengelola kinerja karyawan, memberikan tugas, menetapkan tenggat waktu, dan memberikan informasi berharga dari petinggi perusahaan ke karyawan.
Supervisor
Supervisor berinteraksi langsung dengan karyawan, bekerja bersama mereka, dan bertanggung jawab untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan karyawan.
Karyawan
Karyawan adalah mayoritas pekerja di perusahaan, melakukan pekerjaan rutin dan mengubah keputusan menjadi hasil yang dapat dievaluasi oleh atasan.
Kontraktor Independen
Kontraktor independen, meskipun bekerja lepas, memiliki keahlian khusus yang berharga bagi perusahaan dan diberi tanggung jawab proyek dengan tenggat waktu tertentu.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Budaya Kerja Hierarki
Kelebihan Budaya Hierarki
Struktur dan Kewenangan yang Jelas
Budaya hierarki memberikan struktur organisasi yang terdefinisi dengan baik dan kewenangan yang jelas pada setiap tingkatan.
Pembagian Tugas yang Tetap
Terdapat pembagian tugas yang konsisten, memungkinkan setiap individu mengetahui perannya dengan jelas.
Jenjang Karir yang Jelas
Adanya tingkatan jabatan yang terstruktur membuka peluang jenjang karir yang jelas bagi karyawan.
Kekurangan Budaya Hierarki
Pendapat Lapisan Bawah Sulit Didengar
Pendapat dari lapisan bawah cenderung sulit didengar dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Persaingan dan Politik yang Kuat
Budaya hierarki dapat menciptakan tingkat persaingan dan politik di tempat kerja yang tinggi.
Terkesan Kaku dan Monoton
Struktur yang terlalu kaku dapat memberikan kesan monoton pada lingkungan kerja.
Budaya apa pun yang diadopsi oleh perusahaan akan membawa dampak khusus pada jalannya bisnis, baik itu positif maupun negatif. Kesuksesan implementasi budaya kerja hierarki tergantung pada kebijakan dan tujuan yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan.
Kalau dari ulasan Sediksi di atas, kamu cocok nggak sama budaya kerja yang satu ini?