Negosiasi gaji adalah salah satu yang paling banyak dipertanyakan oleh para pencari kerja. Terutama mereka yang baru pertama kali melakukannya. Ketika ditanya oleh HRD, “Kamu ingin gaji berapa?” Apa jawabanmu? Maka dari itu, kita perlu tahu cara negoisasi gaji bagi frash graduate.
Ada banyak pertanyaan yang tersebar di kalangan fresh graduate. Contohnya, “Jangan-jangan nanti kalau saya sebut angkanya, dikira mata duitan? Apa sebaiknya saya jawab terserah, sesuai kebijakan perusahaan? Apakah saya (fresh graduate) juga pantas mengajukan permintaan dan pertanyaan seputar penggajian?”.
Jawabannya, iya. Kamu boleh melakukannya. Menjadi seorag fresh graduate bukan berarti bahwa kamu harus pasrah menerima segala ketentuan. Jika memang gaji kerja pertamamu menurutmu belum sesuai, kamu punya hak untuk memberi penjelasan, melempar pertanyaan dan mengajukan penawaran (negosiasi). Lalu bagaimana cara melakukannya? Yuk, langsung aja simak beberapa cara di bawah ini.
Cara Negoisasi Gaji, Bisa Dipraktikkan Para Fresh Graduate
1. Pahami arti gaji
Sebelum kamu melakukan negosiasi gaji, pahami dahulu apa artinya. Selama ini masih banyak yang gagal paham tentang apa yang dimaksud dengan gaji. Masih ada yang memaknai gaji hanya sebagai besaran nominal uang yang didapat rutin setiap bulan.
Padahal gaji juga meliputi feedback lainnya yang kamu dapat dari perusahaan seperti: tunjangan kesehatan, hak-hak saat lembur, jatah libur, cuti, pelatihan dll. Fasilitas-fasilitas itu sebenarnya juga bagian dari gaji. Semua itu juga penting untuk kamu hargai.
Sebagai ilustrasi, jika kamu ditawari 25 juta per bulan untuk sebuah pekerjaan, tetapi kamu tidak berhak mendapat asuransi kesehatan, harus masuk setiap hari tanpa libur, lembur tidak diperhitungkan,tidak ada program pelatihan yang ditanggung perusahaan, apakah kamu akan menerimanya? Jika kamu menerimanya, apakah menurutmu aspek kehidupanmu lainnya, misalnya keluarga, cinta, pertemanan akan tetap baik-baik saja?
Jadi, poin penting memulai cara negoisasi gaji adalah kamu perlu mempertimbangkan dengan bijak. Jangan hanya silau mengejar nominal gaji bulanan yang tinggi, karena untuk bertahan hidup, kamu bukan hanya butuh uang tetapi juga butuh jatah libur supaya tetap punya waktu untuk keluarga, butuh kesempatan mengembangkan diri dan lain sebagainya.
2. Lakukan riset gaji dan simpulkan dengan hati-hati.
Untuk mengetahui cara negosiasi gaji, kamu harus terlebih dahulu mencari referensi. Tentu kamu tidak bisa tiba-tiba meminta 10 juta tanpa ada dasar yang jelas. Jika kamu melakukannya, bisa jadi kamu akan ditertawakan oleh Bapak/Ibu HRD karena meminta sesuatu yang “gila”.
Coba cari tahu berapa kisaran gaji untuk posisi yang akan kamu perjuangkan itu. Kamu bisa mencarinya di internet atau dengan bertanya kepada orang lain yang sudah lebih dulu bekerja di posisi yang sama. Nah, yang tidak kalah penting untuk kamu cari tahu juga adalah, apakah data rentang gaji yang kamu dapat dari internet atau yang kamu ketahui dari orang lain juga relevan dengan standar gaji di lokasimu dan perusahaannmu?
Kamu perlu memahami bahwa setiap perusahaan punya kondisi yang berbeda termasuk kondisi keuangannya. Cara negoisasi gaji di setiap perusahaan pun demikian, masing-masing tidak bisa disamakan. Cobalah untuk memahami tidak hanya dari sudut pandangmu sendiri sebagai orang yang butuh digaji, tetapi juga dari sudut pandang perusahaan yang berjuang untu mencapai target penghasilan.
Lihatlah situasinya apakah kamu sedang melamar di perusahaan dengan skala kecil, menengah atau besar? Tentu masing-masing dari mereka akan punya kemampuan yang berbeda-beda dalam menggaji karyawannya.
Jadi lakukanlah riset dan ambil kesimpulan dengan hati-hati tentang gaji. Jangan menelan mentah-mentah data angka yang kamu lihat atau dengar dari sumber lain. Pahami konteks perbandingan dimana dan bagaimana mereka dan dirimu akan bekerja.
3. Sebut angkanya, sampaikan dengan jelas alasannya.
Jika kamu ditanya, “Berapa gaji yang kamu inginkan?” jawablah dengan, pernyataan yang sejenis dengan ini, “Terima kasih untuk kesempatan yang sudah diberikan kepada saya hingga sampai di tahap ini. Saya akan dengan senang hati mengambil kesempatan bekerja di sini apabila perusahaan memberikan …. juta rupiah. Dengan kemampuan A, B, C saya yakin mampu berkontribusi terhadap ….. di perusahaan ini”.
Pernyataan di atas hanya contoh. Kamu bisa menyusun sendiri jawaban yang ingin kamu sampaikan. Intinya, yang harus ada dalam jawabanmu adalah, berapa angka pasti yang kamu harapkan (bukan berupa rentang angka) dan alasan mengapa kamu menganggap dirimu layak mendapatkannya.
Alasan penguat itu bisa berupa keterampilan, pencapaian, atau pengalaman yang sudah kamu miliki (jika belum punya pengalaman kerja, kamu bisa masukkan pengalaman menghadapi tantangan perkuliahan atau pengalaman berorganisasi).
4. Jika masih belum sesuai….
Apabila pihak perusahaan kemudian menawarkan gaji yang menurutmu sangat jauh dari harapan, jauh dari kelayakan (dibandingkan dengan kualifikasi yang kamu miliki dengan sudah mempertimbangkan kemampuan perusahaan menggaji karyawan), cobalah lagi untuk menjelaskan kepada mereka mengapa kamu seharusnya pantas mendapatkan yang lebih dari penawaran. Tekankan kembali kontribusi yang bisa kamu berikan dan keunggulan/nilai diri yang kamu miliki.
Akan tetapi, apabila ternyata hal itu tidak membuahkan hasil, jika kamu berminat, kamu bisa mencoba untuk menegosiasikan aspek gaji lainnya (misalnya kemungkinan mendapat tunjangan, bonus, pelatihan, jatah libur dll.). Ini cara negoisasi gaji fresh graduate yang cukup ampuh selama ini.
Selanjutnya, coba pikirkanlah ini:
Sebagai fesh graduate, apa yang lebih kamu utamakan? Apakah pemasukan atau pengalaman sebagai batu loncatan?
Lalu bagaimana dengan situasi keuanganmu? Apakah kamu sedang sangat membutuhkan atau kamu tidak sedang dalam keadaan terburu-buru mencari pekerjaan? Setelah menjawab itu, semoga kamu bisa mantap mengambil keputusan, untuk menerima atau mengakhiri sampai di sini.
Itulah cara negosiasi gaji yang bisa dilakukan oleh fresh graduate. Kenali dirimu terlebih dahulu agar kamu paham berapa nilai diri yang pantas kamu ajukan kepada perusahaan. Bagaimana? Sudah siap menerapkan?