Sediksi.com – Istilah fathering ke pasangan sering dianggap dapat merusak keseimbangan dan harmoni dalam sebuah hubungan dan sering kali dianggap sebagai pertanda red flag. Fathering ke pasangan mengacu pada peran seseorang yang menempatkan dirinya sebagai figur otoritatif dan memiliki keputusan yang lebih baik dalam hubungan, seperti seorang ayah dalam hubungan keluarga. Namun, dalam konteks hubungan asmara, konsep ini sering dianggap merugikan.
Fathering pada dasarnya menggambarkan dinamika yang melibatkan salah satu pasangan menjadi dominan dan memiliki pengetahuan serta kekuatan yang lebih besar, sementara pasangan lainnya dianggap kurang kompeten atau kurang memiliki otoritas. Ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan kekuasaan dan penindasan dalam hubungan, yang pada akhirnya dapat merusak hubungan tersebut.
Menurut penjelasan dari psycnet.apa.org, fathering dalam konteks hubungan asmara sering kali menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan dan merugikan keseimbangan yang seharusnya ada dalam hubungan tersebut. Bagi cowok-cowok yang merasa, “Kayaknya aku sering menjadi sosok ayah buat cewekku, deh. Dia risih gak, ya?”, patut baca artikel di bawah ini agar kamu nggak overthinking lagi!
Apa Itu Fathering ke Pasangan?
Istilah fathering ke pasangan mengacu pada peran salah satu pasangan dalam sebuah hubungan yang menempatkannya sebagai figur yang lebih kuat dan berpengetahuan, serupa dengan seorang ayah dalam sebuah keluarga. Pasangan yang mengambil peran ayah dianggap memiliki pengetahuan dan kekuatan untuk membuat keputusan yang akan meningkatkan kualitas hubungan.
Umumnya, orang yang menerapkan konsep fathering cenderung mengendalikan pasangannya dengan dalih memberikan nasihat atau bantuan. Sikap ini seringkali juga termanifestasikan dalam upaya membantu mengurus kesehatan atau aspek-aspek kehidupan lainnya dari pasangan.
Pasangan yang memainkan peran ‘ayah’ seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah terperangkap dalam peran tersebut. Mereka merasa memiliki otoritas dan pengetahuan yang lebih besar dalam hubungan, sementara pasangannya dianggap kurang matang. Oleh karena itu, pasangan ini sering kali dianggap sebagai anak dalam hubungan, karena mereka dianggap kurang mampu atau kurang berkembang dalam konteks asmara.
Fathering juga merupakan konsep yang serupa dengan mothering dalam hubungan. Keduanya berbeda pada subyek yang melakukannya.
Dampak Fathering ke Pasangan
Berikut adalah beberapa dampak dari fathering ke pasangan dalam hubungan asmara yang penting untuk diperhatikan
Memicu Hubungan yang Nggak Sehat
Fathering ke pasangan tanpa disadari dapat menyebabkan hubungan yang nggak baik. Sikap ini bisa membuat salah satu pasangan merasa tidak bahagia, merasa tidak adil, dan bahkan merasa direndahkan dalam hubungan. Hal ini dapat menghasilkan dinamika yang tidak sehat dan memicu konflik yang terus-menerus.
Merusak Kualitas Hubungan
Fathering ke pasangan yang berlebihan juga bisa merusak kualitas hubungan asmara. Pasangan yang terus-menerus merasa dikendalikan atau dibatasi oleh pasangan yang berperan sebagai ‘ayah’ dapat merasa terkekang dan tidak merasa bebas. Akibatnya, hal ini bisa menyebabkan ketidakharmonisan dan ketegangan dalam hubungan.
Pasangan Terlalu Bergantung
Selain itu, fathering yang berlebihan juga dapat menyebabkan pasangan merasa terlalu bergantung pada satu sama lain. Hal ini mengarah pada terciptanya ketergantungan emosional yang tidak sehat dalam hubungan.
Pasangan Terlihat seperti Anak-Anak
Fathering ke pasangan bisa membuat pasanganmu terlihat seperti anak-anak, karena sikap ini menciptakan dinamika di mana satu pasangan mengambil peran otoritatif yang menuntut dan mengarahkan pasangan lainnya. Hal ini mencerminkan kurangnya kepercayaan pada kemampuan pasangan untuk membuat keputusan sendiri. Meskipun pada awalnya pasangan mungkin menginginkan perlakuan ini, namun dalam jangka panjang, mereka akan merasa terkekang dan kurang dihargai.
Menurunkan Kepercayaan Diri Pasangan
Dampak terakhir dari fatering ke pasangan adalah ia akan merasa kehilangan kepercayaan diri dalam mengelola hidup mereka sendiri karena terus-menerus diarahkan dan dikontrol. Hal ini membuat mereka merasa tidak memiliki ruang untuk tumbuh dan mengambil tanggung jawab atas keputusan mereka sendiri.
Dalam hubungan yang terjebak dalam dinamika kekuasaan seperti ini, kedalaman kasih sayang seringkali terganggu, karena hubungan yang sehat memerlukan kesetaraan dalam pembagian kekuasaan dan tanggung jawab. Oleh karena itu, penting untuk membangun hubungan yang didasarkan pada saling menghormati dan kesetaraan.
Sah-sah aja kok kalau kamu memiliki peraturan yang ada di hubunganmu. Tetapi saat kamu menerapkan fathering ke pasangan yang terlalu berlebihan, tentu akan membuat hubunganmu sedikit ada masalah seperti di atas. Ingat, ya, jangan terlalu berlebihan ke pasanganmu karena ia juga memiliki haknya sendiri, loh!