Kali ini, mari mengulas film Into Thin Air: Death On Everest (1997).
Sebagaimana film Everest, film ini mengisahkan tragedi pendakian yang sama, yakni bencana Everest tahun 1996. Namun, kali ini dari kacamata John Kraukauer lewat memoirnya, Into Thin Air.
Penasaran dengan film ini? Simak terus artikel singkat ini ya!
Overview
- Tahun rilis : 1997
- Genre : Adventure, Disaster
- Sutradara : Robert Markowitz
- Penulis naskah : Robert J. Avrech
- Rumah produksi : Sofronski Productions, Columbia Tristar, Television Stillking Films
- Durasi : 1 jam 30 menit
Pemeran
Aktor/Aktris | Karakter |
Christopher MacDonald | John Krakauer |
Nathaniel Parker | Rob Hall |
Peter Horton | Scott Fischer |
Richard Jenkins | Beck Weathers |
Tim Dutton | Andy Harris |
Jeff Perry | Doug Hansen |
Akemi Otani | Yasuko Namba |
Peter J. Lucas | Anatoli Boukreev |
Baca Juga: 10 Rekomendasi Film Pendakian Gunung Ekstrim
Sinopsis Film Into Thin Air: Death On Everest (1997)
Jika kamu belum menonton film Into Thin Air: Death On Everest, maka kamu harus hati-hati ya, sebab artikel ini mengandung spoiler.
Oke, sekarang kita akan langsung saja membahas sinopsis singkatnya. Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, film ini mengisahkan tragedi terburuk dalam sejarah pendakian Everest.
Peristiwa yang terjadi pada tahun 1996 itu nyatanya sudah diabadikan dalam banyak karya, mulai dari buku, cerpen, hingga film. Nah, film Into Thin Air: Death On Everest adalah salah satunya.
Film yang satu ini merupakan film televisi yang tayang di ABC pada November 1997. Ya, film ini memang tayang satu tahun setelah peristiwa naas itu terjadi. Karena itu, film ini banyak menyajikan detail seputar tragedi mengerikan.
Diceritakan secara kronologis, film ini menyajikan rentetan peristiwa pada jam-jam peristiwa itu terjadi.
Jika kamu nonton film Into Thin Air: Death On Everest (1997), maka kamu akan melihat diskusi antara Rob Hall dengan Scott Fischer dengan klien mereka untuk perjalanan ke puncak, yang pastinya akan sangat berat.
Hal ini kemudian dilanjutkan dengan aneka scene yang dibuat berdasarkan sudut pandang John Krakauer. Sebab, film ini sendiri memang digubah berdasarkan tulisan penulis yang turut serta dalam pendakian naas itu.
Meski begitu, film ini mengundang berbagai pertanyaan tentang keaslian ceritanya.
Review
Film Into Thin Air: Death On Everest (1997) dibuat ketika ingatan orang-orang masih hangat akan peristiwa mengerikan itu. Sebab, bagaimana pun kejadian Bencana Everest 1996 pasti disiarkan di berbagai media pada masa itu.
Hal ini tentu menawarkan banyak hal pada sineas pembuat filmnya. Bukan hanya keuntungan karena peristiwa tersebut masih menjadi hype di kalangan masyarakat, namun, juga beban. Sebab, orang yang menonton film ini tentu akan mempertanyakan apakah film ini sesuai dengan tragedi sebenarnya.
Sayangnya, film ini kemudian membuat kesalahan yang cukup fatal. Kesalahan itu terletak pada pembangunan setting tempat yang terasa kurang meyakinkan. Hal ini membuat penonton jadi kurang bisa merasakan apa yang para tim pendaki rasakan ketika tragedi itu terjadi.
Tapi di satu sisi, film ini juga berhasil membawa cast yang benar-benar mirip dengan tokoh aslinya. Kemiripan ini jadi penting bagi film yang berangkat dari kisah nyata semacam ini.
Selain itu, karena berangkat hanya dari satu versi cerita, membuat beberapa detail dalam film ini jadi kurang sesuai. Sebab, Krakauer sendiri pastinya punya keterbatasan dalam merangkum segala hal yang terjadi pada hari itu. Ia sendiri tak naik untuk melakukan penyelamatan, karena ia tahu ia tak bisa melakukannya.
Berbeda dengan film Everest. Film Everest berhasil memotret sudut pandang dari berbagai versi dan lantas merekonstruksinya menjadi sebuah keutuhan cerita yang cukup otentik.
Hal ini tentu sangat disayangkan pada film Into Thin Air. Sebab, sebelum film ini dibuat, telah banyak versi yang mengeluarkan bantahan dan juga pembenahan atas versi yang ditulis oleh Krakauer. Versi-versi itu di antaranya ditulis oleh Boukreev dan juga Lopsang.
Boukreev sendiri melakukan penyelamatan di tengah badai saat tragedi itu terjadi. Ia berhasil menyelamatkan dua orang malam itu.
Namun meski begitu, film ini masih layak dan patut untuk ditonton.