Film Kedi (2016), Kehangatan Relasi Manusia dengan Kucing

Film Kedi (2016), Kehangatan Relasi Manusia dengan Kucing

Film Kedi (2016)

DAFTAR ISI

Bagi penggemar kucing, nonton film Kedi saya rasa akan jadi tawaran yang benar-benar menarik. Film diproduksi di Turki, dan mengangkat kisah yang lekat dengan negara tempat dinasti Ottoman berdiri itu, yaitu kucing!

Kucing di istanbul punya sejarah dan kehidupan yang unik. Mereka hidup berkeliaran di mana-mana dan jadi salah satu hal atraktif di kota bersejarah itu.

Penasaran dengan film ini? Yuk baca sampai habis!

Overview

nonton film kedi
  • Tahun rilis : 2016
  • Genre : Dokumenter
  • Sutradara : Ceyda Torun
  • Rumah produksi : Termite Films
  • Durasi : 1 jam 20 menit

Pemeran

  • Bulent Urtun berperan sebagai dirinya sendiri

Sinopsis Film Kedi (2016)

Jika kamu belum nonton film Kedi, membaca sinopsis ini mungkin akan jadi pilihan tepat. Sebab, kamu akan banyak menemukan sisi menarik dari film yang satu ini.

Film Kedi menceritakan mengenai ribuan kucing yang telah ratusan tahun hidup dan menjelajah di Kota Istanbul, berdampingan dengan manusia.

Keberadaan kucing-kucing di Istanbul sendiri telah membawa sukacita tersendiri bagi setiap warga kotanya. Kucing-kucing itu memberi ruang bagi setiap orang untuk merefleksikan hidup, karena itu dikatakan bahwa di Istanbul, kucing adalah cermin untuk diri kita sendiri.

Kucing memang menjadi tokoh utama dalam film ini. Karena itu, menonton film ini jadi terasa menyenangkan. Sebab, kucing-kucing yang jadi pemeran di film ini punya karakter beragam dan juga ekspresi yang menggemaskan.

Sehingga, kita akan terbius oleh keimutan hewan berbulu yang ditampilkan dalam film Kedi.

Review Film

nonton film kedi

Nonton film Kedi membuat saya merasakan banyak hal. Namun, jika boleh dirangkum dalam satu kata, saya rasa ‘hangat’ adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya.

Hal ini karena film ini berhasil membawakan gambaran mengenai relasi manusia dan para kucing di Istanbul yang begitu menyentuh dan emosional.

Mendengarkan wawancara orang-orang Istanbul yang begitu mencintai kucing-kucing mereka membuat hati saya terasa nyaman. Rasa cinta itu mereka tunjukkan dengan secara kolektif merawat kucing yang hidup di kota mereka, dengan penuh rasa sayang dan cinta tentunya.

Orang-orang yang diwawancara juga bukan akademisi atau bahkan sejarawan. Mereka adalah warga biasa, dan hal justru menunjukkan kekuatan besar dari film ini.

Sebab hal itu menggambarkan ketulusan dan rasa kasih sayang seluruh warga kota terhadap para kucing. Wawancara itu bahkan dilakukan dengan mendalam, hingga kita bisa mendengar akan bagaimana kucing-kucing itu telah merubah hidup mereka.

Selain itu, juga ada banyak scene menarik perihal kucing. Ada seekor kucing yang berdiam di restoran dekat air, untuk merawat tikus. Kucing itu suka keluar masuk saluran pipa pembuangan kala malam. Ada juga kucing-kucing yang mencoba menjaga jantannya dari gangguan kucing betina lain.

Orang Istanbul yang diwawancara begitu paham apa yang disukai kucingnya. Bagaimana membelai kucing dengan tepat, dan hal-hal yang membuat kucing-kucing itu senang.

Misalnya, ada seekor kucing yang suka dibelai, hanya jika belaian itu kasar. Ia akan jadi gila jika dibelai dengan lembut. Pemilik toko tekstil tempat kucing itu suka nongkrong mengatakan rasa senang kucing itu dengan, “Dia sangat senang sampai hampir pingsan.”

Film ini menurut saya adalah gambaran yang luar biasa akan suatu kelompok masyarakat yang mencintai dan merawat satu hal yang sama: kucing.

Istanbul dan Kucing

nonton film kedi

Tidak benar-benar jelas, darimana dan bagaimana kucing-kucing itu bisa hidup dan berbagi rasa cinta dengan warga Istanbul.

Apalagi, kucing-kucing di Istanbul itu bukanlah kucing liar bergaya preman yang umum kita temui di Indonesia. Kucing itu bahkan bisa dibilang adalah kucing-kucing ‘bagus’ yang umumnya jadi pujaan di negara kita.

Dari sisi sejarah, asal muasal kucing-kucing tersebut umumnya tak terlepas dari keberadaan Konstantinopel yang menjadi bandar pelabuhan maju pada jamannya. Para pelaut umumnya membawa kucing untuk menjaga perbekalan mereka dari hewan pengerat macam tikus.

Kucing-kucing itu lantas tinggal dan hidup berdampingan dengan orang-orang Konstantinopel, hingga kota itu berubah menjadi seperti sekarang.

Namun, meski kucing-kucing itu sangat lucu, pengendalian populasi tetap dilakukan. Untunglah, program steril kucing berjalan cukup baik di Istanbul. Program ini disebut dengan trap, neuter, release alias tangkap, steril, lepas.

Hal ini bisa dilihatnya dari banyaknya kucing yang memakai tanda di telinganya. Tanda itu menjadi petunjuk yang menunjukkan bahwa kucing itu sudah disteril dan artinya tak bakal bisa beranak banyak-banyak.

Itulah catatan singkat saya usai nonton film Kedi. Semoga kalian suka ya!

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel