Sediksi.com – Rasisme merupakan salah satu isu sosial yang masih terus terjadi hingga saat ini. Tema ini cukup sering dijumpai dalam dunia perfilman. Film tentang rasisme umumnya menjadi media untuk melakukan kritik serta meningkatkan kesadaran terkait permasalahan sosial ini.
Dalam membawa pesannya, film tentang rasisme tidak jarang menampilkan pengalaman komunitas yang mengalami diskriminasi ras, bagaimana stereotip terkait ras tertentu beredar dalam masyarakat, serta hal-hal lain yang mampu memancing diskusi terkait ketidaksetaraan yang dihasilkan oleh rasisme.
Tulisan ini akan memberikan beberapa rekomendasi film tentang rasisme yang sekiranya dapat membuka pandangan serta meningkatkan pemahaman kita terkait isu diskriminasi berdasarkan ras dalam masyarakat. Jadi, simak ulasannya berikut ini.
5 Film tentang Rasisme
Get Out (2017)
Seorang fotografer kulit hitam, Chris Washington (diperankan oleh Daniel Kaluuya), pergi mengunjungi keluarga pacarnya yang berkulit putih, Rose Armitage (diperankan oleh Allison Williams).
Dari perkenalannya dengan keluarga Armitage, Chris mulai menemukan berbagai keanehan yang akhirnya menuntunnya pada rahasia yang dimiliki keluarga tersebut.
Film tentang rasisme kulit hitam yang disutradarai oleh Jordan Peele ini sendiri mengangkat tema rasisme dalam bentuk yang cukup mengerikan.
Film bergenre psikologi-horror ini memperlihatkan bagaimana beberapa orang kulit hitam yang dijadikan target penculikan untuk direbut tubuhnya dan dikurung kesadarannya.
12 Years a Slave (2013)
Film besutan sutradara Steve McQueen ini diangkat dari sebuah memoir berjudul sama oleh Solomon Northup, seorang pria Afrika-Amerika yang diculik di Wahington DC.
Film tentang rasisme di Amerika berlatar pertengahan abad 19 ini dimulai dari kisah Solomon Northup (diperankan oleh Chiwetel Ejiofor), seorang musisi dan orang bebas (free man) yang hidup bersama keluarganya di New York.
Suatu hari, Solomon ditawari pekerjaan sebagai musisi di Washington DC oleh 2 orang pria. Namun, ia malah dibius dan dijual sebagai budak, lalu dibawa ke New Orleans. Identitas Solomon juga diganti, yaitu sebagai seorang budak bernama Platt yang kabur dari Georgia.
Dari sini, kisah pilu Solomon yang direnggut kemerdekaannya selama 12 tahun berlanjut. Selama dijual kepada seorang pemilik perkebunan, William Ford (diperankan oleh Benedict Cumberbatch), serta seorang pemilik budak di perkebunan kapas, Edwin Epps (diperankan oleh Michael Fassbender), Solomon mengalami begitu banyak perlakuan diskriminasi serta kekerasan.
Film ini juga menggambarkan brutalitas kondisi perbudakan di Amerika saat itu, di mana manusia diperlakukan dengan sangat beringas, salah satunya dapat dilihat dari perlakuan yang dialami budak teman Solomon, Patsey (diperankan oleh Lupita Nyong’o).
Baca Juga: 7 Rekomendasi Serial dan Film tentang Kartel Narkoba, Jakarta vs Everybody Salah Satunya!
42 (2013)
Film drama biografi ini menceritakan kisah Jackie Robinson, atlit kulit hitam pertama yang bermain di kompetisi tertinggi baseball Amerika, Major League Baseball (MLB).
Film tentang rasisme kulit hitam ini dimulai dari keinginan pemilik Brooklyn Dodgers, Branch Rickey (diperankan oleh Harrison Ford), untuk merekrut pemain kulit hitam ke dalam timnya. Setelah berdiskusi dengan jurnalis olahraga, Wendell Smith (diperankan oleh Andre Holland), nama Jackie Robinson kemudian dipilih.
Dari sini cerita berlanjut pada perjuangan Robinson (diperankan oleh alm. Chadwick Boseman), dalam menggapai impiannya bermain di MLB di tengah-tengah prasangka serta diskriminasi rasial yang dialaminya, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Judul 42 dalam film garapan Brian Helgeland ini sendiri diambil dari nomor punggung yang digunakan Robinson selama aktif bermain. Nomor 42 sendiri saat ini telah dipensiunkan di seluruh kompetisi MLB.
Namun, nomor ini dapat digunakan oleh seluruh pemain dan staff setiap tanggal 15 April, untuk memperingati debut Robinson di MLB pada 15 April 1947 (Jackie Robinson Day).
Rabbit-Proof Fence (2002)
Film tentang rasisme di Australia ini diangkat dari buku berjudul Follow Rabbit-Proof Fence oleh Doris Pilkington Garimara.
Film berlatar tahun 1931 ini menceritakan perjalanan pulang 3 gadis Aborigin, yaitu Molly Craig (diperankan oleh Everlyn Sampi), Daisy Kadibil (diperankan oleh Tianna Sansbury), dan Gracie Fields (diperankan oleh Laura Monaghan), yang sebelumnya diambil paksa oleh pemerintah Australia.
Pengambilan paksa mereka berkaitan dengan program asimilasi terhadap orang-orang Aborigin campuran (half-castes) ke dalam masyarakat kulit putih. Orang-orang ini di tempatkan di sebuah pemukiman khusus yang dijalankan oleh pemerintah.
Pada suatu hari, Molly, Daisy, dan Gracie kabur dari pemukiman dan melakukan perjalanan kembali ke rumah asal mereka. Ketiga gadis ini menyusuri pagar penghalau hewan-hewan pengerat sepanjang 2.400 km selama 9 minggu.
Dalam perjalanannya, mereka dikejar oleh aparat dari pemerintah serta pemburu orang-orang Aborigin.
Kebijakan pemisahan paksa anak-anak Aborigin berdarah campuran dari ibunya ini diperkirakan dilakukan dari tahun 1905 sampai 1970 oleh pemerintah Australia, yang didasarkan pada asumsi bahwa suku Aborigin sudah hampir punah.
Para korban pemisahan tersebut kemudian umum disebut sebagai “generasi yang dicuri” (Stolen Generations).
Moonlight (2016)
Film tentang rasisme di Amerika ini mengangkat kehidupan pria keturunan Afrika-Amerika bernama Chiron (diperankan oleh Trevante Rhodes). Kehidupannya diceritakan ke dalam 3 babak, yaitu masa kecil (Little), masa remaja (Chiron), dan masa dewasa (Black).
Chiron kecil atau “Little” (diperankan oleh Alex Hibbert) dikisahkan sebagai anak yang sering dibully di sekolah dan sering menghabiskan waktu dengan Juan (diperankan oleh Mahershala Ali), seorang pengedar narkoba serta father figure bagi Chiron.
Hubungan Chiron dengan ibunya, Paula (diperankan oleh Naomie Harris), sangat retak, sehingga ia lebih sering menghabiskan waktu bersama Juan dan pacarnya, Teresa (diperankan oleh Janelle Monae), yang memberi banyak petuah hidup kepada Chiron.
Chiron memiliki teman akrab di sekolah bernama Kevin (diperankan oleh Jaden Piner).
Memasuki masa remaja, hubungan Chiro (diperankan oleh Ashton Sanders) dan Kevin (diperankan oleh Jharrel Jerome) masih dekat, dan pada momen-momen tertentu sudah lebih dari sekedar teman. Hubungannya dengan ibunya tidak berubah, dan hubungannya dengan Teresa, selepas kematian Juan, juga masih sama.
Memasuki usia dewasa, Chiron atau “Black” sudah pindah kota dan menjadi pengedar. Hubungannya dengan ibunya sudah mulai membaik dan, meskipun berpisah lama, ia dan Kevin masih merindukan satu sama lain.
Film besutan sutradara Barry Jenkins ini banyak dipuji berkat story telling yang kuat, akting para pemerannya, serta eksplorasi tema-tema seperti identitas, ras, dan seksualitas.
Demikian ulasan 5 film tentang rasisme yang dapat menjadi rekomendasi bagi anda yang tertarik dengan permasalahan ras serta sedang ingin lebih memahami isu ini.
Selain film-film di atas, ada banyak film lain yang menjadikan isu rasial sebagai tema ceritanya, entah film tentang rasisme kulit hitam, film tentang rasisme di Amerika, atau film tentang rasisme yang dialami ras-ras lain yang dipinggirkan dalam tatanan masyarakat hari ini.