Gabriel Attal: PM Prancis Termuda, Pertama yang Gay, dan Islamofobia

Gabriel Attal: PM Prancis Termuda, Pertama yang Gay, dan Islamofobia

PM Prancis termuda

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Gabriel Attal ditunjuk sebagai Perdana Menteri (PM) Prancis oleh Presiden Emmanuel Macron di usianya yang ke-34 tahun pada Selasa, 9 Januari 2024.

Sepanjang jabatannya sejak tahun 2017, Macron sendiri sudah mengganti PM Prancis sebanyak tiga kali. 

Penunjukan Attal ini bukan hanya menjadi kali keempat Macron mengganti PM Prancis selama masa kepemimpinannya, tapi juga seketika menjadikan Attal sebagai PM Prancis termuda.

Dia menggantikan posisi Élisabeth Borne yang mengundurkan diri setelah menjabat sebagai PM Prancis selama 20 bulan. 

Terkait alasan mengundurkan diri, Borne mengatakan selama menjabat, dirinya merasa kurang mendapatkan suara mayoritas di parlemen atau bisa dibilang performanya sebagai PM Prancis tidak memuaskan. 

Sebelumnya menetapkan kebijakan pelarangan terhadap penggunaan abaya di sekolah negeri

Gabriel Attal: PM Prancis Termuda, Pertama yang Gay, dan Islamofobia - 66643919 1004

Sebelum ditunjuk menjadi PM Prancis, Gabriel Attal menjabat sebagai Menteri Pendidikan Prancis sejak 20 Juli 2023 hingga 9 Januari 2024. 

Posisinya tersebut kemudian digantikan oleh Amélie Oudéa-Castéra, seorang pengusaha, mantan pemain tenis profesional, yang pernah menjabat sebagai Menteri Olahraga dan Olimpiade & Paralimpiade di era Élisabeth Borne sejak Mei 2022.

Ketika Attal masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan Prancis, salah satu kebijakannya yang kontroversial adalah melarang penggunaan abaya di sekolah negeri.

Pemerintah Perancis mengklaim bahwa penggunaan abaya oleh remaja putri Muslim di sekolah melemahkan kepatuhan terhadap sekularisme dalam pendidikan, nilai yang diyakini oleh pemerintah Prancis.

Sementara itu, kritik terhadap kebijakan ini datang dari berbagai pihak. Penganut agama Islam di Prancis menilai kebijakan ini mengancam kebebasan beragama mereka. 

Tokoh politik non-Muslim yang mengkritik kebijakan ini juga menganggap keputusan ini mengaburkan garis antara tuntutan konstitusional sekularisme dan kebebasan berekspresi serta beragama.

Kemudian kritik tokoh feminis terhadap kebijakan ini adalah menganggapnya sebagai contoh upaya policing atau mengatur bagaimana seharusnya perempuan seharusnya berpakaian di pemerintahan yang sebenarnya didominasi oleh laki-laki.

Kritik atas kebijakan Attal ini sepakat mengatakan pemerintah punya kecenderungan Islamofobia. 

Selain soal abaya, Attal juga mengkampanyekan perlawanan terhadap perundungan. Dia sendiri mengaku sebagai salah satu korban. Salah satu tindakan yang diambil adalah mengambil alih lembaga pendidikan dengan proposalnya untuk bereksperimen dengan seragam sekolah.

PM Prancis pertama yang gay

Gabriel Attal: PM Prancis Termuda, Pertama yang Gay, dan Islamofobia - image 43
Gabriel Attal dan Stéphane Séjourné

Gabriel Attal juga secara terbuka mengaku dirinya gay. Dengan begitu, dia menjadi PM Prancis pertama yang gay sekaligus politisi terkemuka yang mendukung LGBTQ.

Dia sudah memiliki seorang pasangan bernama Stéphane Séjourné, pengacara dan politisi berusia 38 tahun yang bertugas di Parlemen Eropa dan merupakan Sekretaris Jenderal partai Renaissance, partai Attal dan Macron.

Keduanya sudah bersama-sama sejak tahun 2015. 

Dengan ditunjuknya Attal sebagai PM Prancis, maka dia akan menghuni Hôtel Matignon, tempat kediaman resmi PM Prancis. 

Yang berarti keduanya, Attal dan Séjourné  akan pindah ke hunian khusus PM Prancis tersebut dan menjadikan mereka, pasangan gay pertama yang tinggal di hunian tersebut. 

Janji-janji Gabriel Attal

Setelah Gabriel Attal secara resmi diumumkan sebagai PM Prancis termasuk di media sosial resmi mereka, Emmanuel Macron juga menyampaikan ucapan selamat untuk Attal di platform X (sebelumnya Twitter).

“Saya tahu saya bisa mengandalkan semangat dan komitmen Anda,” tulis Macron dalam cuitan tersebut (9/1).

Kemudian dalam unggah yang terpisah, Attal berterima kasih kepada Macron karena sudah mempercayakan dirinya dan bersumpah untuk “menjaga kendali atas nasib kita” dan “memaksimalkan potensi Prancis.”

Sebagai PM Prancis yang baru, Attal berjanji akan fokus mengembangkan beberapa sektor. Di antara yang disebutkan meliputi pendidikan, inflasi, liberalisasi ekonomi Prancis, dan perkembangan pemuda.

Sektor-sektor tersebut akan menjadi prioritas negara dan hal ini disampaikan Attal dalam pidato setelah pencalonannya. 

Khusus untuk sektor pendidikan, dia menegaskan dengan mengatakan bahwa pendidikan adalah “ibu dari perjuangan kita, yang harus menjadi inti dari prioritas kita.”

“Sebagai perdana menteri, saya akan mendedikasikan semua upaya yang diperlukan untuk keberhasilannya. Ini akan menjadi salah satu prioritas mutlak saya sebagai kepala pemerintahan,” tambahnya.

Naik daun sejak pandemi

Kepopuleran Gabriel Attal di antara warga Prancis naik ketika dirinya ditunjuk pemerintah sebagai juru bicara selama pandemi.

Karier politiknya kemudian berkembang pesat untuk ukuran laki-laki seusianya yang berarti sangat muda. 

Pada masa jabatan periode kedua Emmanuel Macron, Attal ditunjuk untuk memimpin Kementerian Pekerjaan Umum dan Urusan Publik sebelum menjadi Menteri Pendidikan.

Kendati sangat populer di Prancis dan punya riwayat capaian pribadi yang mengagumkan, beberapa komentar yang dilayangkan padanya punya nada yang sama.

Bahwa yang dibutuhkan warga Prancis bukan PM baru, tapi tujuan baru di era kepresidenan Macron. 

Beberapa komentar bahkan juga menyebutkan bahwa Attal punya kemungkinan akan menghadapi masalah yang sama seperti yang dialami oleh pendahulunya, Élisabeth Borne.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel