Sediksi.com – Banjir besar yang menimpa Libya bagian timur sejak 11 September lalu telah menyebabkan tewasnya 11.300 orang. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan setidaknya 9.000 orang masih dinyatakan hilang.
Bencana ini menyebabkan situasi di Libya menjadi tidak stabil dan terus memburuk. Sehingga berbagai upaya bantuan kemanusiaan untuk Libya terus digerakkan oleh komunitas internasional.
Bantuan kemanusiaan akan dikirimkan 27 September 2023
“Koordinasi penanganan ini akan dilakukan oleh Kepala BNPB, pengiriman bantuan diperkirakan dilaksanakan 27 September 2023,” kata Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) sebelum mengakhiri rapat (22/9).
Dalam rapat koordinasi tingkat menteri rencana bantuan kemanusiaan pemerintah Indonesia ke Libya yang diselenggarakan di Kantor Kemenko PMK ini, juga menghadirkan Letjen TNI Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) yang bertugas mengoordinasikan penanganan ini.
Indonesia memutuskan untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Libya karena hubungan diplomatik keduanya yang dekat dan telah dibangun sejak 1991.
“Sesuai dengan permintaan dari pemerintah Libya, Indonesia akan memberikan bantuan,” ucap Muhadjir menyebutkan salah satu alasan Indonesia perlu mengirim bantuan kemanusiaan ke Libya.
Bantuan kemanusiaan yang akan dikirim pemerintah Indonesia berupa bantuan logistik dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Untuk lebih detailnya, Indonesia masih menunggu kabar dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tripoli. Agar bantuan yang dikirimkan nanti benar-benar sesuai dengan kebutuhan Libya.
Sejauh ini, bantuan yang sudah disiapkan Indonesia seberat 45 ton dengan 16 jenis barang. Angka ini masih belum termasuk bantuan yang dikumpulkan oleh lembaga lain.
Suharyanto kemudian menyebutkan barang-barang apa saja yang sudah disiapkan, seperti:
- Tenda
- Selimut
- Matras
- Velbed
- Pakaian anak
- Pakaian dewasa
- Pakaian lansia
- Pakaian wanita
- Alat pembersih
- Makanan siap saji
- Genset
- Kantong mayat
- Kain kafan
“Indonesia sudah punya pengalaman memberikan bantuan kemanusiaan ke Pakistan, Turkiye, dan Suriah. Tim SAR (Search and Rescue) dan EMT (Emergency Medical Team) sudah ada dan sudah pernah bertugas keluar negeri,” tutup Suharyanto.
Kemlu pastikan tidak ada WNI jadi korban banjir Libya
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) sudah mengonfirmasi pada 14 September bahwa tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam bencana banjir di Libya, sekaligus gempa di Maroko.
Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu mengatakan bahwa mayoritas WNI tinggal di Libya bagian barat dan jauh dari lokasi bencana (14/9).
“Tercatat yang ada di Benghazi ada 10 orang dan kami sudah kontak kondisinya aman,” lanjutnya dalam keterangan tertulis.
Benghazi sendiri merupakan salah satu kota di Libya timur yang terdampak bencana banjir.
Meski begitu, KBRI Tripoli tetap menegaskan imbauan agar melaporkan WNI di Libya yang hilang kontak dan bisa menghubungi +218944815604.
Komunitas internasional turut berikan bantuan kemanusiaan untuk Libya
Melihat besarnya skala kerusakan bencana banjir yang menimpa Libya, Libya tentunya sangat membutuhkan bantuan dari komunitas internasional saat ini.
Palestina melalui Palestinian International Cooperation Agency (PICA) telah menyelesaikan misi penyelamatan di Derna selama seminggu, salah satu kota yang paling terdampak dalam bencana banjir ini hari Kamis (21/9).
Hingga 21 September, Turkiye setidaknya sudah dua kali mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk korban banjir Libya.
Setelah selesai mengirim perlengkapan dan bantuan kemanusiaan untuk Libra, pemerintah Turkiye melanjutkan bantuan dengan mengirimkan bantuan yang ditujukan untuk membantu proses operasi pencarian dan penyelamatan korban-korban.
Uni Eropa (UE) juga telah mengirimkan bantuan untuk para korban di Libya. UE mengirimkan 53 tim medis dari Prancis, tenda, alat berat seperti truk pengangkut reruntuhan, satu tim penyelam khusus beserta perlengkapannya, dua kendaraan pengangkut, dan dua helikopter SAR dari Italia.
Beberapa negara Eropa lainnya juga sudah mengirimkan bantuan atas nama negara mereka sendiri. Di antaranya Jerman, Rumania, Finlandia, dan Belanda yang sudah terlebih dahulu mengirimkan bantuan untuk Libya.
Lancarnya bantuan kemanusiaan ini didorong oleh pemerintah Libya yang secara terbuka meminta bantuan kepada komunitas internasional dan diteruskan oleh perwakilan-perwakilan negaranya yang bekerja untuk organisasi internasional seperti International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) dan PBB.