Sediksi.com – Kelompok Hamas melancarkan serangan roket yang memicu eskalasi konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu di tempat berlangsungnya festival musik di Israel.
Serangan tersebut menyebabkan ratusan orang yang berada di Israel, termasuk yang menghadiri festival musik dalam rangka merayakan hari sukkot, hari raya bagi umat Yahudi ini tewas dan luka-luka.
Kelompok Hamas juga menyandera beberapa orang sejak serangan tersebut hingga sekarang (12/10). Tidak hanya orang Israel, tapi juga orang dari negara lain yang menghadiri acara tersebut.
Kelompok Hamas menyandera lebih dari 150 orang
Melansir dari BBC, pihak Israel mengatakan bahwa lebih dari 150 orang disandera oleh kelompok Hamas sejak serangan roket kejutan yang terjadi pada 7 Oktober lalu.
Pihak kelompok Hamas mengatakan bahwa para sandera ini sudah disembunyikan di “lorong-lorong dan tempat-tempat yang aman” di sekitar Gaza.
Mereka mengancam akan membunuh orang-orang yang disandera ini jika Israel menjatuhkan bom di pemukiman warga tanpa memberikan peringatan.
Kebanyakan orang yang disandera oleh kelompok Hamas ini adalah masyarakat sipil dengan rentang usia antara 12 hingga 85 tahun.
Bahkan beberapa di antaranya bukan orang Israel, tapi kemungkinan adalah umat Yahudi yang menghadiri acara festival musik tersebut.
Adapun daftar warga asing yang disandera oleh kelompok Hamas ini adalah Inggris, Tiongkok, Jerman, Thailand, dan Meksiko.
Kendati kelompok Hamas sudah mengancam akan membunuh para sandera jika Israel mengebom pemukiman Gaza, Israel merespon dengan menyabotase aliran listrik, air, dan bahan bakar untuk Gaza sampai para sandera tersebut dibebaskan.
Sumber listrik Gaza kini hanya bergantung pada generator
Pada hari Rabu, satu-satunya sumber listrik Gaza kehabisan bahan bakar. Sehingga untuk keperluan listrik, mereka hanya bisa bergantung pada generator.
Sayangnya, sumber energi ini terbatas dan sangat mungkin untuk habis dalam waktu singkat. Mengingat di waktu yang bersamaan, mereka membutuhkan banyak listrik untuk memenuhi segala kebutuhan.
Dari kebutuhan sehari-hari, sampai dengan kebutuhan darurat seiring eskalasi konflik Israel-Palestina dan meningkatnya serangan Israel terhadap Gaza.
Berdasarkan laporan BBC, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sudah mulai mengingatkan bahwa generator listrik rumah sakit bisa jadi habis hari ini akibat menipisnya bahan bakar (12/10).
“Menurut pemahaman kami, bahan bakar untuk generator masih ada, tapi mungkin hanya bisa bertahan sampai beberapa jam ke depan saja,” ucap Fabrizio Carboni, Direktur ICRC untuk Timur Tengah dan sekitarnya kepada reporter hari Kamis.
Pihak Israel sendiri sudah menghentikan aliran listrik dan jalur evakuasi Gaza sejak Sabtu (7/10).
Sedangkan satu-satunya pembangkit listrik yang ada sudah berhenti karena kekurangan bahan bakar.
Sabotase Israel mempersulit proses evakuasi warga di Gaza yang menjadi korban
Israel Katz, Menteri Energi Israel, adalah orang di balik sabotase terhadap sumber energi Palestina.
Melalui cuitannya di platform X (sebelumnya Twitter), ia mengatakan telah mematikan listrik, air, dan semua akses yang diperlukan untuk mengevakuasi korban di Gaza.
“Bantuan kemanusiaan untuk Gaza? Aliran listrik tidak akan dinyalakan, hidran air juga tidak akan dinyalakan, dan tidak boleh ada truk bahan bakar yang masuk sampai korban sandera dari Israel sudah dipulangkan,” tulisnya (12/10).
Dalam postingan yang sama, ia mengatakan “kemanusiaan untuk kemanusiaan”.
“Dan tidak seorang pun seharusnya menceramahi kita soal moral.”
Akibat dari tindakan ini, mempersulit proses evakuasi dan pengiriman bantuan untuk orang yang berada di Gaza.
Tidak terkecuali Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Gaza dan telah mengaku kesulitan dalam mengevakuasi diri dan keluarganya. Tetapi juga mengalami kesulitan dalam menerima bantuan dari luar.
Karena selain listrik, air, dan bahan, Israel juga memblokir jalur dan merusak infrastruktur penting yang menyebabkan banyak pihak kesulitan dalam mengakses bantuan baik keluar maupun masuk, termasuk bantuan kemanusiaan dari luar.
Konflik Israel-Palestina ini sampai dengan hari Kamis, telah menyebabkan banyak korban jiwa (12/10).
Total korban tewas atas konflik ini sudah mencapai 1.200 dimana 1.055 di antaranya disampaikan oleh Kementerian Kesehatan adalah warga Palestina.