Penjelasan Kenapa Kesedihan Bertahan Lebih Lama Ketimbang Kebahagiaan?

Penjelasan Kenapa Kesedihan Bertahan Lebih Lama Ketimbang Kebahagiaan?

Kenapa Kesedihan Bertahan Lebih Lama Ketimbang Kebahagiaan

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Kita semua pernah merasakan kesedihan dan kebahagiaan dalam hidup kita. Tapi sadar gak kenapa kesedihan bertahan lebih lama ketimbang kebahagiaan.

Mengapa kita lebih mudah teringat akan hal-hal yang menyakitkan daripada hal-hal yang menyenangkan? Apakah ada alasan ilmiah di balik fenomena ini?

Mari simak ulasan berikut ini tentang kenapa kesedihan bertahan lebih lama ketimbang kebahagiaan, ada penjelasan ilmiahnya lhoo…

Kenapa Kesedihan Bertahan Lebih Lama Ketimbang Kebahagiaan

Penjelasan Kenapa Kesedihan Bertahan Lebih Lama Ketimbang Kebahagiaan? - Kesedihan
Image from Jagoanpaper

Salah satu jawaban yang mungkin adalah bahwa kesedihan lebih kuat mengaktifkan otak kita daripada kebahagiaan.

Pastinya kita semua pernah berada di titik tertentu dalam hidup kita yang sangat membekas dalam ingatan, biasanya ini adalah kenangan pahit, rasa sedih yang berlarut-laut, seperti perpisahan, kematian seseorang yang disayang dan lainnya.

Hal ini ada penjelasan ilmiahnya, para peneliti yang dipimpin oleh Philippe Verduyn menerbitkan hasil penelitiannya dengan judul Which emotions las longest and why: The role of event importance.

Peneliti dari University of Leuven di Belgia itu mengatakan bahwa perbedaan dalam durasi emosi hanya dinilai untuk sejumlah kecil emosi, dan setiap perbedaan yang diamati belum dijelaskan dengan jelas.

Oleh Karena itu Verduyn dan tim peneliti ingin meneliti topik ini dengan lebih rinci untuk menjelaskan perbedaan dalam beberapa lama emosi tertentu bertahan.

Dalam penelitiananya mereka meminta sekitar 233 siswa sekolah menengah untuk mengingat kembali pengalaman emosional yang baru mereka rasakan dan melaporkan durasinya.

Selain itu, para siswa menjawab pertanytaan tentang strategi yang mereka gunakan untuk menilai dan menangani emosi tersebut.

Dari total ada 27 emosi yang tercatat, para peneliti menemukan bahwa kesedihan adalah emosi yang bertahan paling lama, sedangkan rasa malu, terkejut, takut, jijik, bosan, jengkel, lega, dan tersentuh adalah emosi yang bertahan paling singkat.

Terkhusus pada emosi kebosanan, tim peneliti cukup terkejut bahwa emosi ini termasuk dalam emosi yang bertahan paling singkat, karena menurut mereka biasanya dalam kebosanan waktu akan terasa berjalan lebih lambat.

Pada dasarnya, terdapat dua faktor yang memengaruhi bertahannya sebuah perasaan dalam diri kita.

“perasaan yang terkait dengan peristiwa besar dalam hidup misalnya kehilangan orang tercinta akan lebih lama hilang karena berhubungan dengan kenyataan yang ada. Semakin nyata peristiwa yang dirasakan seseorang maka emosi yang berhubungan dengan peristiwa itu akan semakin awet” terang Philippe Verdyun dalam penelitiannya.

Lalu faktor kedua dari apa yang disebutkan oleh psikolog tersebut adalah ruminasi atau perenungan pada sebuah kejadian yang dialami yang membuat seseorang itu sulit menghilangkan atau melupakan kejadian yang dialami, sehingga perasaanya akan membekas lebih lama.

Dengan kata lain, memikirkan peristiwa dan konsekuesi berulang kali yang cenderung dilakukan individu lebih banyak dengan situasi yang terkait dengan perasaan sedih sebagai cara mengatasi atau memahami menyebabkan emosi itu bertahan

Tim peneliti juga menemukan bahwa efek emosi yang bertahan lama dapat berbeda antara emosi yang sama. Rasa bersalah, misalnya, berlangsung lebih lama daripada rasa malu, dan kecemasa berlangsung lebih lama dari rasa takut.

Kata peneliti itu, emosi dengan durasi yang lebih pendek walau tidak selalu adalah yang ditimbulkan dari peristiwa yang relatif tidak penting, dan sebaliknya, emosi jangka panjang cenderung tentang sesuatu yang sangat penting.

Untuk mengatasi atau membantu mempercepat hilangnya ingatan buruk seperti peristiwa negatif itu, Verduyn menyarakan untuk mengalihkan waktu agar tidak ada ruang kosong untuk merenungi peristiwa menyedihkan yang telah atau sedang dialami.

Dari penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa kenapa kesedihan bertahan lebih lama ketimbang kebahagiaan karena kesedihan lebih kuat dalam ingatan karena beberapa hal seperti kecenderungan perenenguan dalam peristiwa yang membekas seperti perpisahan atau kehilangan seseorang yang dicintai.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa kita harus menyerah pada kesedihan dan melupakan kebahagiaan. Kita bisa mencoba untuk mengatasi kesedihan dengan cara-cara yang sehat, seperti berbicara dengan orang yang dipercaya, menulis jurnal, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan.

Kita juga bisa mencoba untuk meningkatkan kebahagiaan dengan cara-cara yang sederhana, seperti bersyukur, bersikap positif, atau bersosialisasi. Dengan begitu, kita bisa menjaga keseimbangan emosi kita dan menjalani hidup dengan lebih baik.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel