Sediksi – Satu tahun yang lalu, tepatnya pada hari Minggu, 11 September 2022, dunia maya dihebohkan oleh klaim seorang hacker yang menyebut dirinya Bjorka.
Hacker ini mengaku telah mengungkap data pembunuh Munir, aktivis hak asasi manusia (HAM) yang meninggal dunia akibat keracunan arsenik di dalam pesawat pada tahun 2004.
Siapa sebenarnya Bjorka dan apa bukti yang ia miliki? Apa sebenarnya klaim Bjorka soal kasus pembunuhan Munir?
Lalu bagaimana tanggapan pihak-pihak yang terkait dengan kasus Munir, termasuk Muchdi Purwoprandjono, sosok yang disebut-sebut sebagai dalang pembunuhan Munir oleh Bjorka?
Artikel ini akan mencoba mengulas klaim Bjorka soal kasus pembunuhan Munir dari berbagai sisi.
Klaim Bjorka Soal Kasus Pembunuhan Munir
Bjorka adalah nama samaran dari seorang hacker yang diambil dari nama seorang penyanyi, pencipta lagu dan aktris asal Islandia yang bernama bjork.
Bjorka ini mengklaim telah membobol data-data penting dari berbagai lembaga dan organisasi di Indonesia.
Ia mulai aktif di media sosial Twitter sejak awal September 2022 dengan akun @bjorkanism. Dalam akunnya, ia sering memposting dokumen-dokumen rahasia yang ia dapatkan dari aksi hackingnya, seperti data vaksinasi Covid-19, data keuangan negara, data pribadi pejabat negara, dan lain-lain.
Salah satu postingan yang paling kontroversial dari Bjorka adalah ketika ia mengklaim telah mengungkap data pembunuh Munir. Dalam unggahannya pada Minggu, 11 September 2022, ia menulis:
“Ya saya tahu kalian telah menunggu ini. Jadi siapa yang membunuh orang baik ini (Munir)?”
Lalu kemudian ia melampirkan sebuah dokumen berisi nama, nomor telepon, email, NIK, hingga data vaksinasi dari seseorang yang ia sebut sebagai otak pembunuhan Munir.
Orang tersebut adalah Muchdi Purwoprandjono, mantan Komandan Jenderal Kopassus dan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN). Selain itu, ia juga menautkan beberapa artikel terkait kasus Munir yang menunjukkan keterlibatan Muchdi Purwoprandjono dalam kasus tersebut.
Bjorka tidak menjelaskan bagaimana ia mendapatkan data tersebut dan apa alasan ia mengungkapkannya ke publik. Ia mengaku bahwa melakukan hal itu untuk keadilan dan kebenaran.
Profil Muchdi Purwoprandjono
Kembali lagi soal klaim Bjorka soal kasus pembunuhan Munir tadi yang menyebutkan dalangnya adalah Muchdi Purwoprandjono. Muchdi adalah seorang purnawirawan perwira tinggi militer Indonesia dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.
Pria yang lahir pada 15 April 1949 ini memiliki kedudukan sebagai Ketua Umum Partai Berkarya yang sebelumnya dijabat oleh Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto). Muchdi Purwoprandjono memiliki karier militer yang cukup cemerlang.
Ia lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1970 dan kemudian menempati berbagai posisi strategis, antara lain sebagai Panglima Kodam Tanjungpura di Kalimantan, hingga Komandan Jenderal Kopassus 1998.
Pada tahun 2001 hingga 2005, Muchdi Purwoprandjono menjabat sebagai Deputi V BIN. Di sinilah ia mulai terseret dalam kasus pembunuhan Munir.
Ia diduga memiliki motif dendam terhadap Munir karena kasus penculikan aktivis 1997/1998 yang dilakukan oleh tim Mawar, sebuah tim khusus yang dibentuk oleh Kopassus saat Muchdi Purwoprandjono menjabat sebagai Danjen Kopassus yang jabatannya dicopot karena itu.
Pada tahun 2008, Muchdi Purwoprandjono ditangkap dan menjadi terdakwa dalam kasus pembunuhan Munir. Namun, ia kemudian dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan pada tahun yang sama.
Ia membantah semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya dan menganggap kasus tersebut sebagai rekayasa politik.
Setelah bebas dari kasus Munir, Muchdi Purwoprandjono mulai aktif dalam dunia politik. Ia sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang didirikannya bersama Prabowo Subianto, sahabatnya sejak di Kopassus.
Namun, ia kemudian keluar dari Partai Gerindra pada tahun 2011 dan bergabung dengan PPP. Pada tahun 2016, ia kembali berganti partai dan menjadi Ketua Umum Partai Berkarya hingga sekarang.
Reaksi atas Klaim Bjorka Soal Kasus Pembunuhan Munir
Klaim Bjorka soal kasus pembunuhan Munir telah menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Ada yang percaya dengan klaim tersebut dan ada yang meragukannya. Ada juga yang menganggap klaim tersebut sebagai bentuk provokasi dan gangguan keamanan siber.
Bagaimana pun itu, yang jelas klaim Bjorka soal kasus pembunuhan Munir belum bisa dianggap sebagai bukti hukum yang sah dan kuat.
Kasus pembunuhan Munir adalah salah satu kasus HAM yang belum terselesaikan hingga kini. Kasus ini telah menimbulkan banyak pertanyaan dan misteri yang belum terjawab.
Siapa sebenarnya pembunuh Munir? Apa motifnya? Apakah ada dalang di balik pembunuhan tersebut? Apakah ada keterlibatan aparat negara dalam kasus tersebut? Apakah ada upaya penutupan kasus dari pihak-pihak tertentu?
Kasus pembunuhan Munir adalah kasus yang menyangkut kepentingan publik dan keadilan sosial. Kasus ini juga merupakan ujian bagi negara dalam menegakkan supremasi hukum dan perlindungan HAM. Oleh karena itu, kasus ini tidak boleh dibiarkan menggantung tanpa penyelesaian yang adil dan transparan.
Masyarakat berhak mengetahui siapa pembunuh Munir dan apa alasan mereka melakukan hal tersebut. Masyarakat juga berhak menuntut agar para pelaku diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.
Masyarakat tentunya juga berhak mengawasi proses penegakan hukum agar tidak ada intervensi atau manipulasi dari pihak-pihak yang berkepentingan khusus.
Kasus ini juga harus diselesaikan untuk mencegah terjadinya pembunuhan-pembunuhan serupa di masa depan. Kasus ini juga harus diselesaikan untuk menjaga martabat dan integritas negara sebagai negara demokratis yang menghargai HAM.
Jadi itu dia ulasan mengenai klaim bjoka soal kasus pembunuhan Munir yang sempat menghebohkan jagad dunia maya tepat satu tahun yang lalu.
Entah apa motif si hacker ini, namun kita perlu apresiasi bentuk keberaniannya dalam mencoba mengungkap dalam pembunuhan Munir, walalupun ya nama yang disebut telah bebas dari tuduhan.
Sekian artikel klaim bjorka soal kasus pembunuhan Munir, semoa membantumu dalam menjawab rasa penasaranmu. Terimakasih sudah membaca!!