Saya menangkap, pada akhirnya Malaka Project akan bergerak pada ruang-ruang produksi konten—yang tentunya isi kontennya berdasarkan narasi dari karakter masing-masing influencer.
Mengadopsi “Malaka” dan merujuk “Madilog” tentu memiliki konsekuensi tersendiri. Khususnya bagi mereka yang mengidolakan gerakan dan pemikiran Tan Malaka.
Justru karena ingin bermadilog, program beasiswa atas nama pendidikan itu perlu dipersoalkan. Tidak sesuai dengan semangat Tan Malaka yang revolusionis.