Sejarah perempuan adalah sejarah penaklukan tubuh. Perempuan tidak hanya dianggap berbahaya, tetapi juga hiasan—perabotan. Ia seakan lumrah diperebutkan dan kerap dijadikan barang hadiah sayembara—dalam sejarah, film, dan sastra.
Saking mengakarnya budaya patriarki yang merendahkan perempuan, perempuan bisa merepresi, menindas, atau merendahkan dirinya sendiri. Salah satu contohnya adalah lagu Sang Dewi. Loh kok bisa?
“Hah, tidak bisa nyambel? Tidak bisa masak? Masa sih kalah sama aku”. Sebuah pernyataan terbuka yang merujuk pada pada gagalnya masa PDKT. Padahal masih banyak kemampuan lain selain memasak, yaitu, menghabiskan makan dan cuci piring.
Berbagai macam pandangan mengenai maraknya fenomena perempuan berpendidikan tinggi, menjadikan saya sempat kecil hati kalau kalau tidak punya jodoh di kemudian hari.