Membongkar 5 Mitos Budaya Kerja, HRD dan Karyawan Wajib Tahu! 

Membongkar 5 Mitos Budaya Kerja, HRD dan Karyawan Wajib Tahu! 

marvin-meyer-SYTO3xs06fU-unsplash

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Budaya kerja yang bagus ditunjukkan salah satunya dengan lamanya masa kerja karyawan di perusahaan. Semakin lama masa kerjanya, kemungkinan semakin bagus budaya kerja yang ditegakkan oleh tempatnya bekerja.

Untuk mewujudkan hal ini, semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama. Human Resource Development (HRD) merancang sistem budaya kerja yang sesuai dengan tujuan perusahaan dan karakter karyawan.

Karyawan mengikuti budaya kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Lalu HRD mengawasi proses ini untuk memastikan agar budaya kerja yang bagus bisa terus dipertahankan.

1. Budaya kerja yang bagus bisa terjadi secara natural

Banyak orang—terutama pihak pemangku kepentingan di perusahaan, berasumsi bahwa visi dan misi tertulis perusahaan sudah cukup untuk menciptakan budaya kerja yang bagus. 

Mereka beranggapan pihak lain seperti karyawan juga bisa langsung memahami maksudnya. 

Kenyataannya, budaya kerja yang bagus harus secara sengaja diciptakan dan dipertahankan.

Diperlukan visi, misi, dan program tersendiri yang khusus untuk menciptakan budaya kerja yang bagus tersebut.

Tapi sebelum semua itu, penting sekali untuk mengetahui atau mengidentifikasi budaya kerja apa yang dimiliki oleh perusahaan tempat bekerja. Berikut ini beberapa pertanyaan yang bisa dijawab.

  • Perilaku, pola pikir, dan nilai seperti apa yang bisa membantu kita agar bisa menjadi lebih produktif?
  • Orang-orang seperti apa yang kita inginkan bekerja di sini?
  • Siapakah bintang utama dari semua karyawan yang ada di perusahaan ini dan kenapa?
  • Siapa sajakah karyawan yang kinerjanya kurang baik dan kenapa?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, nantinya bisa memberi kalian gambaran budaya kerja seperti apa yang akan dikembangkan.

Setelah itu, komunikasikan dengan pihak lain—termasuk atasan, rekan HRD, dan karyawan. 

Beri tahu rencana kalian untuk karyawan yang sudah ada dan perkenalkan budaya kerja yang telah disepakati kepada karyawan yang baru diterima.

2. Menciptakan budaya kerja yang bagus adalah tanggung jawab HRD

Kendati pihak HRD yang menciptakan dan mengelola regulasi, semua pihak punya peran yang setara dalam menciptakan dan mempertahankan budaya kerja yang bagus.

Artinya jika ada pihak yang tidak bisa mengikuti budaya kerja yang telah ditetapkan perusahaan dan bahkan sampai melanggar, barangkali masalahnya ada pada pihak tersebut. Dan HRD harus menindak pihak tersebut. 

Setiap pihak harus memahami peran mereka dalam menciptakan budaya kerja yang bagus. 

HRD berperan dalam menyusun budaya kerja seperti apa yang ingin diciptakan, lalu memfasilitasi dan mengawasi prosesnya.

Pihak pemangku kepentingan atau pimpinan perusahaan juga berperan penting dalam memberikan contoh yang bagus untuk anak buahnya.

Karena pihak karyawan punya kecenderungan mengikuti arahan, bercermin, bahkan mencontoh apa yang dilakukan oleh atasannya. 

Untuk menghindari mitos ini, diperlukan komunikasi yang konsisten di antara semua pihak. Lalu memperkuat nilai tersebut dengan mendemonstrasikannya dalam tindakan yang nyata.

3. Tinggal mencontoh perusahaan lain

Perusahaan-perusahaan yang sudah berhasil bisa jadi mengimplementasikan budaya kerja yang berbeda. Dan itu cukup umum.

Di balik kesuksesan mereka dalam menciptakan dan mempertahankan budaya kerja yang bagus, ada proses observasi terhadap karakteristik karyawan perusahaan dan mengidentifikasi potensi apa yang bisa digali.

Banyak sekali perusahaan—terutama yang baru berdiri, mengalami kesulitan dalam memformulasikan budaya kerja yang tepat. 

Trials and errors pasti terjadi demi akhirnya bisa mencari tahu budaya kerja yang sesuai dengan perusahaan tempat bekerja. Sehingga bisa dibilang proses ini pasti memakan waktu dan tenaga.

Tidak perlu terburu-buru dalam menemukan formula budaya kerja yang sesuai. Karena ketika akhirnya ketemu, akan membawa dampak positif kepada perusahaan. 

Dan akhirnya menghasilkan budaya kerja yang bagus dan bertahan untuk waktu yang lama.

4. Karyawan mempunyai kedekatan dengan rekan kerja sudah cukup

Budaya kerja yang bagus bukan hanya soal apakah sesama karyawan dekat satu sama lain atau tidak.

Memiliki karyawan yang dekat dan nyaman dengan satu sama lain memang bagus, apalagi kondisi ini membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai karena satu sama lain termotivasi.

Hal ini bagus juga karena bisa meminimalisir konflik yang biasanya muncul di antara karyawan. Kalaupun ada, mereka bisa menyelesaikannya dengan mudah.

Tanpa manajemen budaya kerja yang baik, kedekatan antar karyawan mungkin saja menciptakan toxic culture.

Loh?

Jadi, ketika karyawan terlalu nyaman dengan satu sama lain, mereka jadi takut untuk mengkonfrontasi masalah secara langsung atau meminta pertanggungjawaban satu sama lain.

Mereka khawatir kalau mulai memulai konfrontasi, bisa mengganggu ketentraman hubungan mereka. Sekalipun masalah yang dihadapi jauh lebih serius.

Faktor yang lebih penting dibanding kedekatan sesama rekan kerja dalam menciptakan budaya kerja yang bagus adalah mendorong kejelasan dan memiliki tujuan bersama.

5. Makanan gratis bisa membangun budaya kerja yang bagus

Makanan gratis seperti atasan yang tiba-tiba memesan banyak pizza, fasilitas ruangan khusus perokok, dan fasilitas penunjang lainnya yang tidak berhubungan dalam secara langsung mendongkrak produktivitas karyawan.

Fasilitas bersifat rekreasional seperti itu memang disukai oleh semua orang, tapi bukan komponen utama yang bisa mendorong terciptanya budaya kerja yang bagus.

Komponen utamanya ada di mengomunikasikan nilai yang diusung perusahaan dan kualitas dari pihak pimpinan.

Artinya fasilitas yang diberikan oleh perusahaan harus sejalan dengan nilai dan tujuan yang ingin diciptakan dari budaya kerja yang bagus. 

Itu dia kelima mitos tentang budaya kerja yang perlu diketahui. Baik HRD maupun karyawan sama-sama perlu mengetahui hal ini agar tahu bahwa masing-masing punya peran yang besar untuk mewujudkan suasana kerja yang kondusif. 

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel