Sediksi.com – Orang Prancis sering demo dan di Prancis, demo bukan hanya soal menyuarakan pendapat tapi lebih dari itu, sudah menjadi budaya dan kebiasaan yang terus dijaga.
Peneliti European Trade Union Institute (ETUI) Kurt Vandaele mengatakan kepada The Local bahwa Yunani dan Spanyol menduduki peringkat teratas soal negara yang paling sering demo. Tapi sejak tahun 2009, Prancis berada di peringkat teratas.
Sejak itu, Prancis punya reputasi sebagai negara yang warganya sering demo dan masalah yang diangkat juga beragam.
Lalu, sebenarnya mengapa orang Prancis sering demo?
Penyebab orang Prancis sering demo
Penyebab utama orang Prancis sering demo biasanya ketidakpuasan kelompok pekerja terhadap kebijakan pemerintah atau atasannya.
Ketika orang Prancis tidak puas atau merasa perlakuan terhadap mereka tidak adil, langkah yang diambil adalah demo.
Sejarawan Prancis Stéphane Sirot mengatakan bahwa di negara-negara Eropa utara, demo atau aksi mogok kerja biasanya dilakukan setelah upaya negosiasi yang gagal.
Lain halnya dengan Prancis dimana orang-orangnya turun ke jalan dulu sebelum melakukan negosiasi atau bahkan demo ketika negosiasi sedang berjalan.
Kemudian karena sudah menjadi budaya, unjuk rasa dan bentuk ekspresi protes lainnya bukan hal yang tabu di Prancis, malah secara umum dianggap penting demi meningkatkan kesejahteraan kelompok pekerja.
Orang Prancis tidak melihat aksi unjuk rasa sebagai hal yang negatif dan bahkan antusias. Saking antusiasnya tidak jarang sampai terjadi kekerasan dan kekacauan yang berlangsung tidak hanya sehari, tapi bisa sampai berminggu-minggu.
Keanggotaan serikat pekerja rendah, keikutsertaan demo selalu tinggi
Jumlah organisasi serikat pekerja di Prancis ada banyak tapi jumlah anggotanya cenderung rendah. Di Perancis, jumlah pekerja di serikat pekerja mencapai sekitar 8 persen, sedangkan rata-rata di negara-negara Eropa lainnya adalah sekitar 25 persen.
Tapi mereka yang tidak bergabung dengan serikat pekerja bukan berarti tidak akan ikut aksi unjuk rasa.
Sirot kemudian menyampaikan bahwa pekerja Perancis mendapatkan hak mogok kerja atau unjuk rasa pada tahun 1864, 20 tahun sebelum mereka diizinkan untuk berserikat, yang kemudian melahirkan budaya konflik.
Yang berarti Perancis mengembangkan tradisi mogok kerja dan aktivisme sebelum adanya hierarki serikat pekerja untuk bernegosiasi atas nama mereka. Demo harus jadi jalan protes pertama, bukan yang terakhir atau menunggu sampai situasi semakin buruk.
Dan kebiasaan ini akhirnya menjadi budaya yang masih bertahan serta berkembang sampai sekarang. Membuat Prancis punya reputasi sebagai negara yang sering terjadi unjuk rasa, selain populer karena Menara Eiffel.
Baca Juga: Timeline 7 Hari Kerusuhan Perancis
Demo tidak selalu berhasil
Demo di Prancis bisa lebih brutal daripada di negara lain. Tentu saja pasti ada negara lain yang lebih brutal. Tapi orang Prancis sangat konsisten dalam memelihara budaya unjuk rasa ini, termasuk memelihara kebrutalan tersebut.
Meski begitu, demo tidak selalu berhasil dan hasilnya tidak selalu berpihak pada para pendemo. Tapi yang pasti, kemungkinan keberhasilan mereka lebih besar daripada negara lain. Terutama yang warganya tidak antusias terhadap aksi semacam ini.
Mogok kerja selama berbulan-bulan yang dilakukan pekerja kereta api pada musim panas tahun 2018 gagal menghentikan perombakan sistem kereta api Prancis yang dilakukan Emmanuel Macron, presiden Prancis.
Di contoh lain, demonstrasi yang meluas rupanya tetap tidak dapat menghentikan reformasi ketenagakerjaan yang dilakukan pendahulunya, François Hollande pada tahun 2016.
Aksi unjuk rasa juga tidak memberikan hasil yang diharapkan pendemo dalam desakan untuk meningkatkan batas usia pensiun pada tahun 2010 di bawah pemerintahan mantan Presiden Nicolas Sarkozy.
Kendati tidak selalu berhasil, budaya demo di Perancis telah membuat rencana hukum yang kontroversial menjadi semakin sulit dan butuh waktu yang lebih lama untuk disahkan.
Lalu hal ini memaksa presiden untuk menanggung akibatnya karena telah mengecewakan masyarakat dengan menghadapi demo yang bisa berlangsung berhari-hari atau bahkan dilakukan secara konsisten.
Sehingga ketika orang Prancis masih merasa tidak puas dengan keputusan pemerintah atau atasannya, mereka tidak segan untuk melakukan mogok kerja dan unjuk rasa bahkan sebelum merencanakan negosiasi dimana demo ini juga terus berlangsung secara konsisten seperti siklus.