Sediksi.com – Manchester United baru-baru ini mengalami perubahan besar dalam kepemilikan menyusul akuisisi saham sebesar 25 persen yang dilakukan oleh Sir Jim Ratcliffe bersama grup INEOS-nya.
Meskipun hanya berstatus sebagai pemilik minoritas, Ratcliffe sendiri akan diberi kendali atas departemen sepak bola tim setan merah. Salah satu orang terkaya di Inggris itu sendiri sebelumnya telah menyampaikan ambisinya untuk mengembalikan MU ke era kejayaannya.
Demi mencapai ambisi tersebut, banyak yang menilai bahwa Ratcliffe bersama orang-orang kepercayaannya akan menerapkan konsep andalan mereka di dunia bisnis dan olahraga, yaitu marginal gains atau keuntungan marjinal.
Lalu, apa itu konsep marginal gains? Bagaimana riwayat penerapan konsep ini dalam kerja-kerja grup INEOS? Dan yang tidak kalah penting, bagaimana potensi konsep marginal gains dalam membantu Manchester United untuk kembali meraih kesuksesan di dunia sepak bola?
Baca Juga: Rencana Sir Jim Ratcliffe di MU: Proses Transfer, Pengembangan Old Trafford, serta Hal-Hal Lainnya
Apa Itu Konsep Marginal Gains?
Konsep marginal gains adalah strategi untuk mencapai keunggulan dengan melakukan perbaikan kecil dan bertahap pada setiap aspek dalam suatu proses, yang bila digabungkan akan menghasilkan peningkatan keseluruhan yang signifikan.
Idenya ialah untuk memecah tujuan yang kompleks menjadi bagian-bagian penyusunnya, dan kemudian mengoptimalkan setiap bagian sebesar 1 persen atau lebih, sehingga menciptakan keunggulan kumulatif dalam kompetisi.
Perkembangan Konsep Marginal Gains
Konsep marginal gains bukanlah sebuah konsep baru, melainkan adaptasi modern dari kebijaksanaan kuno. Gagasan melakukan perbaikan kecil untuk mencapai tujuan yang lebih besar dapat ditelusuri kembali ke filsuf Yunani kuno Aristoteles, yang mengatakan,
“Kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Jadi, keunggulan bukanlah sebuah tindakan, melainkan sebuah kebiasaan.”
Konsep ini juga telah diterapkan di berbagai bidang dan disiplin ilmu di sepanjang sejarah, seperti sains, teknik, kedokteran, dan bisnis.
Contohnya seperti Wright bersaudara, penemu pesawat terbang, yang bereksperimen dengan ratusan modifikasi kecil pada desainnya, menguji dan menyempurnakan setiap modifikasi, hingga mencapai terobosan.
Demikian pula dengan produsen mobil Jepang, Toyota, yang memelopori konsep kaizen, atau “perbaikan berkelanjutan”. Konsep ini diterapkan dalam sistem produksi mereka sehingga menghasilkan kualitas, efisiensi, dan kepuasan pelanggan yang tinggi.
Di dunia olahraga, konsep marginal gains baru benar-benar mendapatkan popularitas dan pengakuan luas di abad 21 berkat kesuksesannya yang luar biasa di bidang balap sepeda.
Konsep ini diperjuangkan oleh Sir Dave Brailsford, mantan direktur kinerja British Cycling (tim balap sepeda Britania Raya) sekaligus salah satu tangan kanan Sir Jim Ratcliffe, yang saat ini menjadi kepala tim INEOS Grenadiers, sebuah tim balap sepeda profesional.
Pada tahun 2003, Brailsford pernah ditunjuk untuk mengepalai tim balap sepeda Britania Raya. Ia kala itu memiliki tugas berat untuk mengubah nasib tim tersebut, yang sebelumnya hanya pernah memenangkan satu medali emas Olimpiade.
Brailsford memutuskan untuk mengadopsi konsep marginal gains sebagai prinsip panduannya dan menerapkan prinsip ini pada setiap aspek, mulai dari persiapan, pelatihan, dan kinerja tim.
Ia bersama para staf pelatihnya melakukan ratusan perubahan dan inovasi kecil, mulai dari yang terlihat jelas hingga yang tidak jelas, seperti:
- Mendesain ulang jok, ban, dan setelan sepeda agar lebih nyaman, grippy, dan aerodinamis.
- Menggunakan sensor biofeedback, pengukur daya, dan terowongan angin untuk memantau dan mengoptimalkan fisiologi, teknik, dan taktik pengendara.
- Menyewa seorang ahli bedah untuk mengajari pengendara cara terbaik dalam mencuci tangan untuk mengurangi risiko infeksi.
- Menyediakan celana pendek berpemanas listrik, bantal khusus, dan kasur bagi pengendara untuk meningkatkan suhu otot dan kualitas tidur mereka.
- Mengecat bagian dalam truk tim dengan warna putih untuk mengetahui adanya debu yang dapat mempengaruhi performa sepeda.
Hasil dari penerapan prinsip-prinsip dalam marginal gains yang dilakukan Brailsford terbilang mencengangkan. Dari tahun 2007 hingga 2017, tim balap sepeda Britania Raya sukses memenangkan 178 kejuaraan dunia, 66 medali emas Olimpiade atau Paralimpiade, dan meraih 5 kemenangan Tour de France.
Konsep marginal gains Brailsford kemudian dipuji sebagai sebuah terobosan dalam olahraga balap sepeda dan menginspirasi banyak tim dan atlet lain untuk mengadopsinya.
Kritik terhadap Konsep Marginal Gains
Meskipun memiliki bukti kesuksesan yang kuat, konsep marginal Gains tidak bisa langsung dianggap sebagai obat ajaib yang dapat menjamin kesuksesan tim atau organisasi mana pun.
Ia mempunyai keterbatasan dan kritik, dan mungkin tidak akan berhasil untuk semua orang. Beberapa tantangan serta kelemahan penerapan filosofi ini antara lain:
- Mungkin sulit untuk mengukur atau mengkuantifikasikan dampak dari setiap perbaikan kecil, terutama dalam sistem yang kompleks dan dinamis.
- Mungkin diperlukan banyak waktu, sumber daya, dan komitmen untuk menerapkan dan mempertahankan perubahan, serta memantau dan mengevaluasi hasilnya.
- Konsep ini mungkin menghadapi perlawanan atau skeptisisme dari beberapa pemangku kepentingan yang mungkin lebih menyukai pendekatan yang lebih konvensional atau radikal, atau yang mungkin tidak menganut visi atau nilai yang sama.
- Konsep ini mungkin berpotensi mengabaikan gambaran yang lebih besar atau permasalahan mendasar yang mungkin memerlukan perubahan yang lebih substansial atau struktural.
Potensi Marginal Gains dalam Pengelolaan Manchester United
Marginal Gains memang sudah terbukti dapat membawa kesuksesan di olahraga balap sepeda. Namun, yang menjadi pertanyaan ialah apakah kesuksesan yang sama juga dapat dibawa ke dunia sepak bola?
Konsep ini mampu menawarkan perubahan signifikan, akan tetapi ia membutuhkan waktu dikarenakan prinsipnya yang dilakukan secara bertahap.
Ada begitu banyak tugas-tugas yang menanti Ratcliffe dan INEOS di MU, yang tidak sedikit di antaranya membutuhkan perubahan segera.
Selain itu, faktor kesabaran para fans yang sudah cukup lama menyaksikan keterpurukan tim kesayangannya juga perlu menjadi pertimbangan dalam penerapan konsep ini.
Namun lagi-lagi, mengingat potensinya dalam menghadirkan kesuksesan, konsep marginal gains tetap layak untuk diberi kesempatan. Tapi, perlu diingat bahwa konsep ini tidak serta-merta dapat menjamin kesuksesan untuk sebuah tim atau organisasi.
Sebab, marginal gains bukanlah solusi yang bisa diterapkan untuk semua orang. Ia mungkin lebih merupakan sebuah alat yang dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan konteks dan tujuan yang berbeda.
Konsep ini mungkin berhasil dengan baik untuk beberapa tim atau organisasi, namun tidak untuk yang lain. Sehingga, ia juga perlu dikombinasikan atau dilengkapi dengan strategi atau metode lain untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pada akhirnya, sukses tidaknya Manchester United di bawah kepemilikan dan manajemen baru INEOS akan bergantung pada berbagai faktor, seperti kualitas pemain dan staf, tingkat kompetisi, dukungan fans, kualitas permainan, serta faktor-faktor lain yang tidak dapat diprediksi.
Konsep marginal gains mungkin akan menjadi salah satu faktor, namun ia bukanlah satu-satunya atau faktor penentu. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah konsep ini akan berhasil atau tidak.