Sediksi – Siapa yang belum pernah nonton Hachi: A Dog’s Tale (2009)?
Kalau belum pernah menonton, ada baiknya kamu mengikuti artikel ini. Sebab, film tentang anjing ini menawarkan banyak nilai kehidupan yang bisa kita hayati bersama.
Overview
- Tahun rilis : 2009
- Genre : Drama
- Sutradara : Lesse Hallstrom
- Penulis naskah : Stephen P. Linsey
- Rumah produksi : Hachiko, LLC, Grand Army Entertainment, LLC, Opperman Viner Chrystyn Entertainment Scion Films
- Durasi : 1 jam 44 menit
Pemeran
- Richard Gere sebagai Profesor Parker Wilson
- Joan Allen sebagai Cate Wilson
- Sarah Roemer sebagai Andy Wilson
- Robbie Sublett sebagai Michael
- Jason Alexander sebagai Carl
Sinopsis Hachi: A Dog’s Tale (2009)
Nonton film Hachi: A Dog’s Tale dijamin akan memberikan pengalaman yang menyenangkan untukmu. Hal ini karena film ini syarat akan nilai-nilai kehidupan yang akan membuat kita merenungkan banyak hal.
Film ini menceritakan mengenai Hachi, seekor anjing Akita yang dirawat oleh seorang dosen bernama Parker Wilson.
Hachi atau Hachiko awalnya merupakan anjing tanpa pemilik. Ia terlepas dan tersesat di stasiun. Parker kemudian menemukannya dan memutuskan untuk merawatnya setelah petugas stasiun menolak untuk mengurus anjing lucu tersebut.
Anjing itu kemudian diberi nama Hachiko, sesuai dengan tanda di kalungnya. Hachiko dalam bahasa Jepang juga berarti nasib baik.
Hachi ternyata merupakan anjing yang sangat manis dan setia pada tuannya. Setiap hari, ia akan menyelinap ke luar rumah, dan mengikuti Parker yang pergi bekerja. Ia akan mengantar Parker sampai stasiun kereta lalu pulang dan kembali menjemput Parker ketika sore hari.
Kebiasaan itu terus berlanjut setelah Hachi dengan keras kepala selalu menolak ketika disuruh pulang oleh Parker.
Kegemaran Hachi untuk mengantar tuannya dan kemudian menjemputnya ketika hari sudah sore, membuat mereka makin terikat. Parker pun semakin menyayangi anjing akita tersebut.
Suatu hari, Hachi tampak aneh. Hachi untuk pertama kalinya menolak mengantar Parker. Ia bahkan melarang Parker untuk pergi mengajar dengan segala tingkah polahnya.
Ternyata perilaku Hachi tersebut merupakan sebuah firasat. Parker terkena serangan jantung dan meninggal dunia hari itu.
Tak tahu fakta tersebut, Hachi tetap menunggu tuannya dengan setia di stasiun. Ia bahkan tetap menunggu sampai malam tiba. Hachi begitu bingung, mengapa tuannya tak datang. Ia tak bisa menerima bahwa tuannya telah pergi selamanya.
Meskipun kemudian ia sudah diadopsi oleh anak perempuan Parker, Hachi tak bisa berhenti menunggu. Ia bahkan mulai tinggal di gerbong yang rusak, agar bisa senantiasa menunggu.
Hachi terus menunggu sampai sepuluh tahun lamanya, sampai kemudian Parker datang untuk menjempunya dan pulang.
Review Setelah Nonton Hachi: A Dog’s Tale (2009)
Nonton Hachi: A Dog’s Tale bagi saya memberikan dua perasaan sekaligus. Hangat, namun juga sedih dan tak nyaman di saat bersamaan.
Melihat Hachi yang begitu setia dan menyayangi Parker dengan sepenuh hati, tentu membuat hati saya terenyuh. Siapa sih yang tidak bahagia jika disayangi sebesar itu?
Hal inilah yang membuat hati saya terasa hangat dan nyaman ketika nonton Hachi: A Dog’s Tale . Namun semua kemanisan itu, kemudian berubah jadi getir, tatkala Parker meninggal. Rasanya tak nyaman sekali, melihat Hachi merasa begitu kehilangan, dan memutuskan untuk menunggu Parker hingga sepuluh tahun kemudian.
Hachi menunggu bahkan dengan mengabaikan dirinya sendiri. Air mata langsung banjir kala melihat Hachi yang berubah menjadi dekil, kurus, dan tak terawat karena ia ingin tetap menunggu Parker.
Film Hachi sendiri merupakan adaptasi dari kisah nyata. Ia hidup di Jepang pada 10 Nobember 1923 hingga 8 Maret 1935. Hachi sendiri seperti yang digambarkan dalam film ini, senantiasa menunggu tuannya, Hidesaburo Ueno, di Stasiun Shibuya Tokyo bahkan hingga lebih dari sembilan tahun kematian Ueno.
Namun, sebagai adaptasi saya merasa film ini mendapat banyak catatan. Catatan terutama adalah, adaptasinya yang kemudian jadi begitu barat, dengan dominasi aktor dan aktris berkulit putih, padahal sebagaimana disebutkan di atas, Hachi hidup dan dirawat di Jepang.
Hal ini saya rasa jadi menggelikan ketika nonton Hachi: A Dog’s Tale. Sebab, sebuah kisah dari Jepang diadaptasi oleh Hollywood, dan jadi gak ada Jepang-Jepangnya sama sekali.
‘Hollywood is too white‘ nyatanya telah mendapat kritikan banyak pihak. Disebutkan bahwa hingga 2017, keanggotaan Academy of Motion Picture Arts and Society didominasi oleh kulit putih sebanyak 91 persen. Tak mengherankan jika kemudian film-film produksi Hollywood jadi “terlalu putih.”
Hachi: A Dog’s Tale sayangnya diproduksi sebelum kritikan soal Hollywood is too white banyak diluncurkan seperti sekarang. Jika tidak, mungkin saja kita bisa mendapati adaptasi yang lebih mirip dengan cerita aslinya.