Akui Saja, PSSI Memang Tidak Peduli dengan Sepak Bola Putri

Akui Saja, PSSI Memang Tidak Peduli dengan Sepak Bola Putri

Akui Saja, PSSI Memang Tidak Peduli dengan Sepak Bola Putri
Ilustrasi oleh Rizqi Nurhuda Ramadhani Ali

Kalau kalian, Erick Thohir dan PSSI, masih enggan dan masih menunda bergulirnya Liga Putri, maka jangan pernah mengatakan kalau kalian itu peduli dengan sepak bola putri di Indonesia.

Hari-hari di seputaran Februari 2023 boleh dibilang menjadi hari-hari yang penuh harap bagi seluruh insan sepak bola Indonesia. Pada 16 Februari 2023, Erick Thohir, sang Menteri BUMN, terpilih sebagai Ketua Umum PSSI menggantikan Mochamad Iriawan atau Iwan Bule.

Erick Thohir mengambil alih kemudi di tengah-tengah kondisi sepak bola Indonesia yang sedang semrawut: liga kacau, timnas kurang jelas, ditambah lagi Tragedi Kanjuruhan 4 bulan sebelumnya.

Terpilihnya Erick Thohir jelas membawa semacam angin segar. Sosoknya saat itu dinilai tepat untuk membawa sepak bola Indonesia kembali ke arah yang benar. Portofolionya dalam dunia olahraga, khususnya sepak bola, jelas tidak main-main.

Dia pernah jadi pemilik Inter Milan, DC United, serta menjadi pendiri sekaligus pemilik dari Mahaka Group, sebuah konglomerasi yang fokus di bidang olahraga, media, dan dunia hiburan.

Sehingga, rasa-rasanya tidak ada keraguan ketika mantan Ketua Umum PBBSI ini maju dan terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. Hal ini juga terlihat dari janji-janjinya untuk PSSI dan sepak bola Indonesia.

Erick Thohir berjanji akan membenahi liga 1, 2, dan 3, membenahi kualitas wasit, membenahi timnas hingga berprestasi, serta janjinya untuk kembali menggulirkan Liga Putri, kompetisi sepak bola putri yang sudah mandek sejak 2019.

Satu tahun lebih Erick Thohir menjabat, beberapa hasilnya sudah ada yang kelihatan. Liga 1, 2, dan 3 memang sudah berjalan, meski masih ada banyak cacat.

Soal timnas juga sudah perlahan membuahkan hasil, terutama di Piala Asia, meskipun banyak terbantu oleh program naturalisasi ugal-ugalan.

Sayangnya, dua janji lain Erick Thohir tentang perbaikan kualitas wasit dan Liga Putri masih jalan di tempat.

Soal wasit liga Indonesia, tidak perlu ditanya, kualitasnya masih jauh dari kata memuaskan. Akan tetapi, tulisan ini tidak akan membahas soal wasit. Terlalu kompleks dan terlalu “mengerikan”.

Tulisan ini akan lebih coba berfokus pada satu lagi janji Erick Thohir yang seperti terabaikan: soal Liga Putri.

Liga Putri dan Segudang Potensinya

Sejak masa kampanye, Erick Thohir sebenarnya sudah banyak mendapat desakan untuk memperhatikan sepak bola putri yang selama ini cenderung terabaikan.

Beberapa pakar, pemerhati sepak bola, hingga para pelaku sepak bola putri mendorong Erick Thohir untuk jangan hanya memperhatikan sepak bola laki-laki, tapi sepak bola perempuan juga.

Intinya, orang-orang ingin agar Erick Thohir kembali menggulirkan Liga Putri jika terpilih sebagai Ketua Umum PSSI.

Desakan itu tentu bukan tanpa alasan. Selain karena menggulirkan Liga Putri adalah kewajiban PSSI, ada banyak bakat dan potensi dalam cabang olahraga ini. Meskipun sepak bola adalah olahraga yang male-dominated, tapi bukan berarti tidak ada bakat-bakat potensial dalam dunia sepak bola putri.

Kita tentu mengenal nama-nama seperti Zahra Muzdalifah yang bermain di tim putri Cerezo Osaka, atau Shalika Aurelia yang pernah bermain untuk tim putri AS Roma. Ada juga Safira Ika yang bermain untuk FC Ryukyu Ladies, atau pemain muda fenomenal berusia 15 tahun, Claudia Scheunemann, yang sudah membela timnas senior putri.

Ini baru secuil nama. Masih ada banyak nama lain yang juga punya bakat dan potensi besar. Dengan potensi seperti itu, harusnya PSSI mampu menggelar kembali Liga Putri.

Apalagi, sudah ada beberapa tim profesional di Liga Putra yang juga punya tim putri. Belum lagi masih ada tim-tim putri yang berdiri sendiri, tidak terikat dengan tim putra.

Jadi, PSSI harusnya tinggal menggelar saja, terlepas dari berapapun tim yang ikut nantinya. Melakukannya bukanlah sesuatu yang sulit. Tinggal melanjutkan apa yang pernah dilakukan pada 2019.

Tapi, kenyataannya? Mengecewakan!

Sepak Bola Putri yang Dianaktirikan

Sudah lebih dari satu tahun Erick Thohir memegang tampuk kepemimpinan PSSI, dan sudah lebih dari satu tahun pula desakan agar Liga Putri kembali digulir terarah kepadanya.

Di media sosial, misalnya, akun @womensfootie_id tidak capek-capeknya mendesak Pak Erick dan PSSI agar kembali menggelar Liga Putri.

Namun, hasilnya? Masih nihil. Erick Thohir dan PSSI masih tidak juga bergeming.

Selama menjabat sebagai Ketua Umum, terlihat hanya ada satu hal yang dilakukan oleh Erick Thohir kepada sepak bola putri, itupun hanya di level timnas.

Dia dan PSSI hanya mendatangkan sosok Satoru Mochizuki, pelatih asal Jepang untuk menakhodai timnas putri. Hal ini pun juga baru dilakukan pada Februari 2024, dan sebagai bentuk kerjasama PSSI dengan Federasi Sepak Bola Jepang (JFA).

Penunjukan Satoru Mochizuki memang menjadi sebuah langkah bagus bagi sepak bola putri Indonesia. Satoru adalah sosok yang mampu membawa timnas putri Jepang meraih kesuksesan.

Namun, mendatangkan sosok seperti Satoru Mochizuki saja tidak cukup. Pasalnya percuma kita punya pelatih timnas putri level dunia, tapi tidak punya kompetisi atau liga yang berjalan dengan baik.

Lihat saja bagaimana kiprah timnas putri Indonesia di berbagai kompetisi kelompok umur akhir-akhir ini. Pada ajang AFC Women’s Asian Cup U-17 bulan Mei 2024 di Bali, timnas putri U-17 babak belur di fase grup dan tidak meraih satu pun kemenangan.

Timnas U-17 kita dihajar 1-6 oleh Filipina, dibantai 12-0 oleh Korea Selatan, dan babak belur 0-9 di tangan Korea Utara. Bahkan, pasca AFC Women’s Asian Cup U-17, timnas putri Indonesia U-17 harus rela dibubarkan sementara. Kasihan sekali.

Nasib timnas seniornya pun juga tidak jauh berbeda. Pada ajang kualifikasi olimpiade zona Asia, timnas putri Indonesia dihajar 0-5 oleh Lebanon dan dilibas 4-0 oleh China Taipei.

Meskipun mereka mampu mengalahkan Singapura dengan skor telak 5-1 pada 28 Mei 2024 kemarin, capaian tersebut tetaplah memprihatinkan.

Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat perlakuan PSSI kepada sepak bola putri yang bak anak tiri.

Stop Umbar Janji Manis Lagi

Berkaca dari berbagai hasil “menyedihkan” ini, apakah Pak Erick dan PSSI langsung bergerak menengok ke sepak bola putri Indonesia dan segera melakukan aksi nyata dengan menggelar Liga Putri?

Nyatanya tidak, tuh! PSSI, melalui salah satu EXCO mereka, Vivin Cahyani, mengatakan bahwa Liga Putri baru akan digulir pada tahun 2026 dengan alasan bahwa kebijakan mengenai kompetisi ini perlu digodok, dimatangkan, bla bla bla.

“Basi! Madingnya udah siap terbit!” kalau kata Cinta kepada Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta.

Man, sedih dan capek rasanya melihat bagaimana PSSI memperlakukan sepak bola putri selama ini. Benar-benar seperti tidak dianggap.

Padahal, PSSI itu bisa banget membuat Liga Putri kembali berjalan. Sudah pernah digelar pada 2019 kemarin. Tinggal melanjutkan saja apa susahnya, sih?

Okelah. PSSI selalu beranggapan bahwa klub partisipan Liga Putri masih kurang. Tapi, mereka seharusnya tidak usah pusing soal ini.

Berapapun klub yang berpartisipasi, kompetisi sebenarnya tetap bisa berjalan, kok. Anggap saja sebagai permulaan. Mulai dengan jumlah kecil dulu tidak apa-apa. Toh, nantinya juga akan bertambah. Jangan pikir soal bisnis atau permainan uang dulu, lah. Sifat banditnya tolong dihilangkan!

Ayolah, PSSI, kalian itu punya tanggung jawab untuk menggulirkan Liga Putri, woi! Ini soalnya sudah diatur oleh statuta yang katanya kalian pegang teguh itu.

Sudah tidak ada alasan lagi untuk menunda bergulirnya Liga Putri. Tidak perlu menunggu tahun 2026 karena sebenarnya sudah bisa digelar tahun ini. Kalian sebenarnya bisa, tapi enggan melakukannya karena tahu bahwa Liga Putri itu susah cuan dan susah “dipermainkan”, kan?

Jadi, kalau kalian, Erick Thohir dan PSSI, masih enggan dan masih menunda bergulirnya Liga Putri, maka jangan pernah mengatakan kalau kalian itu peduli dengan sepak bola putri di Indonesia.

Mending akui saja kalau kalian itu sebenarnya memang tidak peduli. Jangan bisanya hanya mengumbar janji manis.

Saya yang cuma menonton dan mengikuti sepak bola putri saja capek dengan janji manis kalian, apalagi mereka yang menjadi pelaku langsung. Pasti sudah muak.

Penulis

Iqbal AR

Penulis lepas alias pengangguran. Kontributor lepas di beberapa media daring seperti Mojok.co., dan KumparanPlus. Rutin makan es krim.
Opini Terkait

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel