Fabio Quartararo adalah Billie Eilish-nya MotoGP

Fabio Quartararo adalah Billie Eilish-nya MotoGP

Fabio Quartarao adalah Billie Eilish-nya MotoGP
Ilustrasi: Oky Dwi Prasetyo

Bagai ketiban durian runtuh, cedera panjang Marc Marquez merupakan keuntungan besar bagi Quartaro.

Valentino Rossi adalah ikon MotoGP, ajang balang motor paling kondang di dunia. Nama Rossi setara dengan basket yang punya Michael Jordan, atau Michael Schumacher di ajang F1, termasuk Tiger Woods dalam dunia Golf. Pria asal Italia itu adalah pembalap senior sekaligus legenda MotoGP.

Setelah lebih dari 20 tahun membalap, masa keemasannya jelas telah lewat. Performanya di beberapa musim belakangan menunjukkan ia mulai kesulitan bersaing dengan pembalap-pembalap yang lebih muda. Tetapi bagaimanapun, ia masih menjadi magnet MotoGP untuk menggaet atensi penggemar. Pria asal Italia itu signifikan untuk menggaet penggemar balap motor, sekaligus menjaga popularitas MotoGP.

The Doctor, julukannya, bukan hanya sekadar sukses menjadi pembalap dengan raihan sembilan kali juara dunia, tujuh kali di antaranya di kelas wahid. Ia juga populer karena sadar akan pentingnya personal branding. Sejak membalap di kelas 125cc (sekarang Moto3), rider kelahiran tahun 1979 tersebut sudah bergaya eksentrik, baik lewat potongan rambutnya, ataupun selebrasi kemenangan yang memorable.

Pepatah tak ada apapun yang abadi di jagad raya juga berlaku buat Rossi. Kendati masih menjadi daya tarik di usianya yang sudah menginjak kepala empat, cepat atau lambat Rossi bakal pensiun. Masalahnya, belum ada pembalap yang kharisma-nya sanggup menyamai The Doctor. Marc Marquez sempat dianggap mampu mengisi celah yang segera ditinggalkan Rossi. Namun sayang, perseteruannya dengan Rossi yang berlangsung sejak tahun 2015 menutup segala kemungkinan itu.

Baca Juga: Filosofi Emak-Emak Naik Motor (Bukan Meme)

Mencari Pengganti Rossi: Fabio Quartararo

Sebenarnya apa sih urgensi-nya memburu suksesor Valentino Rossi? MotoGP bukan hanya sekadar olahraga, tapi juga bisnis. Untuk menarik sponsor besar supaya kondisi keuangan tim dan penyelenggara tetap sehat, MotoGP perlu daya tarik besar untuk mengundang audiens. Rossi punya daya magis tersebut.

Oke, mungkin Rossi akan berhenti mengaspal tidak sampai tiga tahun lagi, namun setidaknya MotoGP masih punya waktu untuk mencari ikon pengganti Rossi. Caranya: mencari ikon yang cocok dengan target pasar baru mereka, penggemar-penggemar baru dari kelompok usia muda.

Formula 1 sejak diakuisisi oleh Liberty Media pada tahun 2017, sudah lebih dulu berbenah untuk melakukan optimalisasi manajemen konten media sosial menjadi lebih cair dan intens. Berkat hal tersebut ditambah dengan banyaknya pembalap muda yang terjun dalam kompetisi seperti Max Verstappen atau Charles Leclerc, F1 yang sebelumnya identik dengan olahraga orang kaya yang masuk kelompok usia mapan, kini mampu merebut pasar generasi muda.

Menurut web Drive Tribe, penonton Formula 1 saat ini 36% di antaranya berusia di bawah 25 tahun. Sejauh ini, MotoGP telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk menarik perhatian fans baru. Di antaranya adalah mengubah theme musik MotoGP mulai tahun 2020 ini yang tadinya lekat dengan nuansa seremonial menjadi penuh dengan sentuhan musik elektronik yang tengah digandrungi anak muda.

Baca Juga: Kurt, Pesan Kepada Fans Karbitan dan Prillvers

Di samping itu, MotoGP juga diuntungkan dengan tren promosi pembalap muda dengan usia di bawah 25 tahun. Pembalap muda lebih disukai tim-tim MotoGP karena bayarannya cenderung murah dan tidak banyak nuntut ini-itu. Sejak tahun 2019, MotoGP menyambut banyak pembalap muda yang promosi dari kelas Moto2. Sebut saja Francesco Bagnaia, Joan Mir, Fabio Quartararo, Alex Marquez, Takaaki Nakagami, Brad Binder, Miguel Oliveira, serta Iker Lecuona.

Beberapa nama di atas memang masih dalam tahap adaptasi untuk tampil prima di kelas tertinggi. Namun, sejak tahun lalu, nama Fabio Quartararo lebih menonjol. Kendati formula menjadi ikon amat banyak, Quartararo kini menyedot perhatian publik.

Promosi ke kelas utama pada tahun 2019, kini Quartararo mengaspal bersama tim Petronas Yamaha, tim satelit Yamaha. Sejak debut, ia sudah tampil menjanjikan dan mudah beradaptasi. Pembalap kelahiran tahun 1999 tersebut berhasil menorehkan rekor peraih pole position termuda hanya dalam empat balapan pertamanya.

Musim lalu ia bahkan mencatatkan tujuh kali podium dan dalam beberapa seri balapan mampu berduel dengan sang juara bertahan, Marc Marquez hingga putaran akhir. Berkat catatan tersebut, El Diablo menduduki posisi nomor lima pada klasemen akhir, bahkan mengungguli Valentino Rossi yang membela tim utama Yamaha.

Bagai ketiban durian runtuh, cedera panjang yang dialami Marc Marquez memberinya keuntungan besar. Hingga saat ini, Quartararo menempati posisi kedua pada klasemen MotoGP 2020 dengan raihan tiga kemenangan. Tidak hanya itu, Quartararo mengungguli pembalap lain yang menjadi favorit di awal musim seperti Andrea Dovizioso, Maverick Vinales, dan Alex Rins. Performa memukau tersebut membuat banyak orang memprediksi Quartararo akan menjadi idola baru MotoGP.

Walaupun masih belum konsisten, Quartararo dijamin akan bertarung habis-habisan dengan Vinales, dan Dovizioso hingga seri terakhir. Performa apik Yamaha sepanjang musim ini diyakini akan menjadi faktor kunci bagi El Diablo. Suka tidak suka ia adalah calon kuat untuk merengkuh gelar juara dunia musim ini.

Baca Juga: Berharap PS Raffi Ahmad di Kompetisi Sepak Bola

Quartararo memang memenuhi kualifikasi untuk merebut hati fans muda. Ia kencang saat mengaspal, sekaligus piawai menarik atensi audiens. Di akun media sosialnya, ia kerap tampil fashionable dengan balutan pakaian modis dan rambut yang dicat pirang. Kesadaran akan penampilan tersebut ia peroleh berkat darah Prancis yang mengalir di nadinya.

Seperti halnya Valentino Rossi muda, ia mempunyai personal branding yang potensial. Apalagi ia cukup good looking. Sahih rasanya untuk mengatakan jika Fabio Quartararo adalah Billie Eilish-nya MotoGP. Dua ikon beda dunia tersebut tengah berada dalam sorotan berkat raihan prestasi di usia muda dan punya banyak basis penggemar yang berasal dari kelompok usia muda.

Selain masih muda, Quartararo punya banyak kemiripan dengan Billie Eilish. Mereka memikat di bidangnya masing-masing dan hadir dengan tampilan yang segar. Jika Quartararo nyentrik dan fashionable, Billie Eilish menghadirkan sesuatu yang berbeda di dunia musik yang glamor: Billie tidak segan tampil beda dengan pakaian kombrong. Keduanya merupakan nama baru di dunianya masing-masing, dan diprediksi segera menjadi ikon.

Tidak hanya penampilannya yang segar, gestur yang Quartararo tunjukkan saat membalap juga membuktikan bahwa ia memang punya darah muda. Momen saat ia kesal saat gagal menyalip Marc Marquez pada tikungan terakhir GP Thailand 2019, atau raut kecewanya saat diganjar penalti akibat melanggar aturan track limit pada GP Emilia Romagna lalu, dan selebrasi yang membuat visor helmnya lepas tatkala meraih pole position pada GP Malaysia 2019 menunjukkan darah mudanya yang mendidih.

Beberapa orang mungkin menganggapnya lebay. Namun, menurut saya gestur emosional yang diperlihatkan oleh Quartararo justru merepresentasikan insan muda yang menggebu-gebu. MotoGP membutuhkan sajian lain di luar lintasan untuk membuatnya tetap relevan bagi penggemar-penggemar muda. Dengan Quartararo, mereka punya alasan untuk mengasosiasikan diri dengan idolanya, juga dengan balap motor, bahkan untuk jangka waktu panjang.

Penulis
Damar Senoaji

Damar Senoaji

Spesialis oret-oretan random, bisa diajak ngobrol di akun twitter DamarEvans_06

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel